Mubadalah.id – Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw, beliau merupakan sosok yang melakukan pekerjaan rumahnya sendiri. Termasuk mencuci pakaian, menambal, memperbaiki alas kaki, melayani diri sendiri, dan memberi makan untanya.
Bahkan, Nabi Saw menggiling gandum dengan tangannya sendiri, makan bersama pelayan, memasak bersamanya dan membawa barang-barangnya sendiri ke pasar.
Lalu, Nabi Saw juga menikmati makanan yang dimasak keluarganya dan tak sekalipun mengatakan “aku tidak suka makanan atau masakan ini.
Imam Malik bin Anas menginformasikan, ”Seorang hamba sahaya perempuan Madinah memegang tangan Nabi. Ketika itu beliau mengatakan, “Apakah ada yang bisa aku bantu, wahai ibu si Fulan? Aku akan membantu dan mengantarkanmu ke mana kamu mau. Dan beliau lalu mengantarkannya”
Kemudian, Imam al-Ghazali mengatakan: “Nabi sering tak punya uang. Jika ada uang lebih dari keperluan hari itu, dia akan mencari orang yang membutuhkannya. Jika tak menemukannya, dia tak kembali pulang. Melainkan menunggu saja sampai menemukannya. Meskipun beliau seorang pemimpin besar, rumahnya tak ada penjagaan oleh siapa pun. Dalam perang dia berdiri di depan tanpa pengawal yang melindunginya.”
Dia selalu memperhatikan seorang nenek yang tiap hari datang ke masjid untuk membersihkan latarnya. Ketika suatu hari tak melihatnya lagi, dia bertanya kepada sahabat-sahabatnya: “Di mana perempuan nenek itu?”
Manakala mereka memberitahukan bahwa nenek itu wafat tadi pagi, Nabi meminta mereka untuk segera mengantarkan ke kuburannya dan berdoa untuknya.
Imam Abu Hamid Al-Ghazali menulis cerita lain yang menarik: “Suatu hari seorang Arab Badui datang kepada Nabi sambil menyampaikan kata-kata kasar dan menantang. Ketika orang itu tertumbuk pada sosok Nabi yang santun, penuh senyum, tenang dan memancarkan cahaya kenabian, ia tertegun dan terpesona.
Ia lalu bergumam: “Demi Tuhan ini bukan wajah seorang pembohong,” Tidak lama kemudian ia meminta Nabi mengajarkan tentang Islam dan ia pun memeluknya.” []