Mubadalah.id – Dalam dunia pesantren, pendidikan karakter atau pembangunan akhlakul karimah adalah hal yang utama. Nilai-nilai itu bukan sekedar jargon, akan tetapi merupakan sesuatu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kesederhanaan, sikap menghargai, tawadhu, merupakan praktik keseharian yang membentuk karakter para santri.
Dengan kata lain, Pesantren Babakan meletakkan dasar bagi terbentuknya potensi keulamaan perempuan pada aspek kediriannya.
Dalam konteks keteladanan ini, berkah atau barokah punya tempat penting dalam tradisi keilmuan pesantren. Seberapa besar pun usaha para santri untuk belajar, jika tanpa diiringi keberkahan kyai/nyai maka akan sia-sia.
Melalui interaksi santri putri dengan nyai, ia dapat merasai betapa penting aspek doa dan keberkahan ini bagi kesuksesan tranformasi nilai-nilai keulamaan di pesantren.
Hal ini tentu tak terlepas dari peran penting kitab pedoman para santri dalam menuntut ilmu, Ta’lim Muta’alim, sebagai kitab wajib di pesantren yang menempatkan posisi guru dan keridhoannya sebagai hal utama.
Sebagai pemimpin keagaaman, nyai pada umumnya banyak menjalani ritual untuk peningkatan kekuatan spiritualitasnya. Kekuatan spiritual ini pula yang ia tranformasikan kepada para santrinya.
Tidak jarang nyai mengajarkan wirid tertentu kepada para santri sebagai bekal untuk mencapai kekuatan spiritual tertentu agar memiliki ketahanan dalam beratnya melalui proses tranformasi keilmuan.
Sementara itu, dari sisi potensi intelektualitas, seperti kebanyakan pesantren dengan masa belajar 3-6 tahun pada kisaran usia SMP-SMA. Maka pelajaran-pelajaran yang santri dapat di pesantren Babakan merupakan materi-materi pengetahuan agama dasar yang menjadi bekal yang sangat penting. Termasuk dalam proses belajar para santri pada tingkat lanjut maupun pada fase kehidupan selanjutnya yang ia pilih.
Kemampuan membaca kitab kuning misalnya, menjadi modal penting bagi mereka yang ingin mendalami ilmu keislaman selanjutnya. Baik melalui lembaga formal maupun non-formal. []