Mubadalah.id – Nabi Muhammad Saw berumah tangga dengan Sayyidah Khadijah selama 25 tahun. Selama itu pula, beliau dikaruniai enam anak, yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.
Selama membangun rumah tangga dengan Khadijah, beliau tidak mengambil istri lagi. Kehidupan rumah tangga mereka diliputi kebahagiaan dan kedamaian. Atau dalam bahasa yang populer: sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Sayyidah Khadijah menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Rasulullah Saw., tepatnya pada hari ke-11 Ramadhan tahun ke-10 kenabian. Yaitu, tiga tahun sebelum Rasulullah Saw. hijrah ke Yatsrib atau Madinah.
Kematian Sayyidah Khadijah merupakan hari duka-cita mendalam bagi Nabi Saw. Publik menyebut tahun itu sebagai “Am al-Huzn”.
Orang yang paling dicintai dan pendukung paling utama perjuangan Nabi Saw. telah meninggalkannya. Saat itu, Sayyidah Khadijah berusia 65 tahun, sementara Nabi Saw. sekitar 50 tahun.
Ada informasi yang disampaikan orang tentang wasiat Sayyidah Khadijah kepada Nabi Saw. menjelang wafatnya, meski validitasnya diperdebatkan. Inilah isi wasiat Sayyidah Khadijah:
Pertama, selama aku bersamamu, mungkin aku sering lalai melaksanakan kewajibanku kepadamu. Maafkanlah aku. Nabi menjawab,
“Aku tidak pernah melihatmu lalai menjalankan kewajiban. Engkau telah sungguh-sungguh melaksanakannya dengan baik, bahkan sering lelah. Engkau juga telah mengorbankan hartamu untuk kepentingan sosial kemanusiaan.”
Kedua, aku pesan, “Perhatikan Fatimah. Kelak, sepeninggalku ia jadi anak yatim. Maka, tak boleh ada seorang pun yang menyakiti hatinya. Tak boleh ada orang memukulnya, dan tak boleh ada orang mengecewakan hatinya.”
Ketiga, aku sejatinya takut di kuburan. Aku berharap kain yang engkau pakai saat menerima wahyu pertama menjadi kain kafan yang membungkus tubuhku.
Nabi Saw. berdiri mengambil kain tersebut dan menyerahkannya kepada istrinya itu. Ia tampak sangat berbahagia. Manakala Sayyidah Khadijah kemudian wafat, Nabi Saw. memandikannya, dan mengenakan kain kafan kepada jenazahnya. []