Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan para ahli fiqh tentang kawin anak, maka kawin anak tampak jelas menjadi persoalan paling krusial.
Karena dalam kawin anak, menurut para ahli fiqh tidak adanya unsur kemaslahatan atau ada tidaknya kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya hubungan seksual yang tidak dibenarkan oleh agama.
Apabila perkawinan anak itu dapat menimbulkan kemudaratan, kerusakan atau keburukan. Padahal pada saat yang sama faktor-faktor kekhawatiran akan terjerumus kedalam pergaulan seksual yang agama telah larang tidak dapat memberikan bukti. Maka perkawinan tersebut tidak dapat kita benarkan.
Akhirnya seperti sudah diketahui bahwa perkawinan antara laki-laki dan perempuan dimaksudkan sebagai upaya memelihara kehormatan diri (hifz al-‘irdl) agar mereka tidak terjerumus ke dalam perbuatan terlarang.
Kemudian, termasuk memelihara kelangsungan kehidupan manusia/ keturunan (hifz al-nasl) yang sehat. Serta mendirikan kehidupan rumahtangga yang penuh dengan kasih sayang antara suami dan istri. Dan saling membantu antara keduanya untuk kemaslahatan bersama.
Ayat al-Qur’an dalam hal ini telah menyatakan dengan jelas:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kamu pasangan-pasangan dari jenis (yang sama dengan) kamu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepada mereka, dan dijadikan-Nya di antara kamu (dan pasanganmu) rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. ar-Rum, 33: 21)
Untuk maksud di atas, maka tanzhim al-Usrah (pengaturan keluarga) dan usaha-usaha menjaga kesehatan reproduksi menjadi suatu ikhtiar yang harus mendapat perhatian yang serius dari semua pihak.
Termasuk di dalamnya adalah pengaturan tentang batas usia perkawinan yang dapat menjamin terpenuhinya kesehatan reproduksi, kemampuan berpikir dan bekerja. Serta kemaslahatan yang lain. []