• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

SK Trimurti, Aktivis sekaligus Penulis Multitalenta

Bagi SK Trimurti, perjuangan tidaklah terbatas hanya mengangkat senjata, tapi pers juga senjata ampuh untuk mengobarkan semangat kemerdekaan di tengah tekanan Belanda

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
21/09/2022
in Featured, Figur
0
S.K. Trimurti

S.K. Trimurti

374
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebelum saya mengulas tentang siapa SK Trimurti, sedikit saya menceritakan tentang femonena era media sosial saat ini. Di mana aktualisasi diri individu dengan mudah tertorehkan dan dikabarkan lewat postingan dalam berbagai kanal. Di satu sisi, hal tersebut berkontribusi dalam mendorong munculnya aktivisme digital yang terkadang lebih cepat menuai pro kontra daripada menghadirkan solusi.

Seperti yang baru-baru ini mengemuka ketika seorang penulis ditengarai memiliki akun ganda dengan kepribadian yang berkebalikan 180 derajat. Terlepas dari kontroversi yang ada, kiprah penulisan di era media sosial kini tak hanya menekankan pada konten artikel yang kita hasilkan, tapi juga menyorot penuh profil pribadi penulis.

Hal ini berbeda sekali jika dibandingkan dengan situasi para penulis di era pergerakan masa lalu yang serba terbatas, baik dari segi platform hingga sumber daya. Meski terhalangi oleh banyak rintangan, namun kondisi tersebut tetap melahirkan banyak aktivis yang tidak hanya bergerak memperjuangkan isu sosial lewat tulisan di media cetak tapi juga berjuang melalui partai politik. Salah satu pejuang tersebut bahkan berasal dari kaum hawa yang kerap dianaktirikan ketika bersuara, yakni SK Trimurti.

Siapa SK Trimurti?

S.K. Trimurti bernama asli Surastri. Ia lahir pada tanggal 11 Mei 1912 di Desa Sawahan Boyolali Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Ibunya bernama R.A. Saparinten dan ayahnya adalah seorang asisten wedana bernama R.Ng. Salim Banjaransari Mangunkusumo. Trimurti sendiri masih memiliki hubungan saudara dengan Keraton Kasunanan Surakarta.

Lahir dari keluarga kelas menengah atas, Trimurti selalu mendapatkan akses pendidikan secara layak semenjak kecil. Pada awal pendidikan, ia bahkan ikut menghadiri Sekolah Guru Putri. Ia juga tercatat pernah menempuh pendidikan di Normaal School dan AMS di Surakarta. Kemudian melanjutkan studinya di Jurusan Ekonomi, Universitas Indonesia (UI). Meskipun ia telah meraih gelar Doktoranda dari Universitas Indonesia (UI), ia tetap aktif di bidang jurnalistik.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

Tulisan S.K. Trimurti banyak pihak menilai waktu itu sangatlah tajam dan cenderung berani. Bahkan apa yang ia tulis sempat menimbulkan kecurigaan pemerintah Belanda. Namun demikian S.K. Trimurti tak pernah merasa gentar atau menyerah. Semangat perjuangannya tak pernah padam. Semangat itu ia peroleh karena melihat sendiri bagaimana tindakan diskriminatif yang pihak penjajah lakukan terhadap rakyat.

Berjuang Melalui Tulisan

Bagi SK Trimurti, perjuangan tidaklah terbatas hanya mengangkat senjata, tapi pers juga senjata ampuh untuk mengobarkan semangat kemerdekaan di tengah tekanan Belanda. Walaupun usaha surat kabarnya harus berulangkali gulung tikar, Trimurti tak sekalipun pernah berniat mundur. Berbagai hambatan yang ia terima justru kian melecut dirinya untuk terus bergerak dengan goresan pena (Jazimah, 2016).

Padahal dulu perempuan masih dianggap tabu jika mengikuti aktivitas politik maupun organisasi, seperti yang Trimurti lakukan saat ia aktif dalam komunitas jurnalisme yang berulang kali melayangkan kritik kepada pihak penjajah. Apalagi kelompok wartawan pada waktu itu lebih terdominasi oleh laki-laki, sehingga apa yang Trimurti lakukan dianggap aneh dan menyalahi kodrat.

Namun, bukan S.K. Trimurti jika gentar menerima cemoohan seperti itu. Menyadari bahwa stigamatisasi sosial berdampak buruk bagi kaum perempuan, ia secara terang-terangan menyatakan tidak setuju dengan model aturan seperti itu dan ia menolak semua tata aturan patriarki baik dalam komunitas yang ia ikuti, maupun dalam lingkungan keluarganya.

Perempuan Punya Hak yang Sama dengan Laki-laki

Bagi aktivis berdarah Jawa ini, seorang perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki untuk memajukan diri baik dalam hal akademis maupun sosial. Karena itu, selain aktif dalam kepenulisan, SK Trimurti menurut rujukan sejarah juga sempat mengajar dan aktif menjadi anggota Rukun Wanita, yang kerap mengikuti berbagai rapat-rapat yang BU (Budi Utomo) cabang Banyumas adakan.

Salah satu jasa besar lain Trimurti untuk bangsa ini terjadi ketika ia turut menggelorakan semangat kemerdekaan kepada publik melalui penyebaran pamflet-pamflet gelap. Meski misinya berhasil, pergerakannya tersingkap oleh pihak penjajah yang kemudian menjebloskannya ke sel tahanan. Keluar dari penjara, S.K. Trimurti masih tidak menyerah.

Tidak kapok dengan urusan politik, ia selanjutnya memilih bergabung menjadi anggota Gerindo. Tokoh-tokoh Gerindo antara lain Sartono, Amir Sjarifoeddin, Mohammad Yamin, dan A.K. Gani. Lewat diskusi inilah, Trimurti menemukan jodohnya, Sayuti Melik. Meski pada perkembangan selanjutnya, mereka berafiliasi dengan partai politik berbeda, namun keduanya tetap saling mendukung dan mengapresiasi pilihan politik masing-masing.

Hingga Indonesia akhirnya merdeka dari penjajahan, Trimurti tak lantas meninggalkan dunia penulisan. Melalui Api Kartini dan Harian Rakyat SK Trimurti tetap melanjutkan perjuangannya dalam menyampaikan nasib perempuan agar sejajar dengan laki-laki.

Ia tak segan mengkritik budaya masyarakat yang masih menganggap perempuan sebagai pelengkap atau hanya embel-embel laki-laki semata. Bagi Trimurti, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidaklah sebatas melepaskan diri dari tangan penjajah, tapi bagaimana membantu memerdekakan seluruh rakyat Indonesia, termasuk perempuan yang masih belum sepenuhnya merdeka dari tradisi patriarki. []

 

 

Tags: IndonesiaPahlawan Perempuanpejuang perempuanS.K. Trimurtitokoh perempuan
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version