Mubadalah.id – Jika merujuk buku Parenting With Love, yang ditulis oleh Maria Ulfah Anshor, tentang pola pendidikan yang adil bagi anak, maka dapat disimpulkan bahwa pola pendidikan tersebut harus mengedepankan prinsip-prinsip tidak membedakan antara anak yang satu dan lainnya.
Yaitu, tidak membedakan anak yang satu dengan yang lainnya itu harus secara proporsional, sesuai dengan kondisi dan tingkat kebutuhannya masing-masing.
Anak perempuan dan laki-laki diberikan kesempatan untuk tumbuh sesuai dengan bakat dan potensinya masing-masing secara adil, dengan begitu akan terciptanya pola pendidikan yang adil bagi anak
Tiga Pola Pendidikan yang Adil Bagi Anak
Berikut tiga pola pendidikan yang adil bagi anak yang wajib diketahui orang tua.
1. Tidak Diskriminatif Terhadap Anak
Dalam pola pendidikan yang adil bagi anak, anak laki-laki dan perempuan tidak boleh dibeda-bedakan. Anak menurut ajaran Islam harus diperlakukan sama tanpa dibedakan jenis kelaminnya. Ketidakadilan gender yang merendahkan potensi dan kemampuan anak perempuan sangat merugikan mereka.
Agama mengingatkan agar kita senantiasa berbuat adil, terutama dalam hal pemberian kasih sayang, perhatian, dan fasilitas pendidikan kepada anak-anak tanpa membedakan jenis kelamin.
Anak laki-laki dan perempuan di hadapan Allah Swt sama, mereka memiliki hak yang sama pula.
Nabi Muhammad Saw menyuruh umat Islam untuk berbuat adil kepada anak-anak seperti yang disabdakan dalam hadis berikut,
“Berlakulah adil atas urusan anak-anak kamu sekalian, sebagaimana kamu sekalian menyukai mereka berbuat adil atas segala urusan kamu sekalian.”
Karena itu, dalam pola pendidikan yang adil bagi anak sebaiknya harus memberikan fasilitas dan kesempatan yang lebih banyak untuk anak laki-laki dengan mengurangi fasilitas dan kesempatan yang menjadi hak anak perempuan bertentangan dengan ajaran Islam.
Karena sesungguhnya Islam adalah agama yang menghendaki keluarga dibangun atas dasar perdamaian dan kasih sayang antara seluruh anggota keluarga, sehingga dapat menikmati kesejahteraan yang penuh kasih sayang (rahmah) dan dukungan (ridha) Tuhan.
2. Tidak Membedakan Jenis Kelamin (nonseksis)
Konsep pendidikan nonseksis ini dikenal dengan model pendidikan yang berperspektif gender. Yakni pendidikan yang mendasarkan semua aktivitasnya dengan menanamkan pemahaman bahwa gender feminin dan maskulin memiliki nilai yang sama pentingnya dalam kehidupan sosial bagi perkembangan anak.
Pendidikan nonseksis harus dimulai sejak anak-anak masih kecil, bahkan sejak bayi maupun dalam masa kehamilan.
Oleh sebab itu, pendekatan pola pendidikan yang adil bagi anak yang nonseksis ini dapat dimulai dari lingkungan di dalam rumah, masyarakat, dan sekolah secara terpadu, sehingga untuk generasi selanjutnya akan terjadi perubahan struktur dalam masyarakat.
3. Membekali Ajaran Agama dan Menghargai Perbedaan
Keberagaman atau pluralitas adalah sesuatu yang alami (natural) dan hukum alam (sunnatullah).
Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa dengan perbedaan warna kulit, bahasa, budaya, karakter, dan sebagainya, dengan menyimpan maksud tertentu yang memiliki makna.
Begitu juga binatang dan tumbuhan serta alam semesta dengan keanekaragamannya juga memiliki fungsi dan hikmah di balik penciptaan tersebut.
Oleh sebab itu, dengan menggunakan pola pendidikan yang adil bagi anak ini, harus diperkenalkan dengan berbagai keragaman di sekitarnya, dan biasakan mengajak mereka untuk mendiskusikan manfaat dari masing-masing keragaman tersebut, agar mereka tumbuh dengan lingkungan yang menghargai keanekaragaman.
Sikap menghargai terhadap pilihan yang berbeda atau perbedaan pandangan dan pemikiran pun harus ditanamkan sejak dini agar anak mampu menghormati orang lain yang berbeda dengan dirinya.
Pendidikan agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap anak yang harus dipenuhi oleh orangtuanya. Bagi seorang Muslim, pelajaran pertama yang wajib diberikan kepada anak-anaknya ialah mengenai tauhid atau pengenalan terhadap ketuhanan berikut sifat-sifat Tuhan.
Menurut Islam, pengenalan sifat-sifat Allah sangat penting bagi anak-anak, agar mereka mengerti siapa dirinya, lingkungannya, siapa yang menciptakan dirinya dan lingkungan serta alam semesta yang ada di jagad raya ini dengan segala keanekaragamannya.
Selain itu, Anak-anak juga perlu diajarkan mengenai keimanan, berkaitan dengan hal-hal gaib, tentang alam akhirat, hari kiamat, adanya malaikat, jin, serta utusan Allah dari kalangan para nabi dan rasul, yang semuanya merupakan penjabaran dari dua kalimat syahadat. (Rul)