• Login
  • Register
Rabu, 8 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Upaya Penguatan Nilai-nilai Pancasila melalui Peace Goes to School di SMP Widya Wiyata Sidoarjo

Ada banyak cara mencegah terjadinya perpecahan, salah satunya dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila

Yuyun Khairun Nisa Yuyun Khairun Nisa
07/01/2023
in Pernak-pernik
0
Nilai-nilai Pancasila

Nilai-nilai Pancasila

530
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dewasa ini, tantangan bangsa Indonesia dalam memperkuat keutuhan NKRI semakin besar. Sebaran narasi kebencian atau intoleran cukup masif di sosial media, di mana akan sangat berpengaruh pada pola pikir dan sikap masyarakat.

Lebih dari itu, bahkan bisa mengubah sistem dan budaya masyarakat yang menormalisasi kekerasan. Terlebih, di tahun 2024 Indonesia akan menghadapi tahun politik. Di mana kami prediksi berita hoax tidak akan terkendali, sehingga masyarakat akan mudah terpolarisasi. Lalu, bagaimana mengatasi dan mencegahnya?

Ada banyak cara mencegah terjadinya perpecahan, salah satunya dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila. Kenapa Pancasila? Jangan salah, ideologi negara Indonesia tercinta ini sudah mencakup segala aspek kehidupan yang menjadi cita-cita sebuah bangsa.

Mulai dari nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kebijaksanaan, dan keadilan. Oleh karenanya, kelima butir Pancasila penting untuk kita jaga. Semua orang masing-masing memiliki peran penting dan bertanggung jawab bersama.

Daftar Isi

    • Praktik Berpancasila
  • Baca Juga:
  • Pesan Inklusif dalam Perjuangan Timnas Sepak Bola Amputasi Menuju Piala Dunia
    • Peace Goes to School
    • Kesamaan Prinsip
    • Presentasi Peserta

Praktik Berpancasila

Dari level keluarga, lembaga pendidikan, bahkan negara. Namun, seringkali dalam praktiknya, keluarga atau orang tua justru memasrahkan pihak sekolah untuk mengedukasi anak terkait nilai-nilai persatuan atau Pancasila. Begitupun peran negara selain membentuk kebijakan, juga diejawantahkan melalui program sekolah.

Baca Juga:

Pesan Inklusif dalam Perjuangan Timnas Sepak Bola Amputasi Menuju Piala Dunia

Upaya penguatan nilai-nilai Pancasila mulai masif mereka lakukan dalam berbagai kegiatan di sekolah. Misalnya, yang baru-baru ini program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud) ialah Kurikulum Merdeka berupa P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila).

Dalam mengimplementasikan program tersebut, pihak sekolah atau guru-guru mendapati berbagai tantangan tersendiri. Salah satunya ialah bagaimana metode atau pendekatan yang mereka terapkan agar siswa dapat mengikuti prosesnya dengan menyenangkan.

Peace Goes to School

Adalah Peace Goes to School, sebuah program unggulan yang Peace Leader Indonesia gagas.  Program ini menghadirkan serangkaian kegiatan pembelajaran terkait kebhinekaan, pancasila dan toleransi untuk pelajar tingkat SMP-SMA.

Peace Goes to School (PGS) di SMP Widya Wiyata bertemakan Gelar Karya Anak Bangsa. Kegiatan PGS pertama terlaksana pada 29 September 2022 dengan mengembangkan wawasan siswa tentang Stop Bullying, Pencegahan Intoleransi, dan Peace Values.

Kegiatan kedua berlangsung pada 03 November 2022 dengan materi yang berbeda, yakni Literasi Digital dan Peta Konten Gelar Karya Anak Bangsa. Puncak kegiatan dilakukan pada 15 Desember 2022, di mana kelompok siswa mempresentasikan karyanya dan pemilihan Student Leader for Peace Ambassador.

Dihadiri oleh ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Bapak H. Nuryadi, S.Pd., M.Pd., ia menilai bahwa Peace Goes to School cukup efektif sebagai sebuah metode atau pendekataan untuk menerapkan P5 di sekolah.

“Banyak guru yang masih perlu beradaptasi untuk menjalankan Kurikulum Merdeka yang saat ini sedang digaungkan pemerintah. Dengan keberhasilan SMP Widya Wiyata melalui Peace Goes to School ini, bisa menjadi role model untuk sekolah-sekolah lainnya, termasuk sekolah yang sekarang saya pimpin,” ujar Pak Nuryadi yang juga selaku kepala sekolah SMP Wahid Hasyim, Waru, Sidoarjo.

Kesamaan Prinsip

Keberhasilan Peace Goes to School juga datang dari kesamaan prinsip, serta visi dan misi sekolah maupun komunitas. Inayah Sri Wardhani, S.Psi, Kepala Sekolah SMP Widya Wiyata mengatakan bahwa, “Inklusivitas sudah lama menjadi fokus utama metode pembelajaran di SMP Widya Wiyata. Tidak hanya terkait sikap menerima orang dengan latar belakang yang berbeda, tetapi juga orang yang berkebutuhan khusus,” terangnya.

Tidak hanya prinsip, serta visi dan misi saja, tetapi juga metode pembelajaran yang selama ini berlaku di SMP Widya Wiyata juga sejalan dengan gambaran program yang dicanangkan Peace Leader Indonesia.

Kordinatoor Program Peace Leader Indonesia, Nur Kholifah memaparkan bahwa, “Peace Goes to School mendorong siswa untuk berinteraksi, mengasah critical thinking, dan mengeksplorasi wawasan siswa. Tidak merujuk hanya pada buku atau teori, melainkan hasil pengamatan, berpikir kritis, dan pengalaman siswa sendiri.”

Pendekatan yang fokus pada keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran, secara tidak langsung menciptakan ruang aman bagi siswa untuk berani berbicara dan berkarya.

Seluruh siswa kelas 7 dan 8 menuangkan suara dan buah pemikirannya terkait isu perdamaian, pentingnya nilai-nilai pancasila dalam menjaga persatuan, menerima keberagaman, dan upaya mencegah terjadinya kekerasan atau bullying dan berita hoaks lewat berbagai media, seperti komik, cerpen, poster, film pendek dan masih banyak lagi.

Di puncak kegiatan, 2 kelompok terbaik yang masing-masing beranggotakan 3 orang, mempresentasikan hasil karyanya di depan tamu undangan, orang tua siswa, guru, serta warga sekolah lainnya.

Presentasi Peserta

Kelompok pertama yang memaparkan hasil karyanya ialah kelompok 9, yakni Cahaya Nurani, Laurensia Reyna Widjaja, dan Elshaday Karisma Putri. Mereka menyampaikan dengan sangat baik tentang bahaya bullying, bentuk-bentuk kekerasan, dan pentingnya kesehatan mental, melalui poster, dan media lainnya.

Sedangkan kelompok selanjutnya, yakni kelompok 11 beranggotakan Sybilla Kiyara, Petra Charis Setiyawan, dan Cindy Fransisca. Mengusung tema Pelajar Pancasila Merdeka tanpa Hoax, mereka sangat terampil membuat sebuah video yang menjelaskan tentang pentingnya mencegah kabar hoax.

Selain 2 kelompok tersebut, 5 siswa lainnya terpilih sebagai Student Leader for Peace, Tolerance, Equality, and Inclusivity. Adalah Aisyah Septia Ramadhina, yang juga mengangkat tema tentang bahaya berita hoax melalui komik yang dibuatnya. Di akhir presentasinya, Aisyah menutup dengan sebuah quotes, “Mencari Kebenaran, Sebelum Menyebarkan”.

Siswa lainnya yakni Raihaan Naufal Arka Setiawan, dengan persiapan yang matang ia menjelaskan melalui poster yang ia buat tentang 2 jenis cyber bullying; Flaming (berkata kasar) dan Harassment (perang ujaran kebencian di sosial media).

Siswa ketiga, Thalita Glory Setiawan membuat cerita bergambar berjudul “Be A Good Friend”. Berangkat dari keresahannya ats fenomena senioritas di sekolah, ia berusaha menyampaikan pentingnya membangun perdamaian dari diri sendiri melalui hasil karyanya.

Sama halnya dengan siswa terpilih lainnya, Rangga Joshua Maindra. Melalui poster yang ia buat, ada pesan untuk tidak membeda-bedakan teman di sekolah. Terakhir, Alethea Chiara Makayla menambahkan bahwa dampak dari bullying dapat membuat korban membenci dirinya sendiri, sehingga tak segan melakukan self-harm, melukai dirinya sendiri.

Presentasi dari seluruh siswa terpilih sangat membuat kagum orang-orang yang hadir di Peace Goes to School SMP Widya Wiyata. Ke depan, mereka akan menjadi peering bagi teman-teman di sekolah terkait isu yang mereka kampanyekan. Yakni untuk menghapus 3 dosa besar pendidikan; perundungan, intoleransi, dan kekerasan seksual. []

 

 

 

 

 

 

Tags: Duta DamaiInklusifPeace Goes to SchoolPeace LeaderPeran Anak Muda
Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa

Penulis adalah alumni Bapenpori Al-Istiqomah tahun 2017 asal Karangampel-Indramayu. Ia merupakan mahasiswi program studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Saat ini ia tergabung dalam komunitas Puan Menulis dan Peace Leader Indonesia

Terkait Posts

hukum suami mengasuh anak

Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?

8 Februari 2023
Umm Hisyam ra Menghafal Al-Qur'an dari Lisan Nabi Saw

Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw

8 Februari 2023
Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir

Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

8 Februari 2023
Satu Abad NU

Lagu We Will Rock You dalam Satu Abad NU

8 Februari 2023
Jangan Melecehkan Istri

Nabi Saw Meminta Kepada Para Suami agar Jangan Melecehkan Istri

8 Februari 2023
anak adalah amanah

Anak Adalah Amanah yang Harus Dijaga oleh Orang Tua

7 Februari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Childfree

    Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu We Will Rock You dalam Satu Abad NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?
  • Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

Komentar Terbaru

  • Harapan Lama kepada Menteri PPPA Baru - Mubadalah pada Budaya Patriarki Picu Perempuan Jadi Mayoritas Korban Kekerasan Seksual
  • Menjadi Perempuan Pembaru, Teguhkan Tauhid dalam Kehidupan pada Bagaimana Hukum Menggunakan Pakaian Hingga di Bawah Mata Kaki?
  • Wafatnya Mbah Moen Juga Dirasakan Semua Umat Beragama - Mubadalah pada Fahmina Institute Terapkan Prinsip Mubadalah dalam Organisasi
  • Sisi Lain dari Haul Gus Dur ke-10 di Cirebon, yang Bikin Semua jadi Ambyar - Mubadalah pada Alissa Wahid: Islam Menolak Segala Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan
  • Hari Nol Toleransi terhadap Sunat Perempuan pada Hari Anti Sunat Perempuan Internasional: Bukti Praktik P2GP Membahayakan Perempuan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist