Mubadalah.id – Menjelang tahun politik, anak muda memiliki peran penting dalam mewarnai dinamika politik Indonesia. Suara mereka akan sangat menentukan arah politik negara Indonesia ke depan.
Dalam catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) seperti dilansir dari Kompas.com, menyebutkan bahwa pada tahun 2022 pemilih pemuda (usia 17-40 tahun) memiliki kontribusi sebesar 53-55 persen. Angka tersebut menurut KPU lebih tinggi dibanding pemilih golongan tua.
Oleh sebab itu, pada tahun politik 2024 mendatang, suara anak muda akan memberikan kontribusi yang besar bagi terpilihnya pemimpin bangsa Indonesia.
Dalam menghadapi situasi tersebut, lalu, bagaimana anak muda dapat berpartisipasi aktif dan menyikapi tahun politik menuju Pemilu 2024 medatang?. Dalam hal ini, setidaknya ada tiga Langkah yang bisa anak muda lakukan. Tiga langkah ini seperti yang penulis rangkum dari berbagai sumber rujukan.
Berikut tiga langkah anak muda dalam menyikapi tahun politik:
Pertama, fokus pada gagasan calon pemimpin, bukan sekadar personal branding mereka.
Generasi milenial atau Gen-Z memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik, karena mereka tumbuh dan hidup sepenuhnya di era digital. Kemajuan teknologi memungkinkan mereka untuk memiliki akses informasi yang luas dan mengembangkan daya kritis dalam berbagai pilihan.
Melalui kemampuan ini, mereka dapat mudah menggunakan serta menganalisis gagasan yang ditawarkan oleh calon pemimpin. Namun, yang perlu generasi milenial perhatikan adalah mereka harus bisa membaca data dan langkah konkret yang akan dilakukan oleh calon tersebut.
Dengan pendekatan ini, anak muda dapat menghindari jebakan personal branding dan janji-janji kosong dari para calon. Terlebih, mereka akan mudah mengenali sosok yang tepat dan memiliki pandangan yang lebih baik.
Politik Identitas
Kedua, menghindari jebakan politik identitas.
Belakangan ini, politik identitas memainkan peran penting dalam dinamika politik Indonesia. Identitas seperti agama, suku, budaya, dan golongan tertentu memiliki potensi cukup penting dalam memainkan politik identitas.
Terlebih, politik identitas ini juga dapat mengancam integrasi bangsa dengan munculnya polarisasi. Dalam jangka panjang, polarisasi ini akan bendampak pada hubungan sosial masyarakat.
Akan tetapi, sebagai anak muda, mereka harus menyadari bahwa pemimpin yang terpilih akan memimpin semua masyarakat Indonesia.
Melalui poin kedua ini, anak muda perlu memahami bahwa politik identitas hanyalah bagian dari proses politik yang sementara. Oleh sebab itu, sebagai anak mudah perlu hati-hati serta sebaik mungkin bisa menghindari jebakan politik identitas.
Ketiga, tolak politik uang.
Hingga saat ini, saya meyakini bahwa politik uang selalu menjadi masalah dalam perpolitikkan bangsa Indonesia. Baik dari level bawah maupun atas, politik uang masih menjadi senjata yang kerapkali digunakan bagi para calon yang mencari suara masyarakat.
Meskipun sebagian masyarakat menganggap wajar terkait politik uang. Namun hal ini memiliki dampak yang sangat buruk dan sangat tidak wajar. Dalam beberapa sumber rujukan menyebutkan, bahwa dampak dari politik uang adalah melemahkan suara dan aspirasi masyarakat.
Hal inilah yang menyebabkan suara dan aspirasi masyarakat mudah terjual hanya dengan harga yang tidak sebanding dengan hasil kinerja dari pejabat atau pemimpin yang terpilih tersebut.
Oleh karena itu, sebagai anak muda dengan kemudahan akses informasi yang luas, kita harus bersikap tegas dan menolak politik uang.
Maka dari itu, melalui tiga langkah di atas, mari kita sebagai anak muda untuk terus berperan aktif dalam mengawasi dan memastikan bahwa proses politik di Indonesia harus berjalan dengan sehat. Dengan begitu, masa depan perpolitikan bangsa Indonesia dapat berjalan lebih baik dan bermartabat. []