Mubadalah.id – Sebagai seorang santri, pondok pesantren menjadi salah satu lembaga pendidikan yang telah memberikan banyak perubahan di dalam kehidupan saya.
Dengan belajar dan mengaji di pesantren, membuat saya dan para santri pada umumnya bisa menghilangkan dari segala kebodohan dan menanamkan kepada mereka untuk memiliki akhlak yang baik.
Kedua hal ini saya dapatkan, ketika saya mulai belajar di beberapa pondok pesantren. Saat belajar di Pondok Pesantren Nurul Huda Munjul di Astanajapura Cirebon, saya diajarkan untuk menghilangkan kebodahan tersebut dengan cara mengaji berbagai kitab kuning.
Berbagai kitab kuning itu di antaranya kitab Adab, Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh, Hadis dan Tasawuf. Termasuk beberapa kitab alat juga saya pelajari. Beberapa kitab alat yang saya kaji seperti Nahwu, Sharaf, Mantiq, dan lain sebagainya.
Pondok Pesantren Assalafie
Tidak hanya berhenti di pesantren tersebut, kemudian saya juga melanjutkan pendidikan dengan belajar di Pondok Pesantren Assalafie Putri di Babakan Ciwaringin Cirebon.
Di pesantren ini saya mendapatkan banyak ilmu-ilmu baru yang belum saya dapatkan di pesantren sebelumnya. Di Pesantren Assalafie proses pembelajarannya terbagi menjadi tiga program.
Program pertama ada Madrasah Assalafie Putri (MHSP). Kedua, program auzan, yaitu program khusus untuk kitab kuning dan menghafal kitab-kitab nadzaman nahwu sharaf dan kitab Arba’in Nawawi. Dan yang terakhir, adalah program khusus untuk tahfidz al-Qur’an.
Dari tiga program tersebut, saya lebih tertarik untuk masuk program pertama, yaitu MHSP. MHSP merupakan salah satu program ngaji seperti pada sekolah-sekolah pada umumnya. Jadi ada beberapa tingkatan yang harus ditempuh oleh para santri. Dimulai dengan tingkat awal hingga tingkat akhir.
Hal inilah yang membuat saya bisa mudah untuk mengaji di sana. Karena kurikulum pembelajaran mengaji di MHSP sangat bagus, bahkan bisa menyesuaikan dengan kemampuan para santri.
Apalagi di MHSP ini menjadi madrasah yang khusus untuk para santri putri. Artinya para santri perempuan di sana diberikan kesempatan yang sama untuk belajar di pendidikan yang sama. Hal tersebut lah yang membuat saya bisa lebih fokus untuk belajar dan mengaji beragam kitab kuning.
Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina
Setelah menyelesaikan pendidikan dengan Pesantren Assalafie, kemudian saya melanjutkan pendidikannya dengan belajar di Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina.
Di pesantren ini, ada beberapa kitab yang biasa kami kaji. Kitab-kitab tersebut di antaranya: Kitab Taqrib, Riyadl ash-Shalihin, Sittin al-Adliyah Jurumiyah, Kaylaniy, Tafsir Jalalain, Fiqh al-Ibadah, Waroqot, Sirah Nabawiyah dan Tarikh Khulafa.
Selain kitab di atas, kami para santri juga belajar banyak tentang ilmu alat seperti nahwu dan sharaf, ilmu logika (mantiq), dan kaidah hukum dan teori hukum (fiqh, qawaid fiqh dan ushul fiqh).
Kemudian kami juga belajar beberapa kitab Hadis, tafsir al-Qur’an dan sirah (biografi dan sejarah ulama perempuan).
Namun menariknya, di Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina ini lebih terbuka dibandingkan dengan dua pesantren di atas.
Keterbukaan di pesantren ini, misalnya kami lebih diberikan kesempatan untuk menggunakan gadget dan laptop untuk menungjang semua aktivitas pembelajaran selama di pesantren.
Terlebih dengan menggunakan gadget dan laptop ini menurut salah satu pengasuh saya, Bunda Nurul Bahrul Ulum, sudah sebaiknya pesantren itu harus mengikuti seluruh perkembangan zaman. Apalagi dengan kehadiran gadget dan laptop itu dapat membantu para santri untuk belajar banyak hal.
Maka dengan demikian, setiap pesantren menjadi ruang bagi para santri untuk mengaji. Maka dengan begitu setiap perkembangan yang ada di pesantren penting untuk selalu kita ikuti. []