• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perjalanan Menjadi Seorang Santri: Mengaji dari Pesantren ke Pesantren  

Apalagi di MHSP ini menjadi madrasah yang khusus untuk para santri putri. Artinya para santri perempuan di sana diberikan kesempatan yang sama untuk belajar di pendidikan yang sama

Hanifah Nabilah Hanifah Nabilah
28/10/2023
in Personal
0
Santri Pesantren

Santri Pesantren

818
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagai seorang santri, pondok pesantren menjadi salah satu lembaga pendidikan yang telah memberikan banyak perubahan di dalam kehidupan saya.

Dengan belajar dan mengaji di pesantren, membuat saya dan para santri pada umumnya bisa menghilangkan dari segala kebodohan dan menanamkan kepada mereka untuk memiliki akhlak yang baik.

Kedua hal ini saya dapatkan, ketika saya mulai belajar di beberapa pondok pesantren. Saat belajar di Pondok Pesantren Nurul Huda Munjul di Astanajapura Cirebon, saya diajarkan untuk menghilangkan kebodahan tersebut dengan cara mengaji berbagai kitab kuning.

Berbagai kitab kuning itu di antaranya kitab Adab, Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh, Hadis dan Tasawuf. Termasuk beberapa kitab alat juga saya pelajari. Beberapa kitab alat yang saya kaji seperti Nahwu, Sharaf, Mantiq, dan lain sebagainya.

Pondok Pesantren Assalafie

Tidak hanya berhenti di pesantren tersebut, kemudian saya juga melanjutkan pendidikan dengan belajar di Pondok Pesantren Assalafie Putri di Babakan Ciwaringin Cirebon.

Baca Juga:

Kasih Sayang Seorang Ibu

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

Di pesantren ini saya mendapatkan banyak ilmu-ilmu baru yang belum saya dapatkan di pesantren sebelumnya. Di Pesantren Assalafie proses pembelajarannya terbagi menjadi tiga program.

Program pertama ada Madrasah Assalafie Putri (MHSP). Kedua, program auzan, yaitu program khusus untuk kitab kuning dan menghafal kitab-kitab nadzaman nahwu sharaf dan kitab Arba’in Nawawi. Dan yang terakhir, adalah program khusus untuk tahfidz al-Qur’an.

Dari tiga program tersebut, saya lebih tertarik untuk masuk program pertama, yaitu MHSP. MHSP merupakan salah satu program ngaji seperti pada sekolah-sekolah pada umumnya. Jadi ada beberapa tingkatan yang harus ditempuh oleh para santri. Dimulai dengan tingkat awal hingga tingkat akhir.

Hal inilah yang membuat saya bisa mudah untuk mengaji di sana. Karena kurikulum pembelajaran mengaji di MHSP sangat bagus, bahkan bisa menyesuaikan dengan kemampuan para santri.

Apalagi di MHSP ini menjadi madrasah yang khusus untuk para santri putri. Artinya para santri perempuan di sana diberikan kesempatan yang sama untuk belajar di pendidikan yang sama. Hal tersebut lah yang membuat saya bisa lebih fokus untuk belajar dan mengaji beragam kitab kuning.

Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina

Setelah menyelesaikan pendidikan dengan Pesantren Assalafie, kemudian saya melanjutkan pendidikannya dengan belajar di Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina.

Di pesantren ini, ada beberapa kitab yang biasa kami kaji. Kitab-kitab tersebut di antaranya: Kitab Taqrib, Riyadl ash-Shalihin, Sittin al-Adliyah Jurumiyah, Kaylaniy, Tafsir Jalalain, Fiqh al-Ibadah, Waroqot, Sirah Nabawiyah dan Tarikh Khulafa.

Selain kitab di atas, kami para santri juga belajar banyak tentang ilmu alat seperti nahwu dan sharaf, ilmu logika (mantiq), dan kaidah hukum dan teori hukum (fiqh, qawaid fiqh dan ushul fiqh).

Kemudian kami juga belajar beberapa kitab Hadis, tafsir al-Qur’an dan sirah (biografi dan sejarah ulama perempuan).

Namun menariknya, di Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina ini lebih terbuka dibandingkan dengan dua pesantren di atas.

Keterbukaan di pesantren ini, misalnya kami lebih diberikan kesempatan untuk menggunakan gadget dan laptop untuk menungjang semua aktivitas pembelajaran selama di pesantren.

Terlebih dengan menggunakan gadget dan laptop ini menurut salah satu pengasuh saya, Bunda Nurul Bahrul Ulum, sudah sebaiknya pesantren itu harus mengikuti seluruh perkembangan zaman. Apalagi dengan kehadiran gadget dan laptop itu dapat membantu para santri untuk belajar banyak hal.

Maka dengan demikian, setiap pesantren menjadi ruang bagi para santri untuk mengaji. Maka dengan begitu setiap perkembangan yang ada di pesantren penting untuk selalu kita ikuti. []

Tags: MengajiPerjalananpesantrenSantriseorang
Hanifah Nabilah

Hanifah Nabilah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

7 Juli 2025
Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nikah Massal

    Menimbang Kebijakan Nikah Massal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?
  • Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang
  • Perjanjian Pernikahan
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID