Mubadalah.id – Kemerdekaan Indonesia bagi perempuan menurut jaringan ulama KUPI, Dr. Nyai Mufliha Wijayati adalah situasi dan keadaan negara yang menjamin perempuan memiliki otonomi dan kedaulatan untuk mengekspresikan diri sebagai makhluk yang bermanfaat sesuai versi terbaik masing-masing.
“Otonomi diri itu adalah wujud dari kemerdekaan dan kemandirian, sementara kedaulatan adalah wujud kekuasaan atas diri yang membebaskan,” katanya, saat Mubadalah.id hubungi, belum lama ini.
Lebih lanjut, Nyai Mufliha menyampaikan hari ini, dapat menyaksikan tidak sedikit perempuan yang telah merdeka dan menikmati kemerdekaan.
Baik sebagai perempuan yang berdaya, berdaulat, dan bermanfaat.
“Sama seperti kemerdekaan sebuah negara, kemerdekaan perempuan yang sejatinya sebagai hak terberi, nyatanya harus mendapatkan dengan perjuangan dan pengorbanan,” jelasnya.
Untuk semakin banyak memerdekakan perempuan, Bu Nyai Mufliha meminta jaringan ulama KUPI, laki-laki dan perempuan untuk sama-sama saling mencerdaskan.
Terutama mencerdeaskan perempuan agar semakin berdaya untuk dirinya, keluarga, dan semesta.
“Perjuangan dan pengorbanan jaringan ulama KUPI untuk menyemai lebih banyak perempuan berdaya dengan meluaskan jaringan dan jangkauan adalah kerja peradaban,” tuturnya.
“Tidak hari ini dirasakan dan dinikmati secara instant, perlahan dan terus menerus dilakukan,” tambahnya.
Selain itu, Bu Nyai Mufliha juga mengungkapkan bahwa negara adalah regulator, akselerator, dan guarantor (penjamin). Maka negara harus hadir untuk mengatur, melakukan percepatan, dan menjamin terwujudnya situasi yang memerdekakan perempuan.
“Merdeka atas diri sebagai pribadi otonom, dan merdeka dari segala bentuk penindasan dan diskriminasi,” tukasnya. (Rul)