• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

Jokes atau humor yang ramah mengandung unsur positif menghibur tanpa melukai, yang dapat mempererat hubungan tanpa merendahkan.

Achmad Sofiyul Achmad Sofiyul
10/07/2025
in Publik
0
Humor Kepada Difabel

Humor Kepada Difabel

327
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kok saya agak risau ya ketika ada jokes-jokes yang objeknya adalah difabel? Sebagai non-difabel, saya selalu berfikir kadar inklusifitas jokes atau humor kepada difabel yang terlalu berlebihan.

Tidak bisa dinafikan era medsos yang serba cepat ini menjadikan jokes sebagai bahasa universal yang menghubungkan manusia, sebut saja humor adalah mediator. Ketika scroll tiktok dan Instagram pun “anonymous” yang kontennya humor sudah pasti fyp dan trending.

Baik dalam dunia realistis maupun dunia maya harus kita validasi bahwa pengaruh jokes menyemai kegembiraan dalam pikiran dan psikologis manusia. Bahkan candaan atau jokes menjadi salah satu bentuk hiburan yang paling banyak terkonsumsi dan sifatnya secandu itu.

Tapi menjadi sorotan inti ketika tak jarang bahan lawakan yang digunakan adalah fisik seseorang, termasuk kondisi difabel. Humor kepada difabel dianggap lucu oleh sebagian, namun menyisakan luka bagi sebagian lainnya. Bagaimana kemudian Islam memandang?

Antara Jokes dan Empati

Islam tidaklah anti lelucon, candaan, jokes ataupun humor. Nabi Muhammad Saw pun masyhur sebagai kepribadian yang humoris dan murah senyum. Hingga dalam kitab Washiyatul Musthofa yang berisikan pesan-pesan Nabi Muhammad kepada Ali Bin Abi Thalib mengatakan :

Baca Juga:

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja

Humor yang Tak Lagi Layak Ditertawakan: Refleksi atas Martabat dan Ruang

Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

Jadilah manusia yang murah senyum, karena Allah cinta dan harmonis kepada orang yang murah senyum, dan sebaliknya, Allah Swt murka kepada orang yang cemberut terus.

Sementara itu islam memiliki tolak ukur batas tertentu untuk humor atau jokes. Seperti jangan sampai menyakiti, merendahkan, apalagi mempermalukan orang lain baik secara langsung atau sebagai bahan candaan peyoratif pada saat waktu yang lain.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 11:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).”

Ayat ini menjadi prinsip dasar dalam Islam bahwa mencemooh atau menjadikan kekurangan orang lain sebagai bahan lelucon bukan hanya tidak etis, tapi juga dilarang secara agama.

Jokes vs Kolaborasi : Garis Tipis Yang Perlu Kejelasan

Berbagai latar konten kreator dan bermacam pula konten yang mereka ciptakan setidaknya memiliki nilai amal dan kebaikan apabila membuat kita tersenyum dan gembira. Sementara yang sedang rame hari ini banyak konten jokes yang objeknya adalah difabel.

Ketika konten kreator bekerja sama dengan penyandang disabilitas, dan sifatnya simbiosis mutualisme, misalnya difabel mendapatkan panggung, donasi, atau pendapatan lainnya maka situasinya akan menjadi lebih kompleks.

Mengapa demikian? Karena muncul anggapan antara mengeksploitasi atau memanusiakan penyandang disabilitas. Bagi non-difabel, mungkin jokes terhadap difabel dengan menunjukkan kekurangannya sebagai candaan adalah sesuatu yang kurang etis.

Jika konteksnya demikian, terdapat beberapa kecenderungan berpikir. Pertama, memberikan ruang bebas berekspresi kepada difabel, meningkatkan visibilitas dan representasi difabel, serta memberdayakan difabel dalam ranah finansial.

Namun kecenderungan kedua adalah kekhawatiran timbulnya komodifikasi penderitaan atau keterbatasan seseorang, memperburuk stereotip bahwa difabel hanya “menarik” karena kondisinya dan kemungkinan manipulasi terhadap difabel.

Kerja sama yang menguntungkan antara kreator dengan difabel dapat menjadi contoh dari implementasi nilai-nilai Islam dalam masyarakat modern. Namun, perlu diingat bahwa kerja sama tersebut harus dilakukan dengan adil, transparan, dan menghormati martabat difabel

Mindfullness Islam Terhadap Difabel

Pada bagian ini menerangkan bagaimana prinsip prinsip Islam yang harus menjadi pertimbangan ketika interaksi dengan difabel. Sebagai manusia, memandang dan menghormati manusia lainnya serta menjadikannya sebagai martabat yang mulia adalah sebuah keniscaayaan. Pun berlaku bagi penyandang disabilitas. Jokes yang ramah dan sifatnya humanis terlihat dari bagaimana kualitas humornya.

Apabila terdapat jokes yang merendahkan, mempermalukan, atau menormalisasi ejekan, maka itu masuk ke wilayah yang tidak etis. Jokes dalam video yang merendahkan manusia berpotensi menimbulkan liarnya diskriminasi, khususnya pada difabel. Karena, martabat manusia tidak dapat ditukar dengan donasi dan apa yang lucu bagi penonton, belum tentu sehat bagi citra penyandang disabilitas secara umum.

Maka Islam memiliki perhatian khusus terhadap hal demikian, antara lain;

Niat (Intention), harus niat untuk membantu difabel dan meminimalisir stigma negatif. Keadilan (Justice) berlaku adil dengan memperjuangkan hak-hak difabel. Ridha (consent) adanya kesadaraan dan keterbukaan penyandang disabilitas untuk menyuarakan hak-hak nya. Maslahah (Public Interest), menjadikan jokes dan candaan yang bernuansa inklusif tanpa merendahkan serta menjunjung nilai kebaikan.

Sekilas jokes yang menargetkan difabel jelas tidaklah etis. Akan tetapi, islam mengajarkan agar tidak melakukan hal yang dapat merendahkan manusia lainnya, lebih khusus kepada teman difabel. Karena jokes atau humor yang ramah mengandung unsur positif menghibur tanpa melukai, yang dapat mempererat hubungan tanpa merendahkan.

Sebagai umat manusia yang beradab, sudah saatnya kita bergerak menuju jokes yang lebih inklusif dan etis. Mari jadikan jokes sebagai alternatif untuk membangun masyarakat lebih toleran dan menghargai keberagaman. Bukan hanya untuk kepentingan adsense dan ladang penghasilan untuk memperburuk kondisi mereka yang sudah menghadapi tantangan hidup. []

Tags: Agama IslamCandaanDifabelhumorHumor Kepada Difabeljokes
Achmad Sofiyul

Achmad Sofiyul

Bernafas, nir-intelektuil, dan suka eksis di IG @achmadyullllll_

Terkait Posts

Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Life After Graduated

    Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih
  • Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya
  • Hingga Saat Ini Perempuan Masih Dipandang sebagai Fitnah
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID