Seluruh perbedaan ini dimiliki oleh semua manusia, apapun jenis kelaminnya. Pada gilirannya, seluruh perbedaan manusia di atas melahirkan ekspresi-ekspresi kebudayaan, politik, sosial, keagamaan, dan sebagainya.
Mubadalah.id – Secara fisik manusia adalah makhluk yanga Allah Swt ciptakan secara berbeda-beda. Misalnya dari aspek kulit. Ada yang hitam, kuning, putih, sawo matang, semu merah, dan mungkin yang lainnya.
Lebih jauh dan lebih penting dari itu, lihatlah manusia dari aspek non-fisik. Maka kita akan menemukan banyak perbedaan dalam banyak aspek semisal hasrat, kehendak, bahasa, pikiran, keyakinan, dan sebagainya.
Seluruh perbedaan ini dimiliki oleh semua manusia, apapun jenis kelaminnya. Pada gilirannya, seluruh perbedaan manusia di atas melahirkan ekspresi-ekspresi kebudayaan, politik, sosial, keagamaan, dan sebagainya.
Tidak seorang pun yang menyangkal realitas alam yang plural tersebut. Keberagaman alam semesta tentu saja bukanlah tercipta secara kebetulan belaka. Melainkan memang direncanakan dan diciptakan Allah.
Melalui pluralitas ini, Allah ingin menyatakan kemahabesaran, kekuasaan, dan keesaan-Nya. Allah menegaskan hal ini dalam al-Qur’an:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ
Artinya: “Di antara bukti kemahabesaran dan kemahabijaksanaan Allah adalah bahwa Dia menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan keberagaman bahasa dan warna kulit manusia. Realitas ini seharusnya menjadi pelajaran penting bagi orang-orang yang mengerti (QS. a-Rum ayat 22).
Al-‘Alamin
Menurut mayoritas ahli al-Qur’an, kata li al-‘alamin pada ayat di atas kita terjemahkan dengan li al-‘alamin (bagi alam semesta). Tetapi, bagi mereka alam semesta yang dimaksud adalah ciptaan Allah yang mempunyai pikiran (dzawi al-uqul).
Sekali pun dalam ayat di atas al-Qur’an hanya menyebut dua kategori keberagaman manusia, yakni bahasa dan warna kulit. Namun, sesungguhnya ini hanya merupakan simbol belaka dari eksistensi manusia.
Bahasa adalah simbol dari aspek esoteris, sesuatu yang tersembunyi dalam diri manusia. Aspek esoteris itu meliputi pikiran (logos), mental, dan spiritual manusia. Sementara warna kulit merupakan simbol eksoteris atau aspek luar dan material manusia.
Muhammad Thahir bin Asyur, seorang ahli tafsir kontemporer dari Tunisia, menyatakan bahwa dengan perbedaan bahasa adalah perbedaan berpikir, keberagaman ekspresi dan aktualisasi manusia. []