Isu bela agama yang menjadi pembenaran terhadap tindakan pembelaan etnis Rohingya, sekarang menjadi sebuah cibiran seiring perubahannya menjadi isu sosial
Mubadalah.id – Ribuan Pengungsi Rohingnya yang datang ke Indonesia menimbulkan pekerjaan baru bagi pemerintahan Indonesia. Mengutip dari Jawapos.com pada Desember ini sudah ada 1000 lebih pengungsi Rohingya yang ada di Aceh. Polemik mengenai pengungsi Rohingya ini erat kaitanya dengan isu agama dan sosial kemanusiaan.
Bertolak belakang dengan kondisi sebelumnya, isu bela agama yang dulu pernah menjadi pembenaran terhadap tindakan pembelaan kelompok tertindas, sekarang menjadi sebuah cibiran seiring memudarnya isu agama atas etnis Rohingya yang belakangan menjadi isu sosial.
Sebelumnya banyak masyarakat Indonesia yang tergerak hatinya untuk menolong para pengungsi Rohingya atas dasar prinsip kesamaan keyakinan, yakni sama-sama memeluk agama Islam.
Beberapa media sempat juga menayangkan lebih dari dua tokoh terkenal di Indonesia berujar akan menampung dan membiayai para pengungsi atas dasar kesamaan agama, meskipun pada akhirnya hal tersebut menimbulkan hujatan dari kalangan yang kontra.
Datangnya Ribuan Pengungsi Apakah Menjadi Kebobolan Besar Keamanan Negeri?
Awalnya masyarakat Indonesia sangat antusias untuk membantu para pengungsi dari etnis Rohingya yang datang ke Indonesia. Mereka memberikan makan dan menyediakan kebutuhan beberapa pengungsi. Namun jumlah pengungsi yang kian hari kian bertambah, pada akhirnya menimbulkan kekhawatiran masyarakat Aceh akan keamanan dan kesejahteraannya sendiri.
Beberapa video yang beredar seakan memperkeruh suasana dengan memperlihatkan bagaimana penduduk setempat menolak dan berusaha mengusir para pengungsi. Berita-berita hoax di media sosial juga menjadi bumbu atas konflik yang terjadi.
Setelah melakukan penelusuran, terdapat fakta bahwa Para pengungsi Rohingya ternyata tidak murni semuanya pengungsi. Melainkan penyelundupan atau aksi ilegal perbudakan dan perdagangan orang yang merupakan pelanggaran terhadap HAM. Sehingga, jika demikian benar adanya, kedatangan ribuan Pengungsi Rohingnya menjadi sebuah kebobolan besar atas keamanan negara republik Indonesia.
Ambil Pelajaran dan Mawas Diri untuk Masa Mendatang
Beberapa fakta yang mengungkap bagaimana pengungsi Rohingya akhirnya berkonflik dengan pribumi, seharusnya menjadi pelajaran bagi warga negara Indonesia untuk bersikap.
Berjiwa kemanusiaan besar tentu perlu, namun sikap mawas diri juga harus ada. Jangan sampai masyarakat sendiri kehilangan kesejahteraan dan terancam keamanannya karena salah dalam menyikapi permasalahan yang terjadi. Pelaku ataupun oknum, baik itu perorangan maupun organisasi yang menjadi dalang kedatangan para pengungsi Rohingya ini juga perlu tindakan tegas.
Masyarakat Indonesia jangan mudah terprovokasi dengan dalih agama yang selama ini selalu menjadi jargon penggerak massa. Mulai sekarang masyarakat harus semakin jeli.
Masyarakat harus peka, bahwa isu agama seringkali menjadi pemersatu barisan, namun tidak kalah sering juga menjadi pemecah persatuan bangsa. Sehingga siapapun harus bijak menyikapi tiap masalah yang terjadi.
Pola lama jangan sampai terulang kembali, api dinyalakan, setelah api berkobar dan menimbulkan korban, bahkan subjek yang menghadirkan api seringkali lepas tangan.
Dilema yang Harus Diakhiri
Di satu sisi negara harus menghadapi dilema atas tuntutan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai organisasi internasional yang menangani masalah terkait pengungsi, sementara di sisi yang lain negara juga harus melindungi dan memberikan kesejahteraan untuk warga negaranya sendiri.
Mengambil langkah yang tepat sangat perlu guna menjadi kunci atas jawaban permasalahan yang terjadi. Negara harus bersikap tegas.
Baper dengan perihal kemanusiaan memang harus ada dalam setiap jiwa manusia, namun apabila nantinya menyangkut keamanan dan kepentingan masyarakat yang lebih luas, khususnya warga negara sendiri yang telah konstitusi amanahi untuk kesejahteraanya, tentu pengkajianya harus lebih mendalam lagi.
Apakah keputusan yang diambil lebih mengedepankan manfaat dari pada mafsadatnya? ataukah hanya mengedepankan gengsi jika negara dikatakan tidak bisa menjadi pionir kemanusiaan dalam masalah pengungsian yang ada?
Ada keamanan dan ketertiban yang harus juga kita perhatikan. Sehingga setiap keputusan besar yang akan kita ambil harus dilakukan kajian yang mendalam terlebih dahulu. []