• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perempuan: di Jalan Dilecehkan, Main Medsos Direndahkan

Pelecehan atau kekerasan pada perempuan dalam bentuk online sekalipun, tidak bisa dianggap sepele atau angin lalu, andil pemerintah dibutuhkan untuk menuntaskan masalah ini yakni salah satunya dengan pengesahan RUU PKS.

Aprillia Susanti Aprillia Susanti
01/04/2021
in Personal
0
Perempuan

Perempuan

187
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada akhir Februari kemarin nama Chef Renatta sempat trending di Twitter karena ia kerap kali dikirimi berbagai bentuk foto alat kelamin dan video onani melalui Direct Message (DM)  Instagram, pesan twitter hingga surelnya. Tidak hanya Chef Renatta, banyak perempuan selebtwit (sebutan orang yang terkenal di Twitter) juga sering curhat kalau tiap hari selalu ada orang asing yang mengirimi mereka gambar dan video porno melalui pesan twitter.

Tindakan mengirimi pesan dan komentar tidak senonoh sama halnya dengan perilaku pelecehan yang terjadi di jalanan. Hal tersebut menandakan bahwa sekalipun dunia yang bahkan tak terjangkau fisik sekalipun, perempuan masih saja dilecehkan, direndahkan, dan diobjektifikasi sedemikian rupa.

Semakin luasnya jangkauan internet, canggihnya perkembangan teknologi serta populernya penggunaan media sosial, telah menghadirkan bentuk-bentuk baru Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). KBGO adalah kekerasan yang memiliki niatan atau maksud melecehkan korban berdasarkan gender atau seksual yang terjadi di ranah online atau dunia digital. Bisa dikatakan berbagai kekerasan hanya berpindah tempat saja. Semula di ruang publik secara langsung, sekarang berpindah menjadi kekerasan di dunia digital.

Dikutip dari SAFEnet, menurut Internet Governance Forum, kekerasan berbasis gender online mencakup spektrum perilaku termasuk penguntitan, pengintimidasian, pelecehan seksual, pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan eksploitasi. Misalnya mengakses dan menggunakan data pribadi tanpa sepengetahuan dan persetujuan korban, membuat akun media sosial dengan tujuan membuat konten palsu, pelecehan online melalui pesan, perhatian, dan atau kontak yang tidak diinginkan, penggunaan gambar tidak senonoh untuk merendahkan wanita, pemerasan seksual, meretas sekaligus menyerang situs suatu komunitas tertentu, dan menggunakan konten online yang menggambarkan perempuan sebagai objek seksual.

Komnas Perempuan mencatat bahwa kasus kekerasan perempuan di ranah digital online meningkat seiring dengan aktivitas masyarakat di ruang digital. Tahun 2017 kasus kekerasan perempuan di dunia maya tercatat ada 97 kasus, 2018 terdapar 97 kasus, lalu 2019 meningkat menjadi 281 kasus, hingga 659 kasus pada 2020. Kasus-kasus ini mengindikasikan suatu pandangan yang cenderung konsisten: perempuan dalam ruang publik yang nyata dan maya hanyalah objek semata.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh
  • Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja
  • Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Baca Juga:

Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh

Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja

Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?

Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Hingga hari ini, kekerasan terhadap perempuan dinormalisasi oleh masyarakat sebagai bentuk kesalahan wanita semata. Misalnya dalam konteks pemerkosaan, yang disalahkan selalu perempuan entah karena pakaiannya, perilakunya, hingga tempatnya berada. Hal itu juga terjadi pada perempuan yang dilecehkan melalui media online. Yang mana jika terjadi pelecehan, masyarakat berbondong-bondpng “mewajarkan” bahwa perempuan tersebut “pantas” dilecehkan karena foto atau video yang diunggahnya menggunakan pakaian yang minim dan berpotensi menggoda lawan jenis.

Mungkin kebanyakan dari kita memandang bahwa pelecehan seksual online dengan dikirimi pesan foto dan video porno tidak berdampak apapun di kehidupan adalah salah besar. Pelecehan seksual bagaimana bentuknya, di mana tempatnya dan kapan waktunya akan memiliki dampak baik secara fisik, psikis, ekonomi hingga sosial.

Para korban atau penyitas KBGO akan mengalami depresi, kecemasan, dan ketakutan, menarik diri dari kehidupan atau melalukan sensor diri karena hilangnya kepercayaan terhadap keamanan menggunakan teknologi digital. Tidak menutup kemungkinan bahwa kekerasan berbasis online akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi secara langsung.

Kekerasan berbasis gender dan pelecehan online menjadi jalan baru pelanggengan seksisme dan misoginisme yang ada di masyarakat. Sayangnya, hingga kini pemerintah belum memiliki niatan dan sikap yang serius untuk menanggulangi masalah ini, meski jumlah laporan kekerasan atau pelecehan seksual secara online makin meningkat tajam.

Alih-alih menuntaskan pemerintah terkesan lepas tangan dengan melempar diskusi pelecehan seksual ke ranah moralitas publik. Yang mana jika terjadi KBGO pihak perempuanlah yang paling harus bertanggung jawab, menanggung beban kemoralan dalam standar masyarakat. Dari segi hukum pun pemerintah hanya sebatas menggunakan UU ITE yang malah menghambat proses advokasi korban untuk mendapat keadilan.

Padahal pelecehan atau kekerasan pada perempuan dalam bentuk online sekalipun, tidak bisa dianggap sepele atau angin lalu, andil pemerintah dibutuhkan untuk menuntaskan masalah ini yakni salah satunya dengan pengesahan RUU PKS. Tanpa RUU PKS, kasus seperti ini akan sulit ditindaklanjuti secara hukum. Lantas di tempat manakah perempuan dapat merasa aman untuk berkarya, mengekspresikan dirinya, dan mencapai keseteraan dengan pria jika masyarakat yang patriarki menjelma sedemikian rupa? []

 

 

 

 

Tags: Kekerasan berbasis gender onlinemedia sosialpelecehan seksualperempuan
Aprillia Susanti

Aprillia Susanti

Terkait Posts

Agama Perempuan Separuh Lelaki

Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

31 Maret 2023
Kontroversi Gus Dur

Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

30 Maret 2023
Food Waste

Bulan Puasa: Menahan Nafsu Atau Justru Memicu Food Waste?

30 Maret 2023
Perempuan Haid Mendapat Pahala

Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?

29 Maret 2023
Pengasuhan Anak

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

28 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

27 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Melestarikan Tradisi Nyadran

    Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadis Relasi Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist