Mubadalah.id – Prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam al-Qur’an antara lain mempersamakan kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai hamba (‘abid), Tuhan, dan sebagai wakil Tuhan di bumi (khalifah Allah fi al-ardh).
Laki-laki dan perempuan juga diciptakan dari unsur yang sama, lalu keduanya terlibat dalam drama kosmis, dan ketika Adam dan Hawa sama-sama bersalah menyebabkan ia jatuh ke bumi.
Keduanya sama-sama berpotensi meraih prestasi, dan sama-sama berpotensi untuk mencapai ridha Tuhan, di dunia dan akhirat.
Persoalan yang Nasaruddin Umar hadapi dalam mengusung gagasan-gagasan feminisme Islam adalah isu yang terlalu elitis dan akademis.
Alasannya, karena gagasan pembelaannya hanya bersumber pada al-Qur’an, dengan menggunakan teori-teori modern atau ilmu al-Qu’ran yang jarang masyarakat Islam secara umum kuasai.
Artinya, isu yang Nasaruddin Umar usung tidak banyak menyentuh kesadaran dan pemahaman masyarakat Islam secara umum, dan hanya bisa kita terima oleh kalangan intelektual.
Inilah kendala yang Nasaruddin Umar hadapi dalam mengusung gagasan-gagasan pembelaan terhadap perempuan dengan perspektif agama yang berperspektif kesetaraan gender
Pembagian Peran Laki-laki dan Perempuan
Al-Qur’an juga tidak memberikan pembahasan lebih terperinci tentang pembagian peran laki-laki dan perempuan, namun bukan berarti al-Qur’an tidak mempunyai wawasan gender.
Perspektif gender dalam al-Qur’an mengacu pada nilai-nilai universal. Adanya kecenderungan pemahaman bahwa konsep-konsep Islam banyak memihak pada jender laki-laki, belum tentu mewakili substansi ajaran al-Qur’an.
Al-Qur’an juga tidak menafikan adanya perbedaan anatomi biologis. Tetapi perbedaan ini tidak menjadi dasar untuk mengistimewakan jenis kelamin yang satu dengan jenis kelamin yang lainnya.
Dasar utama hubungan laki-laki dan perempuan, khusunya pasangan suami-istri, adalah kedamaian yang penuh mawaddah wa rahmah.
Ayat-ayat gender memberikan panduan secara umum bagaimana mencapai kualitas individu dan masyarakat yang harmonis.*
*Sumber: tulisan karya M. Nuruzzaman dalam buku Kiai Husein Membela Perempuan.