Mubadalah.id – Jagad media sosial belum lama ramai soal split bill yang dilakukan oleh pasangan muda yang sedang berpacaran. Tulisan ini tidak akan banyak mengulas tentang fenomena tersebut, namun tulisan ini memang berangkat dari fenomena tersebut. Tulisan ini akan lebih fokus sedikit menyoal dan mengulas mengenai split bill dalam rumah tangga.
Rumah tangga bisa dianalogikan dengan sebuah perahu dan laut bagaikan kehidupan. Perahu tersebut tentu akan menemui banyak rintangan maupun peluang. Guna menjalani lautan kehidupan, anggota dalam rumah tangga memerlukan komitmen kerjasama yang kuat dalam berbagai hal, termasuk soal keuangan keluarga. Lalu, berkaitan dengan fenomena split bills dalam rumah tangga, sebenarnya gimana sih?
Split bills adalah membayar dengan cara patungan atau sendiri-sendiri saat pergi kencan bersama. Fenomena ini sempat ramai, karena ada sebagian orang yang memandang bahwa hal tersebut bagian dari pelanggaran etika atau sopan santun. Tetapi, apakah pelanggaran etika sopan santun juga jika dalam konteks rumah tangga?
Split bills dalam rumah tangga adalah pembagian dalam pelunasan atau pembayaran kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam rumah tangga. Kebutuhan-kebutuhan tersebut tentu kebutuhan yang masuk dalam aspek ekonomi keluarga. Contohnya seperti suami menanggung biaya sekolah anak dan istri fokus menabung untuk investasi, atau contoh yang lain. Pada intinya, split bills dalam rumah tangga adalah adanya pembagian dalam menanggung beban keuangan keluarga.
Fenomena split bills dalam rumah tangga juga secara tidak langsung bisa mengikis adanya superior dan inferior dalam keluarga, sebab adanya kondisi bahwa kebutuhan yang ada dalam keluarga adalah tanggung jawab bersama. Finansial keluarga menjadi lebih seimbang, karena kuatnya kerjasama. Ulasan dalam tulisan ini fokus pada sepasang suami istri yang sama-sama memiliki penghasilan.
Komunikasi menjadi sesuatu yang esensial dan harus dijaga kualitasnya dalam keluarga. Kehidupan rumah tangga juga sangat penting membicarakan soal tujuan keuangan keluarga. Sebagian orang terkadang memandang hal demikian sebagai tabu. Maksudnya, sebagian orang tidak saling terbuka dalam urusan gaji atau pengeluaran, dan ini adalah hal yang perlu dipikirkan ulang.
Komunikasi yang baik juga akhirnya akan memberikan jalan terang pada tujuan keuangan atau finansial keluarga. Tujuan keuangan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah tentang capaian-capaian mana yang akan kita kejar? Apakah investasi? Apakah dana pensiun? Apakah realisasi pendidikan anak jangka panjang? Atau hal yang lain.
Komunikasi yang baik dan kesepakatan kerjasama mampu mengantarkan rumah tangga pada tujuan keuangan yang jelas dan terarah. Kemaslahatan dan konsep kesalingan tentu sangat tergambar jelas dalam fenomena split bills dalam rumah tangga.
Suami maupun istri, idealnya dapat mengajak dan mengawali pembicaraan soal pembagian beban keuangan keluarga. Artinya, tidak melulu suami yang harus mengawalinya untuk memulai perbincangan tentang hal keuangan, tetapi istri juga sah saja untuk memulainya.
Pembahasan lain dalam konteks keuangan keluarga seperti pandangan tentang manajer keuangan yang ideal dalam keluarga adalah seorang istri sepertinya perlu direnungkan kembali. Sebab, menjadi manajer keuangan keluarga juga bukan hal yang mudah dan membutuhkan sosok yang benar-benar mampu handling keuangan secara bijak. Uraian di atas setidaknya memberikan keterangan bahwa manajer utama atau pemegang utama keuangan keluarga tidak melulu seorang istri, namun siapa saja diantara keduanya yang lebih ahli dan memiliki kemampuan lebih untuk mengatur keuangan keluarga.
Uraian panjang diatas sebagai pengantar bahwa konsep kerjasama dan kemitraan dalam keluarga mampu menciptakan kemaslahatan dalam rumah tangga. Penulis memandang bahwa split bills dalam rumah tangga adalah hal yang wajar dan justru bagian dari wajah konsep mubadalah. Urusan keuangan dalam rumah tangga juga sah saja untuk dibicarakan sebelum menikah dengan calon, sebab hal tersebut juga bagian dari perencanaan yang matang menuju keluarga idaman.
Tulisan ini tidak hanya dipersembahkan untuk para pembaca yang sudah berkeluarga saja, tetapi juga para pemuda yang akan berkeluarga sebagai pengingat bahwa persoalan finansial dalam keluarga adalah hal yang wajar atau tidak tabu untuk dibicarakan pada sebuah hubungan. Semoga kita semua selalu bisa mengambil hikmah dari setiap fenomena. Sekian. []