Mubadalah.id – Ilmu nahwu merupakan ilmu yang digunakan untuk memahami kaidah-kaidah dalam bahasa Arab dari segi I’rob dan bina’-nya (Jami’ud Durus, Syaikh Musthofa). Lebih sederhananya adalah ilmu yang kita gunakan untuk mengetahui bagaimana membunyikan bagian akhir dari suatu kata dalam struktur kalimat bahasa Arab. Contoh: bismillahi, mengapa pada lafad Allah di situ kita baca kasroh (hi), bukannya fathah (ha), atau dhammah (hu)?
Hal ini karena pada lafad Allah tersebut menjadi mudhof ilaih dari lafad ismi yang menjadi mudhofnya. Hukum dari mudhof ilaih adalah dibaca jer dan biasa tertandai dengan harokat kasroh. Maka dengan ilmu nahwu inilah kita bisa belajar bagaimana cara membaca huruf terakhir dalam susunan kata bahasa Arab dengan benar.
Salah satu kitab nahwu untuk memudahkan bagi seseorang yang baru pertama kali belajar ilmu nahwu adalah kitab Jurumiyah. Kitab ini karangan Imam Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawub Ash-Shonhaji.
Pengarang dari kitab Jurumiyah ini lebih terkenal dengan sebutan Ibnu Ajurrum yang menurut bahasa orang Barbar memiliki makna al-fakir as-shufi (orang yang butuh dengan rahmat Allah dan menyerahkan hidupnya hanya digunakan menyembah kepada Allah). Ajurrum juga merupakan sebuah julukan untuk memuliakan seperti halnya julukan sayyid (tuan) dalam bangsa Arab.
Kitab yang Ringkas dan Mudah Dipahami
Dalam kitab Hasyiyah al-Asymawi ‘ala Matan al-Ajurrumiyyah menyebutkan Imam Ibnu Ajurrum lahir di kota Fes pada tanggal 672 H. Kelahiran beliau waktu itu bertepatan pada masa di mana Imam Ibnu Malik selaku pengarang kitab Alfiyah ibnu Malik meninggal dunia. Beliau wafat pada hari Senin setelah zuhur tanggal 20 Safar tahun 723 H.
Apabila kita kalkulasikan umur Imam Ibnu Ajurrum semasa hidupnya adalah 51 Tahun. Makam beliau di Babul Hamro’ (Gerbang Merah) Kota Fes, Maroko. Dan nama Ash-Shanhaji di situ merupakan nama dari sebuah suku di daerah Maghreb atau sekarang daerah ini lebih tepatnya ada di negara Maroko.
Terdapat beberapa hal yang menarik waktu beliau mengarang kitab nahwu ini yang perlu kita ketahui untuk menambah motivasi dalam mempelajarinya. Imam Ibnu ‘Imad di dalam kitab Hasyiyah al-Asymawi berkomentar bahwasanya,
“kitab Jurumiyah ini adalah kitab yang masyhur dengan barakah dan kebaikan, hal ini karena banyaknya kemafaatan yang dapat kita ambil dari mempelajari kitab Jurumiyah sebagai pendahuluan untuk memahami ilmu nahwu”.
Apabila kita lihat komentar dari Imam Ibnu ‘Imad tersebut memang benar adanya. Saat ini seluruh pesantren ataupun madrasah di Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan kitab Jurumiyah ini.
Hal ini karena memang kitab Jurumiyah materinya lebih ringkas dan pemahamannya juga lebih mudah dibandingkan dengan kitab-kitab nahwu lainya. Karena begitu ringkas dan mudah untuk memahaminya, hal tersebut menjadikan kitab ini sebagai media utama bagi para mubtadi’in yang ingin belajar ilmu nahwu.
Menjadi Kitab yang penuh Barakah
Dalam kitab Hasiyyah al-Khamidi menjelaskan mengapa kitab Jurumiyah ini menjadi kitab barakah yang jika kita lihat kitab ini telah diajarkan di seluruh pesantren atau madrasah di Indonesia. Dalam kitab tersebut menceritakan bahwa waktu mengarang kitab jurumiyah ini Imam Ajurrum menuliskannya tepat berada di depan Ka’bah.
Dan di dalam kitab Hasyiyah Asmawi, Imam Asmawi juga menambahkan sebuah cerita bahwa waktu itu Imam Ibnu Ajurrum menulis kitab Jurumiyah ini tepat berada di depan Ka’bah. Dan kitab Jurumiyah ini sempat terbang terbawa oleh angin. Lalu Imam Ibnu Ajurrum pun berdo’a.
اللَّهُمَّ اِنْ كَانَ َخَالِصًا لِوَجْهِكَ فَرَدَّهُ عَلَيَّ، فَرَدَّهُ عَلَيْهِ مٌعَقِّبًا
Artinya: “Ya Allah jika saya mengarang kitab itu iklas karena-Mu. Maka kembalikanlah kitab itu padaku. Dan apabila saya tidak iklas karenamu, maka kembalikanlah padaku berupa siksaan.”
Dan akhirnya kitab Jurumiyah ini pun kembali lagi ke tangan Imam Ibnu Ajurrum dengan keadaan masih utuh seperti sebelumya. Dalam riwayat lain juga menceritakan waktu selesai mengarang kitab Jurumiyah ini Imam Ibnu Ajurrum membuangnya ke lautan. Dan beliau pun berdo’a.
اللَّهُمَّ اِنْ كَانَ َخَالِصًا لِلَّهِ تَعَالَى فَلَا يَبُلُّ
Artinya: “Ya Allah jika saya mengarang ikhlas karena-Mu, maka air tidak akan membasahinya.”
Setelah ia buang ke lautan pun kitab Jurumiyah ini tidak basah meskipun sudah jatuh ke dalam air.
Sudah tidak perlu kita ragukan lagi mengenai kehebatan kitab Jurumiyah ini. Selain kitab ini menjadi kitab yang barakah, dan juga terdapat kisah yang menarik waktu Imam Ibnu Ajurrum mengarangnya.
Kitab ini juga memang menjadi salah satu kitab yang paling mudah untuk mempelajari ilmu nahwu bagi mubtadi’in yang baru mulai belajar ilmu nahwu. Dan kitab ini juga sudah masyhur di seluruh pesantren untuk kita pelajari sebelum mempelajari kitab nahwu yang lainnya. []