• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Menjadi Ayah untuk Anak Perempuan

Ayah adalah sosok laki-laki yang hadir dalam kehidupannya sejak ia dilahirkan bahkan sejak masih dalam kandungan, menjadi panduan baginya untuk apa yang diharapkan dari sikap laki-laki terhadap perempuan. Sikap ayah kepada ibunya atau kepada orang lain adalah kiblatnya untuk berelasi dengan seorang laki-laki ketika ia besar nanti.

Fatikha Yuliana Fatikha Yuliana
17/01/2019
in Featured, Kolom
0
Menjadi Ayah untuk Anak Perempuan

Ilustrasi: pixabay[dot]com

192
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id- Menjadi ayah untuk anak perempuan. Saya pernah mendengar ungkapan tentang pentingnya sosok ayah dalam kehidupan seorang anak laki-laki. Itu memang penting, tetapi apa yang sering hilang dari perbincangan adalah pentingnya ayah dalam kehidupan seorang anak perempuan.

Anak-anak belajar apa yang mereka jalani dari semua anggota keluarga. Anak perempuan dari kecil menilai laki-laki dari laki-laki yang ada dalam kehidupan mereka.

Ayah adalah sosok laki-laki yang hadir dalam kehidupannya sejak ia dilahirkan bahkan sejak masih dalam kandungan, menjadi panduan baginya untuk apa yang diharapkan dari sikap laki-laki terhadap perempuan. Sikap ayah kepada ibunya atau kepada orang lain adalah kiblatnya untuk berelasi dengan seorang laki-laki ketika ia besar nanti.

Terlepas dari apa yang terjadi sebagai remaja dan dewasa, anak perempuan pada usia 4 atau 5 tahun telah menciptakan seperangkat asumsi tentang apa arti baginya untuk menjadi seorang perempuan.

Setiap tahap perkembangan, dia melihat dan belajar dari para perempuan –dan laki-laki– di sekitarnya untuk mencari tahu bagaimana menjadi perempuan dan bagaimana menjalin hubungan dengan seorang laki-laki.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Pembelajaran awal itu sangat kuat. Ketika pembelajaran itu positif dan membantu dalam menegosiasikan dunia, anak perempuan akan tumbuh nyaman dengan dirinya sendiri dan seksualitasnya.

Namun sebaliknya, ketika pembelajaran awal justru menciptakan harapan yang merendahkan dan atau kurang menghadirkan manfaat untuk berelasi dengan orang lain. Hubungan dengan dirinya sendiri, dengan perempuan lain, dan dengan laki-laki menjadi terganggu.

Artinya, figur ayah dalam kehidupan seorang anak perempuan juga menjadi sangat diperhitungkan. Terlepas dari apakah ia menginginkan tanggung jawab seorang ayah atau sikap ayah terhadap ibunya dan orang lain, turut berkontribusi dalam membentuk kepribadian anak perempuannya.

Laki-laki yang berperan sebagai seorang ayah juga memungkinkan upaya pencegahan tindak pelecehan atau kekerasan terhadap anak perempuan. Apabila seorang ayah mengajarkan anak perempuannya tentang privasi dan batasan yag tepat.

Seorang ayah juga perlu memahami pembedaan di mana garis antara kasih sayang yang sesuai dan batasan-batasan sentuhan yang tidak pantas.

Seperti dalam penggalan lirik lagu Daughters yang dinyanyikan oleh John Mayer, “fathers, be good to your daughters. Daughters will love like you do”.

Makna tersirat dari penggalan lirik lagu tersebut menggajak laki-laki yang berperan sebagai ayah untuk bersikap dan berperilaku baik kepada anak perempuannya. Karena anak perempuan akan mencintai seperti apa yang dilakukan ayahnya.

Demikian penjelasan mengenai menjadi ayah untuk anak perempuan. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Cara Memberi Sanksi yang Baik untuk Anak]

Tags: anakayahkehidupankeluargalaki-lakipendidikanperempuanrumah tangga
Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana, terlahir di Indramayu. Alumni Ponpes Putri Al-Istiqomah Buntet Pesantren Cirebon. Berkuliah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Jatuh cinta pada kopi dan pantai.

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version