Mubadalah.id – Berikut tips menghilangkan rasa minder. Di sepanjang tahun 2014 dan 2015, saya diberi jalan oleh Allah untuk bertemu banyak orang-orang kaya, berdasi dan para pengusaha besar. Aktivitas di sepanjang dua tahunan itu juga yang mengantarkan saya bisa berkeliling dari hotel ke hotel, bank, perusahaan dan tempat-tempat bergengsi lainnya.
Untuk apa saya di sana? Selain menjalin kerja sama, saya juga kerap mengisi semacam kajian keislaman bersama jajaran direksi dan karyawan. Di awal saya menjajaki perjalanan dakwah itu jujur saja ada rasa minder. Saya menyampaikan kajian keislaman di depan orang-orang rapi.
Kebanyakan orang yang punya rasa minder karena kerap membandingkan. Akhirnya kita merasa minder apabila bertemu dengan orang kaya, karena kita merasa lebih miskin. Minder bergaul dengan para pengusaha, pejabat atau orang-orang yang punya status sosial tinggi. Termasuk misalnya ada perempuan yang minder karena merasa tidak cantik, rumahnya jelek, suaminya gajinya pas-pasan. Yang akhirnya rasa minder ini benar-benar menyiksa.
Saya merasa beruntung banget, karena suka membaca buku. Karena membaca buku itulah yang membuat kita akan kaya wawasan. Manakala kita bertemu dengan siapa pun dan dari kalangan mana pun, kita tidak punya rasa minder dan hanyut dalam obrolan yang kita tidak paham.
Betapa membosankan bukan? Apalagi kalau melihat orang-orang di dalam pergaulan yang telah terjalin relasi senior-junior, pola pergaulan komunal dengan tingkat anggah-ungguh yang begitu lekat. Di awal-awal menemukan realitas seperti demikian, rasanya saya merasa minder, kewalahan karena tidak cocok di hati.
Jadi membaca buku adalah cara paling efektif untuk menghilangkan rasa minder. Dengan membawa buku perbendaharaan kita kaya dan tidak akan mudah terbawa arus ikut-ikutan kebanyakan orang. Orang percaya diri karena mengandalkan uang banyak, karena jabatan, karena punya status sosial tinggi, dan lain seterusnya. Nah di sini kita harus punya pembeda, apa yang menonjol dari kita? Sampai kemudian hal itu dijadikan motivasi untuk membangun kepercayaan diri.
Setelah melek literasi, minimalnya mau mulai membaca dan menulis, lalu tumbuhkan keberanian. Tidak semua orang yang pandai menulis itu pandai bicara. Demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, segala sesuatu agar terbiasa dan bisa, harus dilatih. Agar kita tidak merasa minder dalam literasi, tidak minder dalam berbicara, termasuk juga dalam bergaul, maka segala sesuatunya perlu dilatih. Latihan menulis setiap hari, latihan bicara secara terus-menerus.
Saya termasuk sering menemukan orang yang punya rasa minder. Orang yang merasa dirinya tidak layak untuk melakukan sesuatu, merasa tidak setara dengan orang lain. Bahkan gelar akademik pun tidak menjamin ia bisa percaya diri. Ada kalanya ia bisa seperti sekarang, itu terjadi gejolak batin yang dahsyat.
Padahal sejatinya, setiap orang punya kelebihan masing-masing, selain tentu kekurangan. Banyak sekali orang yang mengalami fisik kurang sempurna, disabilitas, tetapi mereka mampu meyakinkan diri, untuk tetap bisa berkiprah dan berprestasi.
Percaya diri dan sombong itu tentu saja beda jauh, tetapi juga kalau tidak cermat bisa salah paham. Lalu apa patokan agar kita bisa percaya diri dan terhindar dari sombong? Bahwa apa pun yang kita lakukan atas dasar pemikiran yang matang. Kita pun melakukannya dengan tanpa merugikan orang lain. Bagaimana kita bicara, menulis dan bergaul benar-benar tidak sekadar ikut-ikutan kebanyakan orang. Tegak lurus meyakini apa yang menjadi keyakinan sendiri untuk menebar manfaat kepada banyak orang.
Insya Allah dengan komitmen begitu, perlahan tapi pasti, rasa minder kita akan menghilang. Orang yang pantas merasa minder itu mestinya orang yang tidak melek literasi, tidak jujur dalam bekerja, terjebak anggah-ungguh yang tidak jelas, tidak melakukan pemberdayaan kepada masyarakat, asyik sendiri dengan kehidupan sendiri, apalagi kalau bisanya cuma meremehkan, buruk sangka dan dengki terhadap kiprah orang lain.
Kita harus selalu ingat bahwa di mata Allah, kita ini setara. Uang yang banyak, keturunan darah biru, jabatan yang prestisius dan lain sebagainya jangan kemudian disalahgunakan. “Laisal fata man yaqulu kana abiy, wa lakinal fata man yaqulu ha anadza”: bukan jantan jika bicara membanggakan ayahnya. Yang jantan itu, yang bicara inilah aku.” Siap?
Demikian penjelasan terkait tips menghilangkan rasa minder. Semoga bermanfaat []