• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Teror Bom Kembali Terjadi, Kerja Kolaborasi Perlu Diperkuat

Perlu adanya kesepakatan bersama tentang kerja kolaborasi yang sangat penting, strategis dan harus dilaksanakan. Terutama bagi setiap daerah agar mulai menata diri, dengan sinkronisasi kebijakan lokal yang terkait dengan kebutuhan RAN PE

Redaksi Redaksi
30/03/2021
in Aktual
0
Teror Bom

Teror Bom

194
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Teror bom bunuh diri kembali terjadi di Makasar hari ini. Hal tersebut membuat reaksi dari berbagai kalangan. Berdasarkan data yang dihimpun, Sulawesi Selatan menjadi salah dari 12 propinsi yang dibaca oleh BNPT memiliki tingkat radikalisme tinggi pada November 2020, lalu. Menurut Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah, guncangan teror bom Makassar pagi ini, tentu saja menggetkan banyak orang. Kejadian tersebut, sekaligus juga mengkonfirmasi tentang tingginya radikalisme dan ekstremisme di Sulawesi Selatan.

“Dua tahun lalu, ketika saya mengisi training Perempuan dan Pencegahan Ekstrimisme Kekerasan, sejumlah ibu-ibu bercerita tentang perubahan anak-anak mereka setelah mengikuti kegiatan ekstra sekolah kerohanian. Mereka menjadi sangat eksklusif dan anti perbedaan. Cerita saya di atas tentu saja hanya sebagai early warning saja buat para petugas keamanan, dan para pengambil kebijakan seharusnya bisa melakukan respon dini melihat penyebaran ajaran eksklusif marak, apalagi menggunakan intitusi pendidikan,” ungkap perempuan yang juga SC WGWC Grup.

Pemerintah seharusnya, lanjut dia, sudah melakukan mitigasi terkait teror bom. Dengan kejadian ini, pemerintah sudah harus menyisir setiap sekolah yang terakreditasi oleh sistem pemerintah, memastikan bahwa semua sekolah mengajarkan tentang nilai-nilai Pancasila, mempraktekkan kebhinekaan, dan membatasi berkembangnya intoleransi baik itu berbasis gender, agama, maupun ethnic. Sehingga upaya pemerintah menghapus 3 dosa besar dalam dunia pendiidkan bisa dijalankan dengan maksimal.

Diungkap olehnya, tentu saja mengajarkan kepada masyarakat secara umum tentang perlunya mengenali simptom radikalisme yang berkembang di masyarakat. Kami juga mendorong agar pemerintah memperhatikan para korban teror bom sesuai dengan mandat Undang-Undang No 5 tahun 2018, dan PP No. 35 tahun 2020 agar para korban mendapatkan dukungan medis cuma-cuma, pendampingan psikologis, restitusi, kompensasi dan lainnya dalam kurun waktu yang dibutuhkan oleh korban. Disini, juga penting dipastikan kebutuhan laki-laki, perempuan dan anak diperhatikan secara berbeda, mengingat pengalaman gender mereka sangat berpengaruh kepada cara mereka merespon situasi teror bom.

“Terlebih saat ini, pemerintah sudah menekan Peraturan Presiden No. 7 tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Ekstrimisme Berbasis Kekerasan Mengarah Terorisme, yang merupakan dokumen strategi nasional pertama dan dikeluarkan oleh Indonesia, yang merujuk pada pendekatan lunak,” tegasnya.

Baca Juga:

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Dengan adanya peraturan tersebut, aktor-aktor non tradisional keamanan harus terlibat. Selain itu, hal penting yang dimandatkan dalam RAN PE (sebutan pendek Perpres No. 7 tahun 2021), adalah pengarusutamaan gender, yang sudah harus ada desain pendekatan hulu ke hilir. Sehingga RAN tidak hanya fokus pada mengobati dampak dari aksi teror bom.

“Perlu adanya kesepakatan bersama tentang kerja kolaborasi, yang menurut saya ini sangat penting, strategis dan harus dilaksanakan. Terutama bagi setiap daerah agar mulai menata diri, dengan sinkronisasi kebijakan lokal yang terkait dengan kebutuhan RAN PE, serta tidak lupa memikirkan strategi Mainstreaming Gender sehingga bisa mencakup seluruh aspek,” pungkasnya. []

Tags: keberagamanPencegahan EkstremismePerdamaianperempuanRadikalisme AgamaRAN PEtoleransi
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version