Mubadalah.id – Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam bukunya Perempuan Bukan Makhluk Domestik menjelaskan bahwa menempatkan seluruh beban pengasuhan anak kepada ibu adalah bentuk ketimpangan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Nabi sendiri menunjukkan bahwa ayah juga berperan langsung dalam mendidik, menyayangi, dan memperhatikan anak-anaknya.
Dalam praktiknya, Islam menuntut adanya kemitraan dalam rumah tangga. Suami dan istri harus saling bekerja sama untuk menghadirkan lingkungan tumbuh yang sehat, adil, dan penuh kasih bagi anak. Inilah yang disebut dengan prinsip mu’asyarah bil ma’ruf.
Ketika ayah turut serta dalam proses pengasuhan maka akan terbentuk kedekatan emosional yang lebih kuat antara anak dan kedua orangtuanya. Hal ini sangat penting untuk pembentukan karakter, empati, dan rasa tanggung jawab sosial anak di masa depan.
5 Pilar
Lebih lanjut, Kiai Faqih merumuskan lima pilar pengasuhan anak yang bersumber dari hadis-hadis Nabi Saw., yaitu:
Pertama, pilar rahmah (kasih sayang). Segala bentuk pengasuhan harus berlandaskan kasih sayang dan bermuara pada kepentingan terbaik anak, bukan pada ego orangtua. Kasih sayang menjadi fondasi utama agar anak tumbuh dengan rasa aman, dicintai, dan dihargai.
Kedua, pilar keadilan (‘adl). Orangtua wajib berlaku adil dalam memberikan kasih sayang, perhatian, serta kesempatan kepada seluruh anak tanpa membeda-bedakan. Sikap adil inilah yang akan menumbuhkan kepercayaan diri anak.
Ketiga, pilar pendidikan (tarbiyah). Pengasuhan juga mencakup pembangunan akal, karakter, dan spiritualitas anak. Melalui pendidikan yang utuh, anak dibimbing untuk tumbuh menjadi pribadi berpengetahuan dan berakhlak.
Keempat, pilar kemaslahatan (maslahah). Setiap keputusan dalam pengasuhan harus mempertimbangkan manfaat dan dampaknya bagi masa depan anak. Orangtua perlu memastikan bahwa setiap tindakan benar-benar membawa kebaikan dan tidak menimbulkan mudarat.
Kelima, pilar keteladanan (uswah). Anak belajar paling efektif dari apa yang ia lihat. Karena itu, orangtua harus menjadi contoh nyata dalam akhlak, ibadah, dan kehidupan sosial. Keteladanan adalah pendidikan paling hidup yang melekat dalam diri anak. []