• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Perjalanan Munajat Rabi’ah Al-Adawiyah

Pada dini hari yang sepi, Rabi'ah bangun. Hatinya gundah gulana. Ia segera bangkit, mengambil air wudhu, dan bermunajat. Setiap malam, ia bermunajat kepada Allah, sambil menangis tersedu-sedu.

Redaksi Redaksi
04/11/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Rabi'ah

Rabi'ah

689
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rabi’ah al-Adawiyah ialah sosok yang paling cantik. Saat berada di tengah jalan, ia ditangkap orang, lalu dijual kepada pemilik sebuah tempat hiburan malam.

Di tempat itu, ia bekerja sebagai peniup “Ney”, suling, untuk beberapa waktu, hingga akhirnya menjadi penyanyi. Di samping wajahnya yang cantik, ia juga perempuan bersuara merdu.

Rumah hiburan itu tiba-tiba menjadi ramai pengunjung, dan pemiliknya mendadak kaya-raya. Para pengunjung merasa senang mendengar nyanyian-nyanyian Rabi’ah.

Bila malam telah larut, dan suasana di sekitar tempatnya menginap telah sunyi sepi, Rabi’ah tak segera beristirahat.

Ia justru segera mengambil air wudhu dan shalat tahajud berlama-lama. Ia mengadukan hidupnya kepada Tuhan. Rabi’ah shalat, berdoa, dan bermunajat dengan seluruh jiwa raganya sepanjang malam hingga fajar merekah.

Baca Juga:

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

Girls, No More Worry! Kini Bisa Pilih Kursi Sesama Perempuan di KAI

Rabiah al-Adawiyah: Sufi Perempuan yang Tekun Bekerja

Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

Pada dini hari yang sepi, Rabi’ah bangun. Hatinya gundah gulana. Ia segera bangkit, mengambil air wudhu, dan bermunajat. Setiap malam, ia bermunajat kepada Allah, sambil menangis tersedu-sedu.

Kemudian dalam munajat itu, ia mengatakan:

“Tuhanku, aku adalah perempuan yatim piatu yang menderita dalam belenggu perbudakan oleh manusia. Aku rela menanggung sakit dengan seluruh kesabaran yang aku miliki. Biarlah aku begini.”

“Derita ini tak seberapa berat dibandingkan derita yang akan aku alami di akhirat yang akan membakar ruhku dan melepaskan kesabaranku. Wahai Tuhan, kerelaan-Mu-lah satu-satunya harapanku. Anugerahi aku rasa cinta kepada-Mu dan pengetahuan tentang-Mu. Wahai Tuhanku, itulah puncak cita-citaku.”

Begitulah munajat Rabi’ah setiap malam. Hatinya selalu dilanda gelisah. Ia menjadi jarang tidur. Nah, pada suatu malam, manakala ia tengah khusyuk bermunajat, kamarnya berpendar cahaya.

Lampu di atas berputar-putar mengelilingi kepalanya. Tuan rumah melihat cahaya itu, dan ia terperangah dalam kekaguman yang luruh.

Kemudian, esok harinya, Rabi’ah dibebaskan dan menjadi orang merdeka. Majikan itu merendahkan diri di hadapannya sambil memohon maaf atas perlakuannya kepada Rabi’ah selama ini. []

Tags: MunajatPerjalananRabi’ah al-‘Adawiyah
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Boys Don’t Cry

    Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu
  • Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID