Mubadalah.id – Salah satu tujuan Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan negara dalam membangun keluarga di masyarakat agar tercipta keluarga yang sejahtera dan bahagia dengan cara membatasi kelahiran atau lebih tepatnya mengatur waktu dan jarak kelahiran.
Ketika di pesantren dulu bahkan sampai sekarang polemik KB sangat ramai, bahkan sampai dikaitkan dengan hal yang sangat biadab yakni membunuh janin manusia, bahkan ada yang sampai mempengaruhi masyarakat dengan menolak KB di desanya dan ini menjadi polemik di daerah tersebut.
Bahkan sesampainya KB pernah diharamkan oleh MUI salah satu kabupaten, namun berhenti di situ apakah benar bahwa KB itu haram? Dan benarkah bahwa KB itu membunuh manusia yang masih ada di dalam kandungan?.
Menurut penulis dalam bukunya Pak Kiai Faqihuddin yang berjudul “Solusi Keluarga Sakinah” yang mana sudah menjadi acuan KUA-KUA di berbagai daerah dalam mencatinkan calon pengantin atau kursus pengantin, yang mana beliau mengutip ayat :
وَوَصَّيْنَا الإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ .
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Al-Luqman : 14).
Kita bisa mengambil kesimpulan ayat tersebut bahwa salah satu tugas perempuan adalah mengandung, melahirkan, bahkan menyusui, itu artinya bahwa tugas perempuan yang sangat berat ini bagi perempuan memerlukan kesabaran, ketenangan, bahkan keikhlasan dalam diri seorang perempuan alias butuh waktu yang cukup agar perempuan bisa merasakan nikmatnya mengandung, melahirkan, dan menyusui.
Oleh karena itu karena perempuan juga butuh waktu untuk mengurusi segalanya dari mengandung sampai menyusui, maka bisa dihitung ketika mengandung sampai 9 bulan, melahirkan dengan nifasnya 2 bulan dan harus menyusui sampai 2 tahun maka harusnya ada jeda kelahiran anak minimal 3 tahun dan maksimalnya lebih agar pertumbuhan anak yang satu dengan anak yang lain lebih terkoordinir.
Selanjutnya ketika isu lain terhadap tujuan keluarga berencana itu membunuh, maka ketika kita menggunakan asas agama harusnya kita memakainya karena di dalam agama janin bisa dianggap hidup ketika ruh yang Allah tiupkan kepadanya telah masuk di sekitaran 4 bulan pertama, maka itu belum dianggap hidup alias kita hanya membersihkan rahim saja.