Mubadalah.id – Pusat Studi Islam Perempuan dan Pembangunan (PSIPP) ITB Ahmad Dahlan Jakarta, Rabu 13 Mei 2020 menggelar Webinar “Pengasuhan dan Tumbuh Kembang Anak di Masa Pandemik”. Dalam kalimat pengantarnya, webinar ini memantik pertanyaan, bagaimana pola pengasuhan anak selama pandemik corona telah merubah 180 derajat relasi anak dan orang tua.
Webinar ini dihadiri sejumlah nara sumber antara lain, Asisten Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak Ibu Rohika, menggantikan Ibu Deputi yang berhalangan hadir, lalu Komisioner KPAI Ibu Putu Elvina Gani, Mudir Ponpes Ki Bagus Hadikusumo Jampang Bogor Bapak Nur Achmad dan terakhir Psikolog Ibu Lya Fahmi. Dalam forum tersebut, saya diberi kesempatan untuk memoderatori jalannya diskusi.
Masing-masing dari nara sumber menyampaikan pemaparan sesuai dengan bidang profesi masing-masing, yang menelisik tentang lika-liku pengasuhan dan tumbuh kembang anak di masa pandemik, dalam perspektif Islam, kebijakan nasional dan pandangan psikolog.
Pembahasan pertama disampaikan Ibu Putu Elvina Gani yang menjelaskan tentang dampak pandemik secara sosial, ekonomi, kesehatan, psikologis dan hukum, terutama bagi anak yang bermasalah dengan hukum. Sedangkan permasalahan yang dihadapi ialah bagaimana mendesain sebuah sistem kolaborasi antara orang tua dan masyarakat untuk pengasuhan anak.
“Bicara sinergi antara orang tua, masyarakat dan pemerintah masih belum maksimal, sehingga ada dua point yang menjadi tawaran. Pertama, penguasaan keterampilan bagi orang tua. Kedua, membangun sistem ekonomi, lingkungan, dan jaring pengaman sosial.” Ungkapnya.
Selanjutnya pembahasan disambung Ibu Rohika yang menyoroti tentang pengasuhan berbasis anak dalam masa pandemic covid-19. Terlebih ada peningkatan kasus kekerasan terhadap anak, sekitar 368 kasus, dan melibatkan 407 anak. Fakta mengejutkan ini menjadi kesadaran bersama jika anak-anak merasa tidak bahagia, dan tidak siap dengan segal hal yang ada di rumah.
“Sehingga pemerintah akan mengikuti 5 arahan Presiden Jokowi untuk menghadapi pandemic ini, antara lain peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan, peningkatan peran ibu dan keluarga dalam pendidikan dan pengasuhan anak, penurunan angka kekerasan terhadap anak, penurunan pekerja anak, dan terakhir pencegahan perkawinan anak.” terangnya.
Sementara itu Bapak Nur Achmad menjelaskan tentang pola pengasuhan keluarga yang terbaik menurut AlQur’an. Di mana, ia memaparkan mulai dari penggalan doa Nabi Zakariya AS dalam surat Maryam yang menyebutkan Dzurriyah Thoyyibah, lalu agar kita jangan meninggalkan generasi yang lemah sebagaimana tertulis dalam surat Annisa.
Al-Qur’an juga mengatakan bahwa harta dan anak-anak merupakan hiasan dan ujian kehidupan, maka jika gagal anak-anak akan berubah menjadi musuh bagi orang tuanya sendiri. Sedangkan dalam Surat Alfurqon dikatakan bahwa keluarga dan anak-anak juga bisa menjadi Qurrota ‘Ayun yakni penyejuk hati, atau ketentraman dalam rumah tangga.
Yang menarik, menurut Nur Achmad, dalam surat Lukman, di mana Lukman memberikan nasehat pada anaknya bagaimana ia harus menghadapi kehidupan. Ada tiga langkah yang disampaikan Lukman,
Pertama, bijaksana ketika mendapatkan masalah.
Kedua, bersyukur atas nikmat yang telah dianugerahkan Tuhan.
Dan ketiga, pembelajaran makna hidup yang berkaitan dengan soft skill.
Terakhir, Psikolog Ibu Lya Fahmi yang menjabarkan bagaimana pengelolaan stress pada orang tua dan anak di masa pandemik ini. Adanya ancaman finansial, pemasukan yang stagnan sementara kebutuhan hidup terus berkejaran, dan dengan kondisi rumah sebagai pusat kegiatan keluarga, tentu hal itu tidak mudah dijalani oleh orang tua.
Sehingga dengan situasi di atas memaksa orang tua untuk mampu beradaptasi, lalu ketika stress menyapa, maka akan memicu kekerasan terhadap anak. Lya Fahmi menyarankan agar orang tua mempunyai emosi yang stabil, menjamin psikologis diri sendiri, yakni bagaimana mengatur emosi yang kelak akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Dalam kata lain, istilah itu disebut dengan Psychological Well Being.
Psychological Well being menurut Ryff (1089) adalah suatu kondisi seseorang yang bukan hanya bebas dari tekanan atau masalah-masalah mental saja, tetapi lebih dari itu, merupakan kondisi seseorang yang mempunyai kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu.
Kemudian bagaimana melihat pengembangan atau pertumbuhan diri, keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan, memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain, kapasitas untuk mengatur kehidupan dan lingkungannya secara efektif dan kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri. Sehingga Psychological Well Being orang tua menjadi kunci sukses dalam pola pengasuhan dan tumbuh kembang anak.
Selain itu, dikatakan Lya Fahmi penting juga melakukan 8 langkah agar bisa mengelola stress dan mampu beradaptasi dengan kehidupan normal yang baru. Antara lain, menetapkan kegiatan rutin harian, mengontrol asupan gizi keluarga untuk menjaga kesehatan mental yang baik. Karena makanan diyakini mampu meredam emosi yang labil.
Kemudian, membatasi sumber media terutama informasi seputar covid-19, olahraga bergerak secara fisik dipercaya bisa menjadi kanal emosi, tetap terhubung dengan orang-orang terdekat, menolong sesama, menjaga waktu tidur yang cukup, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, dan terakhir optimis dengan masa depan. Yakin dan pasti kondisi pandemik ini akan segera diakhiri. []