• Login
  • Register
Sabtu, 25 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Musik dan Nyanyian

Bagi al-Ghazali musik dapat meningkatkan gairah jiwa atau ruh. Ia mengajak masyarakat untuk merenungkan suara-suara burung nuri atau burung-burung yang lain.

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
29/12/2020
in Hikmah, Khazanah
0
puisi hari raya

puisi hari raya

136
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kemarin  25 Desember 2020, aku melalui Zoom, diminta bicara soal musik dan nyanyian oleh mahasiswa Perguruan Islam Mathali’ul Falah, Kajen, Margoyoso, Pati. Aku memulai dengan bercerita tentang Gus Dur. Maklum bulan Desember, bulan Gus Dur.

Gus Dur adalah kiyai dan ulama. Sebagian orang bahkan menyebutnya wali, atau kekasih Tuhan, sebagaimana walisanga. Tetapi berbeda dengan kebanyakan ulama, Gus Dur sangat senang mendengarkan musik dan nyanyian klasik, gubahan para maestro musik klasik dunia seperti Beethoven. Mozart, Chopin, Bach, Tchaicovsky dan lain-lain. Bila malam-malam sendirian, karena tak ada lagi tamu, beliau memutar kaset berisi musik klasik tersebut, sambil duduk di atas kursi.

Gus Dur sehati dan mengikuti jejak pikiran Imam al-Ghazali. Sang Hujjah al-Islam ini berbeda dengan ulama tekstualis konservatif radikal, yang mengharamkan musik, Imam al-Ghazali, sang sufi terbesar itu justru memberi apresiasi demikian tinggi terhadap musik dan nyanyian.

Dalam karya masterpiece nya, “Ihya Ulumiddin”, Sang argumentator Islam ini menyampaikan kata-kata indah seperti ini :

مَنْ لَمْ يُحَرِّكْهُ الرَّبِيْعُ وَأَزْهَارُهُ، وَالْعُودُ وَأَوْتَارُهَ، فَهُوَ فَاسِدُ الْمِزَاجِ، لَيْسَ لَهُ عَلاَجٌ (احياء علوم الدين ٢ /٢٧٥)

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Fungsi dan Kewajiban Negara
  • Belajar Menafsirkan Al Qur’an Bersama Buya Husein
  • Jilbab dan Hijab Dalam Pandangan KH. Husein Muhammad
  • Ngaji Toleransi Bareng Kiai Husein Melalui Buku “Menangkal Siaran Kebencian: Perspektif Islam”

Baca Juga:

Fungsi dan Kewajiban Negara

Belajar Menafsirkan Al Qur’an Bersama Buya Husein

Jilbab dan Hijab Dalam Pandangan KH. Husein Muhammad

Ngaji Toleransi Bareng Kiai Husein Melalui Buku “Menangkal Siaran Kebencian: Perspektif Islam”

“Orang yang jiwanya tak tergerak oleh semilir angin, bunga-bunga, dan suara seruling musim semi, adalah dia yang kehilangan jiwanya yang sulit terobati”. (Ihya, 2/275).

Bagi al-Ghazali music dapat meningkatkan gairah jiwa atau ruh. Ia mengajak masyarakat untuk merenungkan suara-suara burung nuri atau burung-burung yang lain, seperti beo, cicakrowo, murai dan lain-lain. Suara-suara itu begitu indah, merdu dan menciptakan kedamaian di hati pendengarnya.

Seruling dan clarinet yang ditiup, piano dan organ yang ditekan satu-satu, biola, violin yang digesek-gesek atau rebana yang ditabuh adalah suara-suara. Suara-suara musik dan nyanyian ini hadir mengekspresikan lubuk hati yang dalam. Suara-suara itu tak ada bedanya dengan nyanyian para penyanyi. Katanya:

فَسِمَاعُ هَذِهِ الْاَصْوَاتِ يَسْتَحِيْلُ اَنْ يُحرَمَ لِكَوْنِهَا طَيِّبَةٌ اَوْ مَوْزُوْنَةٌ فَلاَ ذَاهِبٌ اِلَى تَحْرِيْمِ صَوْتِ الْعَنْدَلِيْبِ وَسَائِرِ الطُّيُوْرِ. وَلَا فَرْقَ بَيْنَ حَنْجَرَةٍ وَحَنْجَرَةٍ وَلَا بَيْنَ جَمَادٍ وَحَيَوَانٍ. فَيَنْبَغِى اَنْ يُقَاسَ عَلى صَوْتِ الْعَنْدَلِيبِ وَالْاَصْوَاتِ الْخَارِجَةِ مِنْ سَائِرِ الْاَجْسَامِ بِاخْتِيَارِ الْآدَمِي كَا لَّذِى يَخْرُجُ مِنْ حَلَقِهِ اَوْ مِنْ الْقَضِيْبِ وَالطِّبْلِ وَالدُّفِّ وَغَيْرِهِ.

“Mendengarkan suara-suara ini mustahil haram. Bagaimanapun ia adalah suara-suara yang indah dan berirama. Tak seorangpun yang mengharamkan suara burung nuri dan burung-burung yang lain. Tak ada beda antara tenggorokan satu dengan tenggorokan yang lain, antara benda tak bergerak dan binatang. Maka seyogyanya suara burung nuri disamakan suara-suara manusia atau suara-suara bambu, kendang, rebana dan lain-lain.”

Lalu aku juga bercerita tentang pengalamanku menghadiri dan menyaksikan Tari Sema, Whirling Darvishes, di Istambul. Begitu menarik. Konon tarian ini diciptakan oleh sufi penyair terbesar, Maulana Jalaluddin Rumi, paska ditinggal guru besarnya Syams Tabrizi.

Bagi Maulana, Tarian dan musik spiritual adalah audisi dan visi dari Kehadiran Tuhan. Katanya : “Sudah terlalu sering dan banyak kau menari untuk dunia. Kini saatnya kau menari bagi Kekasih. Sudahi mengejar bayang-bayang. Sekarang datanglah ke pangkuan Kekasih.”

Dakwah (ajakan/penyebaran misi) melalui seni dan budaya, dewasa ini tampak menjadi semakin penting di tengah-tengah orasi yang menggurui, indoktrinasi yang menciptakan kebodohan publik dan pidato agitatif yang menjenuhkan dan tidak membawa efek perubahan perilaku yang lebih baik.

Al-Isfahani, dalam bukunya yang terkenal “Al-Aghani” (Nyanyian-nyanyian), mengatakan bahwa “selama penyebaran Islam di berbagai wilayah: Arabia, Persia, Turki dan India, music berkembang sangat pesat, sebagai sarana dakwah.”

Di Indonesia, Sunan Kalijaga, seorang sufi besar adalah orang yang berhasil melakukan “pribumisasi” Islam di Jawa yang masih menganut agama Hindu dan Budha, melalui seni, budaya, musik dan nyanyian. Lirik-lirik lagu yang digubahnya, seperti “Gundul-gundul Pacul” dan “Lir Ilir” berisi nilai-nilai spiritualitas yang tinggi dan mengungkapkan ajakan kemuliaan hidup berdasarkan ajaran-ajaran Agama.

Sunan Bonang, sufi besar lainnya juga menggubah lagu Tombo Ati yang begitu manis sekaligus membimbing. Hanya mereka yang tak paham, yang menolak seni : tarian, lukisan, musik dan nyanyian. Mereka adalah orang-orang yang telah kehilangan rasa. Hati mereka menjadi keras dan kasar bagai batu cadas. []

Tags: Al GhazaliKH Husein MuhammadMusik dan NyanyianMusik KlasikSeni Musik
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Konstitusi

Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

25 Maret 2023
Nabi Muhammad Saw

Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

25 Maret 2023
agama

Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

25 Maret 2023
keragaman

Keragaman Alam Semesta Adalah Kehendak Tuhan untuk Manusia

24 Maret 2023
Hikmah Ramadan

Hikmah Ramadan, dan Momentum Berlomba dalam Kebaikan

24 Maret 2023
Toleransi

5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili

24 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Puasa dan Intoleransi

    Puasa dan Intoleransi: Betapa Kita Telah Zalim Pada Sesama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist