• Login
  • Register
Sabtu, 25 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Selamat Idulfitri, Hari Raya Mubadalah!

Selamat Idulfitri, Hari Raya Mubadalah. Mari rayakan Idulfitri dengan semangat Mubadalah, yakni hari raya kesalingan menuju ketakwaan.

Thoah Jafar Thoah Jafar
04/05/2022
in Hikmah, Rekomendasi
0
Selamat Idulfitri, Hari Raya Mubadalah

Selamat Idulfitri, Hari Raya Mubadalah

35
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Selamat Idulfitri, hari raya Mubadalah kita. Umat Muslim di seluruh dunia kembali merayakan hari kemenangannya. Hari Raya Idulfitri kerap dimaknai sebagai hari kemenangan, kemenangan dari penundukan hawa nafsu selama bulan Ramadan, kemenangan kembali ke jati diri awal.

Ada banyak pemaknaan yang hadir terkait perayaan Idulfitri. Para pakar bahasa mengurai kata “Id” dan “Fitri” dengan aneka penerjemahan yang ideal. Makna hari paling menggembirakan bagi umat Islam ini terbentang dari mulai berarti suci, hingga ke pengertian sebagai penanda meningkatnya sebuah ketakwaan.

Selamat Idulfitri, hari raya Mubadalah. Mari merayakannya dengan meningkatkan ketakwaan kita.

Daftar Isi

  • Selamat Idulfitri!
  • Baca Juga:
  • Prinsip Mubadalah; Pekerjaan Rumah Bukanlah Kewajiban Istri
  • Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad
  • Relasi Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah
  • Terminologi Mubadalah Berguna Untuk Gagasan Relasi Kerjasama
  • Makna Pakaian Takwa

Selamat Idulfitri!

Kamus Lisanul Arab, karya Ibnu Mandzur membeberkan banyak makna tentang lafaz “Id” dan “Fitri”. Kata “Id” bermakna kembali atau berulang karena hari raya dimeriahkan setiap tahun, di waktu yang sama, secara berulang-ulang. Sementara “Fitri” setidaknya mencakup lima komponen makna, yakni kesucian, asal-usul kejadian, kekuatan, din al-islam, hingga ketakwaan.

Pertama, kata fitri bermakna kesucian jika disetarakan dengan lafaz fitrah. Maknanya, penempaan ibadah dan menahan diri dari godaan hawa nafsu duniawi selama sebulan diharap mampu menyucikan kembali seorang hamba alias terbebas dari dosa-dosa.

Baca Juga:

Prinsip Mubadalah; Pekerjaan Rumah Bukanlah Kewajiban Istri

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

Relasi Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

Terminologi Mubadalah Berguna Untuk Gagasan Relasi Kerjasama

Kedua, makna fitri sebagai asal-usul kejadian ini masih mirip dengan pemaknaan pertama lantaran masih merujuk pada akar kata yang sama, yaitu fitrah. Berkat totalitas ibadah selama Ramadan itulah, manusia bisa memaknai diri telah terlahir kembali, bersih, suci, sesuai asal-usul kejadian seorang bayi yang tanpa dosa dan kesalahan.

Ketiga, kata fitri disebut sebagai kekuatan karena dalam sebulan penuh umat muslim yang berpuasa telah menunjukkan kekuatannya dalam mengendalikan hawa nafsu. Begitu pun saat Idulfitri, seorang muslim diharapkan mendapatkan sebuah kekuatan baru usai ditempa selama bulan suci Ramadan.

Keempat, fitri bisa juga diartikan sebagai din al islam. Bentuk masdar dari “islam” yakni “Salama” bermakna perdamaian dan ketertundukan mampu diraih umat muslim setelah berpuasa penuh selama Ramadan.

Terakhir, atau kelima, makna fitri ditakwil dari arti pakaian. Penerjemahan ini diambil dari ayat perintah berpuasa Ramadan dalam QS. Al-Baqarah: 183, yaitu pada penjelasan tujuan berpuasa “Agar kamu bertakwa.” Sedangkan dalam sejumlah ayat lainnya, takwa kerap diistilahkan sebagai sebuah pakaian. Salah satunya dalam QS. Al-A’raf: 26, yang berbunyi;

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Mudah-mudahan, mereka selalu ingat.”

Makna Pakaian Takwa

Dalam ayat lainnya, kata “libas” atau pakaian kerap menghadirkan maksud dan fungsi sebagai penutup aurat, memperindah tampilan, membangun identitas, menjaga dan melindungi, serta memperkuat moral.

Dalam hadis yang diriwayatkan Al-Hakim dan Abu Darda disebutkan, “Al-imanu uryanun, wa libasuhu at-taqwa, wa ziynatuhu al-hayau, wa tsamaratuhu al-ilmu. Iman itu tidak telanjang dan pakaiannya ialah takwa, perhiasannya ialah malu, dan buahnya ialah ilmu.”

Yang menarik adalah pemaknaan pakaian secara majaz dalam Al-Quran juga digunakan untuk mengistilahkan peran dan fungsi pasangan suami istri. Hal itu tercatat dalam ayat yang masih menjelaskan tentang kewajiban berpuasa dalam bulan Ramadan;

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka… (QS. Al-Baqarah: 187).

Syaikh Jalaluddin dalam Tafsir Jalalain menjelaskan tiga makna pakaian dalam ayat tersebut. Pertama, sebagai bentuk kedekatan pasangan. Sepasang suami istri memiliki kelekatan selayaknya badan dan pakaian. Ia melambangkan rasa saling percaya, bertanggung jawab, dan saling setia.

Kedua, saling merangkul. Makna ini memuat amanat pasangan suami istri harus saling sayang, saling memiliki, saling suka, dan saling menjadikan tempat bersandar.

Sedangkan ketiga, makna saling membutuhkan. Artinya, di dalam rumah tangga sudah barang tentu ada hak dan kewajiban yang harus diterapkan secara adil. Suami dan istri harus saling membantu, saling menopang, saling berbagi, dan saling mengantarkan diri menuju ketakwaan kepada Allah Swt.

Intinya, suami dan istri harus memiliki prinsip kesalingan dalam segala kebaikan. Semangat kesalingan dalam bahasa Arab disebut mubadalah. Maka, pengistilahan pakaian dalam relasi suami-istri, serta cita-cita meraih pakaian ketakwaan usai sebulan menjalankan puasa Ramadan patut dirayakan menjadi Idulfitri dengan semangat mubadalah, yakni hari raya kesalingan menuju ketakwaan.

Sekali lagi, selamat Idulfitri, hari raya Mubadalah![]

Tags: hari rayaHari Raya Idulfitri 1443 Hlebaran 2022MubadalahMudiktakwa
Thoah Jafar

Thoah Jafar

Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon

Terkait Posts

Konstitusi

Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

25 Maret 2023
Nabi Muhammad Saw

Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

25 Maret 2023
Zakat bagi Korban

Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

25 Maret 2023
agama

Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

25 Maret 2023
keragaman

Keragaman Alam Semesta Adalah Kehendak Tuhan untuk Manusia

24 Maret 2023
Hikmah Ramadan

Hikmah Ramadan, dan Momentum Berlomba dalam Kebaikan

24 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Puasa dan Intoleransi

    Puasa dan Intoleransi: Betapa Kita Telah Zalim Pada Sesama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist