• Login
  • Register
Senin, 5 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Shadow Beauty; K-Drama yang Menampilkan Realitas Remaja Masa Kini

Sudah saatnya sekolah bukan hanya mementingkan nama baik tanpa meperdulikan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di dalamnya.

Dyah Palupi Ayu Ningtyas Dyah Palupi Ayu Ningtyas
28/03/2022
in Film
0
Mengenal Sindrom Cinderella Complex

Mengenal Sindrom Cinderella Complex

97
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Shadow Beauty (Geurimja Minyeo) adalah drama Korea yang diadaptasi dari Webtoon populer karya A-Heum. Drama Shadow Beauty ini menceritakan mengenai Goo Ae Jin yang mendapat bullying (perundungan) di sekolah. Di sisi lain, Ae Jin mengubah penampilan, mengedit fotonya hingga tampak cantik, dan mengganti nama menjadi Genie. Ia memiliki 770.000 pengikut di media sosial. Tidak ada yang menyangka bahwa Genie adalah Ae jin, karena penampilan keduanya sangat beda.

Drama Shadow Beauty ini memiliki 13 episode dengan waktu penayangan 20 menit per episodenya. Durasi waktu yang singkat dan cerita yang relevan dengan kehidupan sehari-hari menjadi daya tarik tersendiri. Berikut beberapa nilai penting yang terdapat dalam drama Shadow Beauty.

Daftar Isi

    • Bullying di Lembaga Pendidikan
  • Baca Juga:
  • Memahami Konsep Cinta Erich Fromm
  • Menghadapi Masalah dengan Spirit Al-Qur’an
  • Tirakat Ala Generasi Milenial
  • Imposter Syndrome: Mengapa Perempuan Seringkali Merasa Rendah Diri?
    • Dualisme Kehidupan
    • Keluarga yang Tidak Harmonis

Bullying di Lembaga Pendidikan

Goo Ae Jin mengalami rundungan dari teman-temannya karena berpenampilan tidak menarik dan tidak cantik, sehingga orang lain tidak pernah menghargainya. Tidak semua teman kelasnya merundung Ae Jin. Sebagian kecil dari mereka, tidak memiliki kekuatan untuk membantu dan cenderung hanya menjadi penonton. Pelaku memiliki kuasa yang dapat mengintervensi orang lain untuk tetap diam dan bungkam.

Kasus perundungan merupakan isu yang marak terjadi di Korea Selatan. Pasalnya, bukan hanya di Korea saja, peristiwa tersebut juga nyata di Indonesia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengidentifikasi kasus kekerasan terhadap anak yang jumlahnya mencapai 37.381.

Sedangkan bullying yang terjadi di lembaga pendidikan mencapai 2.473 kasus. Data tersebut terjadi dalam kurun waktu 9 tahun, mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2019. Seperti halnya kasus kekerasan seksual, fenomena perundungan juga seperti gunung es. Hanya tampak di ujungnya saja, problematika lain seakan-akan tidak muncul dan terlihat.

Baca Juga:

Memahami Konsep Cinta Erich Fromm

Menghadapi Masalah dengan Spirit Al-Qur’an

Tirakat Ala Generasi Milenial

Imposter Syndrome: Mengapa Perempuan Seringkali Merasa Rendah Diri?

Perundungan yang kerap terjadi di lingkungan pendidikan juga dapat memengaruhi kepercayaan diri seseorang. Pasalnya, hal tersebut berhubungan erat dengan pembentukan karakter. Perbedaan kepercayaan diri siswa yang mengalami verbal bullying akan cenderung rendah, susah bersosialisasi, mudah khawatir, hingga merasa tidak berguna. Sedangkan, siswa yang tidak mengalami verbal bullying akan cenderung tinggi, ia akan mudah bersosialisasi dan dapat dengan mudah mengekspresikan keinginan.

Namun, perundungan bukan hanya berdampak negatif bagi korban. Pelaku perundungan memiliki intensitas empati yang minim ketika berinteraksi sosial. Ia akan mengalami permasalahan perilaku yang abnormal, pro-sosial, dan hiperaktif. Korban-pelaku yang merupakan pelaku perundungan dan sekaligus mendapat perundungan akan memiliki tingkat gangguan kesehatan mental yang lebih besar daripada pelaku dan korban perundungan. Korban-pelaku juga dialami oleh tokoh Yang Ha Neul dalam drama ini.

Dualisme Kehidupan

Media sosial menjadi wadah yang dapat menciptakan dan menyediakan berbagai bentuk komunikasi maupun informasi. Seseorang cenderung percaya diri apabila mendapat jumlah like yang banyak dan yang respon baik dari konten yang ia unggah, seperti di Instagram atau TikTok.

Terkadang, seseorang lebih menyukai dan menikmati kehidupan di media sosial daripada kehidupan nyata. Hal itu seperti yang terjadi pada Genie di alam drama Shadow Beauty . Ia menerima apresiasi dan pujian dari foto-foto yang ia unggah di media sosial. Stylenya menjadi panutan dan kecantikannya diakui oleh banyak orang.

Ia senang menggunakan identitas Genie, sebab respon yang diterima berbanding terbalik dengan Ae Jin. Seakan-akan kebahagiaan ditentukan oleh jumlah like dan followers saja. Meskipun Genie merupakan bintang media sosial yang dipuja-puja, sosok aslinya di dunia nyata tetap mendapatkan perundungan. Apa yang terjadi di dunia maya tidak mengubah realitas sosial yang ada.

Keluarga yang Tidak Harmonis

Meskipun menjadi bintang media sosial, kondisi Ae Jin dan keluarganya dalam Shadow Beauty tidak harmonis, hal itu disebabkan oleh komunikasi yang tidak dibangun dengan baik. Kesalapahaman Ae Jin dengan ibunya membuat Ae Jin menjadi seorang anak yang tidak terbuka dan memiliki emosi yang tidak stabil. Kondisi tersebut membuatnya tidak pernah bercerita bahwa ia mendapat perundungan di sekolah. Di akhir cerita Shadow Beauty, orang tuanya berhasil membangun hubungan baik.

Proses menumbuhkan kembali komunikasi tidak akan mudah apabila orang tua maupun anak tidak menyadari bahwa hubungannya tidak baik-baik saja. Harapannya, orang tua juga harus bisa mengetahui dan mendeteksi perilaku keseharian anak yang tidak biasa. Sehingga dapat mengatasi problematika yang terjadi di sekolah maupun dalam berinteraksi di lingkungan.

Di luar sana, masih banyak Ae Jin-Ae Jin lain yang mendapatkan perilaku buruk dan perlu mendapat pertolongan. Sekolah hendaknya dapat menangani kasus dengan metode restorative justice. Pendekatan ini menitikberatkan terwujudnya keadilan serta keseimbangan bagi pelaku dan korban.

Tujuannya tidak lain adalah dapat memberdayakan korban, pelaku, maupun keluarga dengan mengedepankan sosio kultural daripada pendekatan normatif. Sudah saatnya sekolah bukan hanya mementingkan nama baik tanpa memperdulikan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di dalamnya. []

Tags: bullyingKDramaKesehatan MentalremajaShadow Beauty
Dyah Palupi Ayu Ningtyas

Dyah Palupi Ayu Ningtyas

Saat ini menjadi mahasiswi Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Selain itu, aktif sebagai Pengabdi Bantuan Hukum LBH Surabaya Pos Malang dan Komunitas Puan Menulis. Lupi dapat dihubungi melalui Instagram @dyahpalupiayu atau surel [email protected]

Terkait Posts

Film Muarajambi

Film Unearthing Muarajambi Temples: Menyingkap Kemegahan Nusantara

2 Juni 2023
Novel Hati Suhita

Adakah Nilai-nilai Perspektif Mubadalah dalam Novel Hati Suhita?

29 Mei 2023
Nyaman dengan Ibu

Mrs. Chatterjee vs Norway: Ketika Anak Lebih Nyaman dengan Ibu

27 Mei 2023
Film Hati Suhita

Film Hati Suhita: Pernikahan Dawuh, dan Cinta Segi Tiga

20 Mei 2023
Drama Korea Dokter Cha

Ketidakadilan Gender dalam Serial Drama Korea Dokter Cha

19 Mei 2023
Film Erin Brockovich

Film Erin Brockovich Menajamkan Hukum Ke Atas

14 Mei 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji

    Taushiyah Mengantar Jamaah Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Pasangan Hidup Pergi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inara Rusli Lepas Cadar demi Pekerjaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein
  • Belajar Welas Asih Lewat Buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist