• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Relasi Setara bagi Manusia, Benarkah Ada?

Dalam memperjuangkan relasi setara, dua individu dengan latar belakang yang berbeda membutuhkan kompromi dan komunikasi yang baik dari kedua belah pihak agar hubungan dapat berjalan dengan sehat

Yuyun Khairun Nisa Yuyun Khairun Nisa
30/08/2022
in Personal
0
Relasi Setara

Relasi Setara

446
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa waktu kemarin, saya mengikuti webinar series dengan pembicara seorang mahasiswi Pascasarjana Kajian Gender Universitas Indonesia, Stella Anjani. Yang sangat menarik perhatian dari webinar ini adalah topik pembahasannya yang ter-highlight pada flyer, Apakah Relasi Setara Sungguh Ada?

Pada awal diskusi, Stella memberikan contoh beberapa pasangan untuk memantik gambaran relasi setara. Mulai dari pasangan yang seumuran, laki-laki yang lebih tua dari perempuan, pun sebaliknya laki-laki yang lebih muda dari pasangannya. Ternyata, menentukan relasi setara tidak bisa hanya kita ukur dari faktor usia saja.

Menilai kesetaraan dalam sebuah relasi sepatutnya memahami terlebih dahulu arti dari kata “setara”. Dalam pemaparannya, Stella menjelaskan bahwa setara tidak berarti sama rata. Hal ini dikarenakan kesetaraan erat kaitannya dengan kekuasaan (power) dan kendali (control). Latar belakang individu juga dapat mempengaruhi seseorang untuk dapat berkuasa dan memiliki kendali atas sesuatu atau orang lain.

Khususnya dalam relasi intim dengan pasangan, membutuhkan waktu dan proses yang tidak singkat untuk benar-benar mewujudkan relasi setara. Karena akan melewati diskusi yang panjang untuk dapat berkompromi membahas apa yang adil bagi kedua pihak.

Daftar Isi

    • Kesetaraan dan Keadilan
  • Baca Juga:
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Hadis Relasi Rumah Tangga
    • Pembagian Peran
    • Memperjuangkan Relasi Setara

Kesetaraan dan Keadilan

Dalam memahami keadilan, kebanyakan orang fokus terhadap pembagian peran kerja rumah tangga, biaya pengeluaran atau kesempatan berkarir maupun berkarya. Misalnya, suami mencuci piring sedangkan istri memasak, suami mengurus pengeluaran gaji karyawan sedangkan istri mengurus pengeluaran bahan pokok, atau istri bekerja kembali saat anak sudah berusia 4 tahun sedangkan suami bekerja setelah jatah cuti untuk menemani istri melahirkan selesai.

Baca Juga:

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

Hadis Relasi Rumah Tangga

Secara prinsipnya, contoh di atas terlihat menandakan relasi setara. Namun, pembagian peran tersebut juga sebenarnya menimbulkan cela. Ketika peran suami dalam ranah domestik hanyalah mencuci piring dan melimpahkan tugas memasak kepada istri, maka suami tidak akan punya keterampilan memasak. Jika istri sakit, suami akan kewalahan untuk menyediakan makanan di rumah.

Saat suaminya tidak ada, istri juga akan kewalahan mengurus pengeluaran gaji karyawan, karena keterampilan manajerial yang ia urus hanya untuk pengeluaran bahan pokok saja. Istri yang sempat terhenti masa karirnya, karena mengurus anak lebih lama, mendapatkan peluang kenaikan jabatan atau eksplorasi potensi dalam pekerjaan lebih sedikit.

Pembagian Peran

Oleh karenanya, pembagian peran juga bukan faktor mutlak terwujudnya relasi yang setara. Jika pasangan sakit atau tiada, dan kita tidak memiliki keterampilan yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan tersebut, maka sama halnya dengan menggantungkan diri pada pasangan. Padahal, relasi setara menciptakan individu yang berkembang, dan memiliki kuasa serta kontrol penuh atas diri.

Dalam memahami kekuasaan, perlu kita ketahui juga bahwa sifat kuasa ialah dinamis. Stella juga menambahkan bahwa pada dasarnya kekuasaan bisa kita perebutkan, sehingga kedudukan dalam suatu relasi bisa kita seimbangkan. Namun, berdasarkan jenisnya, ada kuasa yang bersifat keseluruhan dan situasional.

Kuasa keseluruhan dapat terjadi ketika sebagian besar keputusan dilimpahkan pada satu orang yang dominan, sedangkan orang lain hanya sebagai ‘penumpang’. Dominasi kekuasaan seperti ini rentan menimbulkan kebencian atas satu orang terhadap lainnya, karena hanya satu orang yang terus menerus membuat keputusan.

Sedangkan kuasa situasional di mana tiap individu memiliki otoritas pada bidangnya masing-masing, sehingga ia dapat melakukan yang terbaik atas apa yang menjadi tanggung jawabnya. Namun, hal ini juga terdapat sisi lemahnya. Di mana tidak ada peningkatan keahlian pada bidang lainnya. Dalam hal ini ialah dampak dari pembagian peran.

Belum lagi identitas yang melekat pada tiap-tiap individu, seperti gender, suku, kelas sosial, pendidikan, agama, warna kulit, identitas gender, dan masih banyak identitas lainnya, dapat mempengaruhi posisi seseorang di relasi intimnya dengan pasangan.

“Identitas yang seseorang miliki dapat menguatkan atau melemahkan posisinya di masyarakat. Dan hal ini dapat berpengaruh juga dalam perebutan kuasa pada relasi intim,” terang Stella.

Misalnya, seorang laki-laki, suku Jawa, Muslim, berasal dari kelas menangah atas, dan heteroseksual, maka ia  akan memiliki lebih besar power, control, juga privilege di masyarakat. Karena ia termasuk kelompok mayoritas di Indonesia, dan yang dianggap ‘ideal’.

Memperjuangkan Relasi Setara

Dari diskusi tersebut, hal menarik lainnya adalah sebuah hasil pemikiran yang mengatakan bahwa relasi setara sebenarnya tidak benar-benar ada. Namun, yang ada ialah upaya untuk memperjuangkan relasi setara.

Setiap individu dengan identitas yang melekat pada diri masing-masing memiliki power dan control tersendiri yang mana bisa bersifat given (pemberian dari Tuhan) atau hasil dari pilihan hidupnya. Tinggal bagaimana hal tersebut digunakan untuk membantu pasangan mewujudkan kesetaraan dalam berelasi, alih-alih mendominasi, menindas bahkan merampas hak orang lain.

Setiap orang punya konsep dan keyakinan masing-masing untuk menentukan kesetaraan yang tentunya berlandaskan keadilan, serta nilai baik dan buruk. Oleh karena itu, dalam memperjuangkan relasi setara, dua individu dengan latar belakang berbeda membutuhkan kompromi dan komunikasi yang baik dari kedua belah pihak. Agar hubungan dapat berjalan dengan sehat. []

 

Tags: GenderkeadilankeluargaKesalinganKesetaraanRelasi
Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa, lahir di Karangampel-Indramayu, 16 Juli 1999. Lulusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Saat ini sedang bertumbuh bersama AMAN Indonesia mengelola media She Builds Peace Indonesia. Pun, tergabung dalam simpul AMAN, Puan Menulis (komunitas perempuan penulis), dan Peace Leader Indonesia (perkumpulan pemuda lintas iman). Selain kopi, buku, dan film, isu gender, perdamaian dan lingkungan jadi hal yang diminati. Yuk kenal lebih jauh lewat akun Instagram @uyunnisaaa

Terkait Posts

Agama Perempuan Separuh Lelaki

Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

31 Maret 2023
Kontroversi Gus Dur

Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

30 Maret 2023
Food Waste

Bulan Puasa: Menahan Nafsu Atau Justru Memicu Food Waste?

30 Maret 2023
Perempuan Haid Mendapat Pahala

Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?

29 Maret 2023
Pengasuhan Anak

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

28 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

27 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist