Mubadalah.id – Fajar belum selesai menyingsing, namun suara petasan sudah terdengar di mana-mana. Sebuah pertanda bahwa hari ini mulai gelaran tradisi Syawalan.
Syawalan merupakan tradisi khas pasca Hari Raya Idulfitri di berbagai daerah seperti Pekalongan, Cirebon, Jepara, Yogyakarta, dan kota-kota lainnya. Sebagai warga Pekalongan saya akan mengenalkan tradisi Syawalan yang ada di Pekalongan beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Melansir dari berbagai sumber, Syawalan dinilai seperti hari raya kedua setelah Idulfitri. Mengapa demikian? Jika idul fitri berlangsung setelah umat muslim menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh, syawalan dirayakan setelah umat muslim menjalani puasa sunah enam hari di bulan syawal. Oleh karena itu, tradisi Syawalan berlangsung setiap tanggal 8 Syawal tahun Hijriah.
Keragaman tradisi Syawalan di Pekalongan
Dari yang paling terkenal yaitu Lopis Raksasa di Kelurahan Krapyak. Seperti namanya, tradisi ini menggunakan simbol lopis yang berukuran besar sebagai wujud rasa syukur masyarakat. Tinggi lopis mencapai 2 Meter lebih, diameternya kurang lebih 1,5 Meter, dan beratnya lebih dari 20 Kwintal.
Tradisi Lopis Raksasa memiliki makna yang sangat filosofis. Lopis yang terbuat dari beras ketan memiliki tekstur yang sangat lengket apabila sudah direbus. Harapannya antar masyarakat memiliki kedekatan yang baik dalam hubungan persaudaraan serta persatuan yang kuat. Lengket seperti halnya beras ketan yang memiliki istilah lain yaitu kraket (lengket).
Prosesi pemotongan lopis raksasa dimeriahkan dengan berbagai penampilan seniman, bazar UMKM, dan hasil kerajinan tangan yang unik serta menarik.
Di sisi lain ada tradisi syawalan balon udara yang bertempatkan di Stadion Hoegeng Kota Pekalongan. Tradisi ini sebagai alternatif dan perpaduan antara upaya pelestarian tradisi serta menjaga keamanan bersama.
Sebelumnya, tradisi balon udara diterbangkan secara bebas sehingga mengganggu aktivitas lalu lintas udara. Tidak sedikit balon udara yang gagal mengudara bahkan tersangkut ke tiang listrik serta jatuh merusak rumah warga karena letusan petasannya.
Akhirnya, tradisi balon udara secara kolektif berlangsung di Stadion Hoegeng yang memiliki tempat luas dan ditambatkan sehingga tidak terbang bebas. Sebagai bentuk apresiasi, ada hadiah untuk peserta balon udara terbaik berdasarkan beberapa kriteria misalnya dari keindahan dan keunikannya.
Selain itu, tepat di hari yang sama terdapat peringatan haul KH Thohir bin Abdul Lathif di Kelurahan Jenggot, Pekalongan. Beliau termasuk salah satu ulama kharismatik yang ada di Pekalongan. Setiap tahunnya pengunjung haul berasal dari berbagai daerah, Lahul fatikhah untuk beliau.
Dampak sosial dan budaya tradisi Syawalan di Pekalongan
Tradisi Syawalan sangat berdampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Pekalongan. Secara sosial tradisi lopis raksasa, balon udara, dan peringatan haul memberikan pesan persatuan antar sesama.
Semua masyarakat setempat bergotong royong dalam persiapan, prosesi, hingga acara selesai. Pembuatan lopis yang memakan waktu 4 – 5 hari tentu saja tidak akan selesai tanpa adanya kerja sama dan kekompakan satu sama lain.
Sebagai lebaran kedua, hampir seluruh warga Krapyak menyediakan tempat dan suguhan bagi pengunjung yang ingin mampir untuk bersilaturahmi atau beristirahat. Istilah kerennya open house.
Kondisi tersebut mencerminkan adanya sikap solidaritas sosial dan keharmonisan antar umat beragama. Siapapun dapat menikmati tradisi ini tanpa terkecuali. Apapun latar belakang dan keyakinannya dapat menyambung silaturahmi antar sesama.
Bazar UMKM yang mengiringi tradisi lopis raksasa memberikan kesempatan bagi pelaku usaha untuk menjajakan barang dagangannya di tempat yang ramai pengunjung sehingga sangat potensial dalam akses pemasaran. Selama tujuh hari sejak lebaran hingga puncak Syawalan masyarakat sangat antusias dalam mengambil perannya masing-masing.
Ekonomi masyarakat ikut meningkat dengan adanya tradisi Syawalan ini. Terlihat pedagang lopis berjejeran di sepanjang jalan menuju Kelurahan Krapyak. Momen yang sangat menguntungkan karena banyak warga sekitar serta pemudik yang sangat antusias membeli lopis ketan khas Krapyak untuk konsumsi pribadi maupun buah tangan.
Selain keramaian tradisi lopis raksasa, perhelatan balon udara turut mengundang masyarakat dari berbagai daerah untuk berdatangan. Apalagi peringatan haul, sudah sejak pagi petang jama’ah hadir untuk mendapatkan tempat yang lebih nyaman.
Tentunya banyak pedagang yang berjejeran untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung maupun jama’ah. Di mana ada keramaian, di situ ada pertumbuhan ekonomi. []