Mubadalah.id – Di Muhammadiyah, para santri memiliki peran untuk terlibat dalam gerakan Islam berkemajuan, terutama di aspek pendidikan, kesehatan, serta sosial.
Di Jamiat Kheir, Perti dan Al-Irsyad, para santri bergerak dalam bidang pendidikan. Di Syarikat Islam santri bergerak di bidang ekonomi dan politik. Kemudian di Persis, santri bergerak di bidang pembaharuan Islam.
Memasuki era Reformasi, keterlibatan santri dalam politik makin meningkat, dengan masuknya santri ke dalam beragam partai.
Dalam setiap pemilihan umum, masyarakat santri menjadi faktor yang diperhitungkan.
Bahkan, beberapa tokoh dari kalangan masyarakat santri memiliki kesempatan untuk menduduki jabatan publik dan politik.
Abdurrahman Wahid, Ketua Umum Nahdlatul Ulama, berhasil menduduki jabatan presiden pada tahun 1999. Ia dikenal sebagai tokoh pendiri Forum Demokrasi (Fordem) yang kritis terhadap Orde Baru.
Memasuki abad ke-21, santri menjadi motor dalam ragam gerakan di berbagai bidang Aan isu strategis.
Santri menjadi motor dalam pergerakan nasionalisme dan Islam kebangsaan. Islam kebangsaan berarti gerakan berbasis Islam yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
Di bidang ekonomi kreatif, santri mulai banyak mengembangkan unit-unit bisnis untuk menguatkan kemandirian. Santri juga berperan dalam gerakan literasi.
Para santri berperan aktif untuk menumbuhkan kesadaran mengenai persoalan intoleransi, radikalisme, serta penyebarluasan toleransi dan perdamaian di tengah masyarakat. Dari program ini, tampak bahwa santri telah berperan sebagai agen yang berhasil mengelola media untuk perdamaian.
Keterlibatan mereka dalam beragam bidang menunjukkan bahwa santri mampu membumikan keilmuan yang ia miliki, sehingga membuat ilmunya menjadi bermanfaat.
Ilmu yang bermanfaat merupakan perwujudan kepedulian santri terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Melalui ilmu yang bermanfaat, santri berupaya untuk memberikan solusi terhadap permasalahan keislaman, kemasyarakatan, dan kebangsaan. []