• Login
  • Register
Rabu, 29 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

NU yang Kian Tua: Pandangan dari Pejuang Literasi Pesantren

Munculnya penulis, pegiat literasi perempuan di tengah kian tua usia NU patut disyukuri. Mereka kembali mengenalkan bahwa NU tidaklah kolot yang membatasi gerak langkah para perempuannya.

Mambaul Athiyah Mambaul Athiyah
04/02/2021
in Pernak-pernik
0
Literasi

Literasi

50
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – ISNU mencatat pada tahun 2019 NU memiliki kurang lebih 714 profesor doktor, 15.000-an doktor dan puluhan ribuan lainnya menempuh jenjang pendidikan S1-S2. Menilik jumlah yang banyak itu pada tahun 2020 tentu saja juga menelurkan lagi beberapa kali lipat jumlah lulusan walaupun dalam kondisi pandemi covid-19. Mereka pada diwisuda online, Men.

Sekian jumlah yang ada itu tentunya juga terdapat sarjana perempuan NU yang sudah malang melintang di dalam berbagai bidang kerja, tenaga profesional, ibu rumah tangga hingga mereka pegiat literasi perempuan yang berbasis pesantren. Untuk definisi yang terakhir ini bisa bermakna mereka yang menulis dengan latar pesantren dalam ceritanya atau mereka yang notabenenya berasal dari pesantren baik keluarga pesantren, santri di pesantren atau alumnus pesantren.

Menilik kacamata emak-emak pegiat literasi, seyogyanya para perempuan NU pegiat literasi ini tentunya menyumbang wajah baru perempuan NU sekaligus perempuan pesantren yang akhirnya berani speak up lewat karya-karya mereka. Bukan itu saja, pegiat perempuan pesantren juga menjadi pionir melek media dalam lingkungan yang katanya terkenal sebagai kaum tradisional ini. See, mereka perempuan dan meskipun stay at home tapi mereka berdaya.

Zaman dulu, Gaes. Tidak dipungkiri bahwa sikap anti penjajah yang ditunjukkan oleh para kyai-kyai membuat mereka juga anti dengan cara berpikir dan berdaya ala Belanda (sebagai penjajah paling lama di Nusantara) ya bahasanya, agamanya, kebudayaannya bahkan beberapa anti ilmu pengetahuannya. Pokok mambu londo iku anti (Semua berbau Belanda, anti).

Sangat beralasan sekali kalau para kyai berpikir dan bersikap demikian. Mereka sebagai tokoh pemuka masyarakat tentu saja paling sering bersinggungan dengan penjajah, paling sering disakiti bahkan dibunuh karena menolak untuk mendukung penjajah saat itu (Keheroikan mereka bisa dilihat di film Sang Kiai yang mengharubiru).

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Laki-laki dan Perempuan Dilarang Saling Merendahkan
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • Salahkah Memilih Childfree?

Baca Juga:

Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Laki-laki dan Perempuan Dilarang Saling Merendahkan

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan

Salahkah Memilih Childfree?

Namun, seiring berubahnya zaman tentu saja pola pikir beberapa kyai sudah berubah. Pun secara de facto dan de jure penjajahan sudah dihapuskan di atas dunia. Seyogyanya paradigma berpikir baru juga mulai terbuka, perempuan di pesantren juga mulai mendapatkan pendidikan literasi yang setara dengan para gus-gus yang ada.

Semua lini di pesantren seolah bangun dari tidur panjang, melakukan akulturasi di bidang ilmu pengetahuan, sadar diri dan potensi, meskipun beberapa lebih fokus pada kegiatan berupa riyadloh dan laku tirakat yang mengakar sejak dulu tapi denyut modernisasi juga merambah lini pesantren dan NU secara lambat tapi pasti.

Era pandemi ini boleh lah ditilik, bahwa para Kyai kita sudah ramah media, paham gesture di depan kamera dan action mereka berupa ngaji online menjadi eksistensi baru mewujudkan sorogan kitab yang berevolusi sesuai zaman. Sebuah hal yang sejatinya sudah dipakai oleh kaum sebelah untuk berdakwah. Kenapa NU tidak? Yup, sepakat, kan. Mamen?

Tahun ini NU memasuki 95 tahun usianya. Saat manusia saja yang berusia hampir 100 tahun itu langka maka apalagi organisasi? NU yang sudah bergerilya mewujudkan kemerdekaan sejak dulu tentunya bukan organisasi cepete yang hidup underground kemudian berniat naik ke permukaan, kan? Men.

Tentu tidak. Karena itu, munculnya penulis, pegiat literasi perempuan di tengah kian tua usia NU patut disyukuri. Mereka kembali mengenalkan bahwa NU tidaklah kolot yang membatasi gerak langkah para perempuannya. Mereka masif dalam menyumbang wajah dinamis dalam tubuh organisasi Islam paling besar di Indonesia ini.

Harapan ke depannya adalah NU bisa lebih mewadahi kemampuan perempuan di dalam kalangannya untuk diberdayakan bukan sekedar sebagai seksi konsumsi saja. Dialektika keilmuan mereka harus diakui, diwadahi dan disayangi. Jika tidak, maka seperti yang sudah-sudah para kadernya akan dirayu oleh pihak asing, dibawa keluar dan akhirnya mengepakkan sayap untuk membesarkan rumah yang lain.

Tahun ini NU semakin tua, harapan semakin bijak dan mengayomi tentu menjadi harapan kami para emak-emak pegiat literasi. Maka, angin segar ini selayaknya kami syukuri sebagai sebuah nikmat karena telah memberikan kami sebuah organisasi, sebuah Jam’iyyah yang barokah yang insyaallah benar-benar dikabulkan olah Sang Khaliq. Semoga. Selamat ulang tahun Jam’iyahku, selamat ulang tahun organisasi keagamaanku. NKRI harga mati. Literasi Perempuan Pesantren never dies. Amin. []

Tags: Harlah NU 2021Literasi PesantrenNahdlatul UlamaperempuanPerempuan NU
Mambaul Athiyah

Mambaul Athiyah

Pengasuh Ponpes Maslakul Huda Lamongan Jawa Timur

Terkait Posts

Imam Malik

Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

28 Maret 2023
Prinsip Hidup Bersama

Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

27 Maret 2023
kehidupan bersama

Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama

27 Maret 2023
Kesehatan Gigi dan Mulut

Ramadan Tiba, Kesehatan Gigi dan Mulut Harus Tetap Terjaga

26 Maret 2023
Konstitusi

Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

25 Maret 2023
Nabi Muhammad Saw

Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

25 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sittin al-‘Adliyah

    Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Pada Awalnya Asing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist