Mubadalah.id – Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw, beliau merupakan sosok yang tidak pernah membalas keburukan orang lain dengan keburukan serupa, melainkan memaafkannya dan mengulurkan tangannya. Jika bertemu orang, dia mengucapkan salam, ucapan damai, lebih dahulu. Bila bertemu temannya, dia mengawali mengulurkan tangannya.
Nabi selalu berzikir (mengingat Allah) baik ketika berdiri maupun ketika duduk. Jika ada orang yang duduk menunggunya ketika sedang shalat, dia mempersingkat shalatnya lalu menemuinya sambil mengatakan: apakah ada yang bisa aku bantu?
Ketika mendengar cucunya menangis, dia menyegerakan shalatnya, lalu menemui dan menggendongnya. Ketika dia masuk dalam suatu majelis, beliau duduk di tempat mana saja yang kosong yang dilihatnya pertama kali.
Informasi lain menyebutkan: “Nabi Saw mencuci pakaiannya sendiri, menambalnya, memperbaiki alas kakinya, melayani dirinya sendiri, memberi makan untanya dan menggiling gandum dengan tangannya sendiri, makan bersama pelayan, memasak bersamanya dan membawa barang-barangnya sendiri ke pasar.”
Nabi Saw menikmati makanan yang dimasak keluarganya dan tak sekalipun mengatakan “aku tidak suka makanan atau masakan ini.
Imam Malik bin Anas menginformasikan, ”Seorang hamba sahaya perempuan Madinah memegang tangan Nabi. Ketika itu beliau mengatakan, “Apakah ada yang bisa aku bantu, wahai ibu si Fulan? Aku akan membantu dan mengantarkanmu ke mana kamu mau. Dan beliau lalu mengantarkannya”
Kemudian, Imam al-Ghazali mengatakan: “Nabi sering tak punya uang. Jika ada uang lebih dari keperluan hari itu, dia akan mencari orang yang membutuhkannya. Jika tak menemukannya, dia tak kembali pulang. Melainkan menunggu saja sampai menemukannya. Meskipun beliau seorang pemimpin besar, rumahnya tak ada penjagaan oleh siapa pun. Dalam perang dia berdiri di depan tanpa pengawal yang melindunginya.” []