• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Pendidikan Utama Pola Asuh Anak Dalam Surah Al-Tahrim Ayat 6

Menanggapi adanya peran orang tua dalam mengasuh anak di atas, bagaimana al-Qur’an menjawab terkait pola asuh anak? Apa yang menjadi pendidikan utama pola asuh anak perspektif al-Qur’an?

Miftahur Rohmah Miftahur Rohmah
01/09/2022
in Keluarga
0
Pola Asuh Anak

Pola Asuh Anak

2.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perkembangan pesat media sosial saat ini, tentunya berpengaruh besar terhadap karakter anak. Media televisi, koran, bahkan internet yang mudah terakses dan tanpa adanya filter penyaring dengan cepat mampu mempengaruhi kebiasaan anak. Sehingga peran orang tua harus tanggap dan sadar dalam menjalankan pola asuh anak yang baik.

Karena bagaimanapun juga orang tua mempunyai tanggung jawab pola asuh anak yang besar dalam mendidik putra putrinya. Salah satu aspek perkembangan anak yang di dalamnya perlu melibatkan bimbingan orang tua adalah terkait pengembangan perilaku sosial-emosional.

Dalam proses sosial-emosional tersebut, biasanya seorang anak belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Maka, perlunya orang tua dalam mengasuh anak harus memperhatinkan pendidikan karakter supaya anak dapat tumbuh sesuai dengan keinginan.

Menanggapi adanya peran orang tua dalam mengasuh anak di atas, bagaimana al-Qur’an menjawab terkait pola asuh anak? Apa yang menjadi pendidikan utama pola asuh anak perspektif al-Qur’an? Berikut penulis akan menguraikan point penting yang harus orang tua perhatikan dalam mendidik anaknya, sehingga menjadi keterbiasaan yang anak lakukan.

Al Qur’an Menjawab Pola Pengasuhan Anak

Tetapi yang harus kita ketahui al-Qur’an ketika membicarakan pola asuh anak penjelasannya tidak hanya pada satu atau dua ayat, melainkan banyak yang secara tersirat maupun tersurat. Antara lain dalam QS. Al-Baqarah [2] :233, QS.Al-Nisa’ [4]:9. Terdapat juga kisah-kisah al-Qur’an yang menjelaskan terkait bagaimana para Nabi dan orang-orang saleh dalam mendidik anaknya yakni QS.Luqman [31]: 13-19 dan QS.Al-Shaffat [37]: 102.

Baca Juga:

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

Ayat-ayat di atas, secara jelas memberikan informasi kepada pembaca dalam mengaplikasikan pola asuh anak dengan baik. Tetapi dalam hal ini, penulis menggunakan perspektif dari QS.Al-Tahrim [66] : 6 yang sebenarnya ayat tersebut telah menjadi momok utama dalam mendidik anak dan inti dari pendidikan terkait pola asuh anak. Adapun bunyi ayatnya sebagai berikut :

            يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ٦

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Penafsiran Ayat

Penjelasan ayat di atas, Ath-Thabari dalam tafsirnya Jami’ Li Bayan Fi Ta’wil Al-Qur’an memaparkan bahwa mengajari keluarga tentang cara taat kepada Allah SWT supaya dapat terhindar dari neraka.

Dalam tafsir Ath-Thabari terdapat beberapa riwayat di antaranya adalah dari Ibnu Abbas tentang firman Allah SWT, “periharalah diri kamu dan keluargamu dari api neraka.” Maksudnya adalah perintah untuk beramal dengan senantiasa taat kepada Allah SWT. Lalu menghindari adanya maksiat, selalu mengingat perintah Allah SWT, sehingga bisa terhindar dari api neraka.

Apabila QS.Al-Tahrim [66]:6 dibedah, maka terdapat point penting yang harus dilakukan seorang hamba di dunia yakni menjaga dirinya maupun keluarganya dari api neraka dengan mentaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya. Karena lafadz ayat selanjutnya menginformasikan keadaan di akhirat nanti tidak bisa untuk bernegoisasi. Yakni terkait siksaan akibat perbuatan buruk yang kita lakukan di dunia.

Senada dengan Ath-Thabari, dalam tafsir Al-Qurthubi Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an yang tergolong mufasir klasik menafsirkan bahwa di dalam QS.Al-Tahrim [66]:6 mengandung maksud juga anak termasuk seseorang yang harus diperhatikan dalam ayat tersebut, sebab anak adalah bagian darinya.

Dengan demikian, seseorang harus mengajari anaknya terkait sesuatu yang halal dan haram, sekaligus menjauhkan dari perbuatan maksiat dan dosa. Salah satu contoh yang Al-Qurthubi cantumkan dalam tafsirnya adalah Rasulullah SAW memberitahu waktu salat, dan kewajiban puasa kepada keluarganya.

Pendidikan Bermula dari Rumah

Selain penjelasan dari ulama tafsir klasik di atas, Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah menjelaskan secara gamblang lagi, maksud adanya “peliharalah diri kamu” adalah meneladani Nabi SAW, sedangkan “pelihara keluarga” menyangkut istri, anak-anak dan seluruh yang berada dalam tanggung jawab untuk membimbing maupun mendidik supaya terhindar dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia kafir dan yang dijadikan batu-batu antara lain yakni berhala.

Pemberian siksaan sesuai dengan takaran tidak kurang atau lebih sesuai dengan perbuatan yang kita lakukan di dunia. Dengan ini, Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa QS.Al-Tahrim [66]:6 tersebut membicarakan terkait dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Walaupun secara redaksional ayat tersebut tertuju kepada Suami (Ayah), akan tetapi sebenarnya tertuju juga kepada keduanya baik suami maupun istri guna bertanggungjawab kepada anak-anaknya.

Maka, dapat disimpulkan bahwa QS.Al-Tahrim [66]:6 sejatinya mengandung pokok tersirat bahwa pendidikan utama dalam pola asuh anak adalah mengenai ajaran untuk memerintahkan ketaqwaan. Adanya terbiasa menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, seorang anak akan terbiasa mengamalkan hablum minallah wa hablum minannas.

Sebagai umat Islam indikator dalam menjalani rumah tangga adalah berdasarkan nilai-nilai Islam. Yakni menciptakan kesejahteraan, keharmonisan, kebahagiaan, dan kedamaian dari ajaran Rasulullah SAW. Sehingga tidak hanya mampu mendefiniskan keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah. Akan tetapi, dapat merasakannya dengan iringan hati yang tentram. Wallahu A’lam. []

Tags: anakkeluargaorang tuaparentingpola asuh anak
Miftahur Rohmah

Miftahur Rohmah

Mahasiswa Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait Posts

Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Cinta Alam

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

21 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID