• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Uzlah: Tradisi Para Nabi dan Sufi, Penting di Masa Pandemi

Secara khusus, khalwat atau uzlah berarti mengasingkan diri di sebuah zawiyah (tempat khusus untuk ibadah para sufi), jauh dari keramaian selama beberapa hari untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, melalui shalat, dzikir dan amaliah tertentu.

Munawir Amin Munawir Amin
07/07/2021
in Hikmah
0
niat puasa syawal

niat puasa syawal

341
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika Muhammad bin Abdullah berusia 40 tahun sebelum menjadi Nabi dan Rasul, beliau  mengalami masa-masa galau, beliau mendadak sering bermimpi aneh dan menyenangkan. Sejak saat itu, beliau mulai menyukai tahannuts, semacam khalwat atau uzlah atau mengasingkan diri ke guwa hiro.

Beliau pulang ke rumah dan meminta isterinya, Khadijah, untuk menyelimutinya. Beliau bercerita kepada isterinya bahwa dalam tahannuts nya itu ia melihat malaikat Jibril datang dan menyuruhnya membaca kalam Ilahi yang ia tidak tahu bagaimana membacanya. Dengan bimbingan Jibril, Muhammad bin Abdullah pun membaca ayat per ayat:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (۱) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (۲)  اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ(۳)  الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ  (٤) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (۵)

“Bacalah atas nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pumurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Al-‘Alaq/ 96: 1-5).

Ayat-ayat itu begitu mengesankan dan membekas dalam jiwanya. Peristiwa itu terjadi pada hari Senin tanggal 17 Ramadhan (610 M). Itulah wahyu pertama kalinya yang diterima Nabi dari Allah melalui Malaikat Jibril. Dan peristiwa inilah yang menandai kerasulan Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga:

Membangun Kehidupan yang Sehat Dimulai dari Keluarga

Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

Kebiasaan Nabi melakukan uzlah dan tahannuts itu menjadi teladan yang sangat baik bagi kalangan sufi untuk melakukan pendekatan diri kepada Tuhan. Dalam tradisi sufi dikenal istilah khalwat, istilah teknis dalam tradisi tasawuf yang berarti mengasingkan diri (seclusion) atau, pengunduran diri (retirement).

Secara khusus, khalwat atau uzlah berarti mengasingkan diri di sebuah zawiyah (tempat khusus untuk ibadah para sufi), jauh dari keramaian selama beberapa hari untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, melalui shalat, dzikir dan amaliah tertentu.

Khalwat (sinonim dengan ‘uzlah, wahdah, infirad, ingita’), secara umum, merupakan prinsip dasar dalam tradisi asketisme (zuhud). Kegemaran para tokoh sufi muslim awal melakukan khalwat merupakan tema utama dalam literatur-literatur tasawuf.

Tokoh sufi seperti Sufyan al-Tsauri (w.161/778), dikenal sebagai tokoh sufi yang gemar hidup menyendiri. Dzun Nun al-Mishri (w.245/860) belajar dari seorang petapa Syria tentang nikmatnya uzlah, khalwat, dzikir, dan rahasia berbicara dengan Tuhan (al-khalwat bi al-munajatihi).

Sufi lain Abu Bakr al-Syibli (w.334/945) pernah memberikan nasehat mengenai praktik khalwat: “Bergantunglah pada kesunyian, hapuskan namamu dari ingatan orang-orang di sekitarmu dan hadapkanlah wajahmu pada dinding untuk melakukan shalat sampai engkau meninggal dunia”.

Al-Ghazali semasa pengembaraan intelektualnya pernah bertapa di atas menara masjid Jami’ Damaskus sekembalinya dari Bait al-Maqdis. Ia melakukannya selama 10 tahun. Selama masa itulah Al-Ghazali mengaku telah dikaruniai kekuatan yang lebih tinggi yang menyingkapkan padanya berbagai misteri dunia spiritual, yang oleh al-Ghazali disebut kasyf (pandangan langsung) dan dzawq (citarasa batiniah yang sangat halus). Al-Ghazali bahkan menganjurkan kepada para sufi untuk uzlah, berkhalwat selama 40 hari dalam satu tahun, dan menjalaninya dengan puasa dan shalat.

Maka penting di masa pandemi ini, dengan pemberlakuan PPKM Darurat Jawa dan Bali oleh pemerintah Indonesia, dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virus covid-19, kita harus mematuhinya, seraya meneladani tradisi para Nabi dan Sufi dalam sejarah Islam di masa lalu. []

 

Tags: KebijaksanaankehidupanKhalwatKisah NabiPandemi Covid-19Sejarah IslamSufitasawufTradisi IslamUzlah
Munawir Amin

Munawir Amin

Pengasuh Ponpes Sirojut Tholibin Kertasemaya Indramayu

Terkait Posts

Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID