• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pengalaman Nabi Saw dengan Umat Berbeda Agama Sebelum Menerima Wahyu

Nabi Muhammad Saw bergaul dengan masyarakat yang beragama Yahudi. Semua sumber sejarah memastikan bahwa relasi nabi dengan mereka sangat baik, dipercaya, jujur, dan selalu menolong orang

Redaksi Redaksi
07/12/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
nabi saw

nabi saw

462
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Semua orang di lingkungan Nabi Muhammad Saw sebelum datang wahyu, tentu saja beragama sesuai dengan nenek moyang masing-masing.

Di Makkah saat itu, hampir mayoritas penduduknya menuhankan Allah Swt tetapi sambil menyembah berhala. Beberapa orang, dengan jumlah sangat sedikit, beriman pada agama Yahudi atau pada agama Kristen.

Beberapa yang lain beriman secara tauhid, atau mengesakan Allah Swt yang disebut sebagai hunafa (orang-orang yang lurus), tetapi tanpa terikat dengan agama tertentu.

Nabi Muhammad Saw tentu saja bergaul dengan masyarakat sekitar. Semua sumber sejarah memastikan bahwa relasi nabi dengan mereka sangat baik, dipercaya, jujur, dan selalu menolong orang.

Keluarga, tetangga, dan masyarakat sering kali menitipkan barang mereka untuk menyimpannya, bahkan setelah nabi memperoleh wahyu, dan mereka tetap masih tidak beriman dengan Islam yang nabi bawa.

Baca Juga:

Kisah Salim dan Debat Agama

Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

Nabi Saw Memuliakan dan Menolak Semua Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan

Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

Dengan perilaku ini, Nabi Muhammad Saw kita kenal dengan julukan Al-Amin atau orang yang jujur, amanah, dan terpercaya.

Pernyataan Khadijah Ra tentang akhlak nabi dengan orang yang berbeda agama sangat jelas mengenai hal ini.

Beliau selalu berkata benar, tidak berbohong, amanah, jujur, menyambung persaudaraan, menghormati tamu, dan menolong orang (Shahih al-Bukhari, hadits nomor 5005). Akhlak inilah yang membuat Khadijah Ra jatuh cinta.

Saat Usia Nabi Saw 20 Tahun

Pada usia 20-an tahun, Nabi Muhammad Saw menyaksikan dan mendukung traktat Hilful Fudhul, yang mengikat para kabilah untuk saling menghormati, saling menolong. Terutama untuk membela yang terzalimi, tidak membunuh, dan tidak mudah tersulut perang.

Pada usia 35 tahun, nabi mendapatkan kepercayaan dari para tetua kabilah untuk mendamaikan pertengkaran mereka, tentang siapa yang paling berhak memindahkan batu hitam mulia (Hajar Aswad) akibat banjir bandang.

Dengan akhlak ini, Khadijah Ra. merekrut Nabi Muhammad Saw untuk mengelola usaha ekspor-impornya. Dan, karena akhlak inilah, ia yang berusia 40 tahun melamar nabi yang berusia 25 tahun untuk menjadi suaminya.

Akhlak nabi adalah Al-Amin dengan semua orang, yang berbeda-beda agama, di Makkah yang menyembah berhala, di perjalanan berdagang dengan berbagai orang, dan di Syria yang banyak penganut agama Kristen.*

*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir, dalam buku Relasi Mubadalah Muslim Dengan Umat Berbeda Agama.

Tags: Beda AgamaMenerimaNabi SawPengalamansebelumwahyu
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID