• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Perjuangan Abu Bakar ash-Shiddiq Ra Menemani Hijrah Nabi Muhammad Saw

Pada saat itu, Abu Bakar ash-Shiddiq Ra menjadi teman setia nabi. Termasuk saat menunggu dalam cemas di balik batu-batu di seberang rumah nabi

Redaksi Redaksi
10/01/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Abu Bakar

Abu Bakar

208
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saat para pengikut Nabi Muhammad Saw telah meninggalkan Makkah beberapa hari sebelumnya menuju Habasyah, Ethiopia. Maka yang tersisa di Makkah hanyalah nabi, Abu Bakar ash-Shiddiq Ra dan Ali bin Abi Thalib.

Pada saat itu, Abu Bakar ash-Shiddiq Ra menjadi teman setia nabi. Termasuk saat menunggu dalam cemas di balik batu-batu di seberang rumah nabi. Ali bin Abi Thalib putra paman beliau, sudah sampai di rumah. Lalu masuk ke kamar nabi dan segera mengambil selimut yang biasa dipakai sepupunya itu.

Kemudian, Ia diminta oleh nabi untuk tidur di atas tikar tidur beliau. Nabi, seperti biasanya, mengambil air wudhu, shalat, dan berdoa dengan seluruh getaran jiwa.

Sementara itu, para pembunuh berpencar di semak-semak di sekeliling rumah itu. Mata mereka tak berkedip mengawasi rumah nabi. Pedang sudah diasah berjam-jam sejak siang hingga rambut licin bisa ditebasnya, begitu tajam.

Dengan satu kali peluit, komando mereka secara serentak bangkit, bergerak cepat, lalu mendobrak rumah itu, dan menghunuskan pedang itu untuk ditebaskan ke tubuh nabi secara bersama-sama.

Baca Juga:

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Asma’ binti Abu Bakar Ra : Perempuan Tangguh di Balik Kesuksesan Hijrah Nabi Muhammad SAW

Tahun Baru Islam, Saatnya Hijrah dari Kekerasan Menuju Kasih Sayang

Saat Menyelesaikan Masalah dengan Sang Istri, Nabi Muhammad Saw Memilih Negosiasi

Usai shalat dan berdoa, Nabi Muhammad Saw yang Mulia itu membuka pintu dan melangkah keluar. Di luar rumah, nabi tak melihat siapa-siapa, tak ada orang, sepi. Nabi menemui Abu Bakar ash-Shiddiq Ra yang seperti tak sabar untuk selanjutnya bersama-sama menuju Gunung Tsur (Banteng). Para pembunuh begitu kecewa.

“Muhammad lolos,” kata mereka.

Selama tiga hari, kedua orang yang saling mengasihi itu berada di dalamnya. Abu Bakar ash-Shiddiq Ra sempat gemetar ketika berpuluh-puluh kaki musuh mendekatinya. Ia mendengar dengan jelas teriakan-teriakan dan hentakan kaki-kaki kuda yang mendekat ke arah gua.

“Jika saja musuh-musuh itu melihat kakiku atau kaki nabi, pastilah tamat sudah riwayat kami berdua,” katanya dalam hati.

Sementara itu, nabi tetap tenang. Beliau melihat dengan jelas kecemasan sahabat beliau itu, lalu berusaha menenangkannya. Beliau bersabda: “Sahabat, jangan bersedih hati. Tuhan bersama kita.” Mereka lepas dari pengejaran para pembunuh.

Tiba di Madinah

Esoknya, mereka keluar gua itu dan melanjutkan perjalanan menuju Madinah untuk bertemu dengan rakyat di sana yang sudah lama merindukan kehadiran beliau.

Ketika nabi memasuki pintu Madinah, perempuan-perempuan kota itu berbaris untuk menyambut dengan sukacita sambil bernyanyi dan menari riang:

Oh, purnama telah hadir di tengah kita
Dari lembah, Bukit Wada’
Ayo, kita berterima kasih pada Tuhan

Seorang laki-laki berteriak, “Hai, Bani Oailah! Ini orang yang kalian tunggu-tunggu telah datang!”

Nabi dan Abu Bakar ash-Shiddiq Ra tetap di atas untanya. Wajah mereka sumringah. Namun, para penduduk Madinah bingung, mana di antara dua orang penunggang unta itu yang bernama Muhammad.

Abu Bakar ash-Shiddiq Ra membaca pikiran mereka, lalu segera memayungkan jubahnya di atas kepala nabi, dan kini mereka tahu mana nabi mereka yang dirindukan itu.

Hampir sepuluh tahun nabi tinggal di kota yang berpendar cahaya ini. Beliau rindu kembali ke kampung beliau di Makkah. Beliau pun pergi bersama beribu sahabat beliau.

Abu Sufyan Ra salah seorang “pembuat strategi” pembunuhan nabi, bersama para pengikutnya gentar. Nabi mengerti. Kepada mereka, dengan suara tenang penuh wibawa. Nabi bersabda: “Kalian bebas. Kalian boleh pergi ke mana saja dengan aman dan damai.” []

Tags: Abu Bakar Ash-Shiddiq RaHijrahMenemaniNabi Muhammad SAWperjuangan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Beda Keyakinan

    Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID