• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Mengenal Perempuan Penggerak Zaman

Sejarah telah mencatat tokoh-tokoh perempuan dari zaman ke zaman, yang berjuang untuk emansipasi perempuan dan keluar dari perbudakan, agar mampu menghadapi kekuasaan tirani kaum patriarki.

Atu Fauziah Atu Fauziah
19/11/2020
in Figur, Pernak-pernik
0
Jolly Mohan

Jolly Mohan

313
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Perjuangan kaum perempuan untuk menuntut hak-haknya dan menegakkan keadilan sampai hari ini masih ditemukan, dan tampaknya makin bertambah dengan semakin dibicarakannya isu-isu perempuan di ruang publik belakangan ini. Sejarah telah mencatat tokoh-tokoh perempuan dari zaman ke zaman, yang berjuang untuk emansipasi perempuan dan keluar dari perbudakan, agar mampu menghadapi kekuasaan tirani kaum patriarki.

Di Barat perjuangan kaum perempuan dimulai pada zaman pencerahan, ketika itu kaum perempuan mulai menyadari ketidaksetaraan yang dialami oleh mereka, dan menuntut keadilan bagi kaum perempuan. Tokoh yang paling terkenal pada masa itu Marry Wollstonecraft, seorang perempuan kritis dan tak segan memberontak budaya maskulin pada masa itu.

Menurut Marry Wollstonecraft, perempuan itu lahir setara dengan laki-laki, tetapi perempuan dididik hanya aktif di rumah, dilemahkan, dan ditundukkan. Seruan Marry sangat terkenal dalam A Vindication of Rights of Woman (1792) sebagai berikut: “Terkurung dalam sangkar seperti halnya binatang jinak. Memang benar istri-istri disediakan bahan makanan dan pakaian yang tidak perlu mereka petik atau tenun sendiri, namun, sebagai imbalannya, mereka harus menyerahkan kesehatan, kebebasan dan kebaikan mereka.”

Pernyataan tersebut sebuah gambaran keadaan kaum perempuan di mata Marry pada saat itu. Padahal menurutnya, perempuan bisa menjadi apapun yang dia inginkan tanpa dibatasi oleh sistem yang menempatkan perempuan di rumah, bahkan perempuan bisa mengungguli laki-laki di ruang publik.

Tak hanya Marry, perempuan yang berani mendobrak ketidakadilan juga Marie Gouze. Yang pada masanya menentang bentuk perlakuan laki-laki yang suka semena-mena kepada perempuan. Kemudian, Marie juga mendeklarasikan hak-hak perempuan yaitu hak setara dalam hukum, pemerintahan, dan pendidikan.

Baca Juga:

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Nama yang juga mewarnai pergerakan emansipasi perempuan di Barat yaitu, Anne Josephe Terwagne. Seorang perempuan yang lahir dari keluarga petani miskin yang terpaksa menjadi pekerja seksual untuk memenuhi kebutuhannya.

Meski begitu Anne menjadi tokoh penting dalam revolusi Perancis, juga aktif menggaungkan keadilan bagi perempuan. Pidatonya yang penuh semangat berhasil menyadarkan kaum perempuan, meskipun banyak juga perempuan yanng tidak setuju padanya.

“Sudah tiba waktunya kaum perempuan untuk menghapuskan sifat malu-malunya dalam bertindak yang tak pantas, yang telah mereka alami sekian lama akibat kebodohan, kesombongan, dan ketidakadilan laki-laki. Mari kita kembali ke masa-masa ibu kita, perempuan-perempuan bangsa Gaul dan Jerman, bisa berbicara di rapat tempat umum, dan berjuang di samping suami-suami mereka.”

Pidatonya itu bentuk kekritisan Anne agar perempuan lain tersadar dari keadaan yang telah banyak merenggut hak-hak kaum perempuan. Masih banyak nama-nama perempuan yang aktif dalam emansipasi perempuan dan perbudakan, seperti Harriet Tubman, Ellen Craft, Sojourner Truth, dan masih banyak lagi.

Kita hafal betul tokoh-tokoh perempuan kritis di Barat yang aktif membela perempuan. Tetapi apakah kita lupa? Jauh sebelum mereka, Perempuan pada zaman Nabi pun melakukan hal yang sama, yakni menggaungkan keadilan bagi perempuan.

Orang Barat baru menyadari hak-hak perempuan di abad ke-18 Masehi, sedangkan Islam sudah sejak abad ke-7 Masehi memberikan hak-haknya dan mengakui perempuan sebagai manusia utuh.

Pada zaman Nabi juga terdapat tokoh-tokoh perempuan cerdas dan kritis mengkritik ketidakadilan yang dialami kaum perempuan pada masanya. Tak tanggung-tanggung Rasulullah sendiri yang dikeritik oleh para perempuan pada masa itu. Dan siapa yang menjawabnya? Allah SWT langsung lewat wahyunya.

Ummu Imarah al-Anshari pernah datang kepada Rasulullah untuk protes mengenai al-Qur’an yang selalu saja menyebut laki-laki, tetapi tak pernah perempuan disebut di dalamnya. “Selalu kulihat segala sesuatu yang ada ini hanya untuk laki-laki saja, dan tidak pernah perempuan disebut-sebut.” (Diriwayatkan at-Tirmidzi dari ‘Ikrimah)

Kemudian siapa yang merespon bentuk protes Ummu Imarah tersebut? Allah SWT di Surat al-Ahzab ayat 35. Ayat tersebut bentuk penegasan bahwa Allah tidak pernah membeda-bedakan laki-laki maupun perempuan, kecuali amal kebajikannya.

Perempuan yang juga datang pada Rasulullah untuk memprotes bentuk diskriminasi terhadap perjuangan perempuan yang seolah tak pernah diakui, yaitu Ummu Salamah, istri Nabi sendiri. “Wahai Rasulullah! Saya tidak mendengar Allah menyebut khusus (mengapresiasi) wanita di dalam Qur’an mengenai peristiwa hijrah.”

Dan Allah juga menjawab kegelisahan Ummu Salamah dan perempuan lainnya dengan turunnya Surat Ali-Imran ayat 195, dengan penegasan bahwa siapapun yang berhijrah atas nama Allah, yang beramal soleh, yang berperang untuk agama Allah, laki-laki dan perempuan, keduanya akan masuk ke Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.

Sekarang kita tau, perempuan-perempuan kritis yang berpengaruh dalam emansipasi perempuan dari zaman ke zaman. Dan ternyata pada zaman Nabi, Ummu Salamah dan Ummu Imarah adalah perempuan yang menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.Sayangnya, narasi ini tenggelam oleh narasi yang mengatakan,  perempuan solehah itu yang tak banyak bicara dan banyak menuntut. Siapa yang lebih solehah dari istri Nabi, bukan? []

 

Tags: istri nabikemanusiaanKesetaraanPatriarkhiPerempuan InspiratifSejarah Nabi
Atu Fauziah

Atu Fauziah

Mahasiswi Akidah Filsafat Islam di UIN Banten.

Terkait Posts

Jilbab

Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

1 Juni 2025
Sukainah

Tren Mode Rambut Sukainah

31 Mei 2025
IUD

Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

31 Mei 2025
Kodrati

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

31 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Etika Sosial Perempuan 'Iddah

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

28 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pandangan Subordinatif

    Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID