Mubadalah.id – Tadi siang, 1 Juli 2021, aku bersama mbak Alisa Wahis dan Tsamara Amani, bicara dalam Seminar yang diselenggarakan KPPAI-UNFPA-BKKBN.
Singkatnya ini. Dalam Deklarasi HAM Islam di Kairo, 1990 pasal 11, ayat 1 menyebutkan
“Manusia dilahirkan dalam keadaan merdeka. Tak seorang pun yang boleh memperbudak, merendahkan, melakukan kekerasan dan mengeksploitasi. Kehambaan manusia hanya kepada Tuhan”.
Sebuah hadits menyebutkan : “Seorang perempuan muda, Khansa binti Khidam mengadu kepada Nabi. Ayahnya memaksakan kehendaknya untuk menikahkannya dengan laki-laki pilihannya. Nabi menyerahkan keputusannya kepada si anak perempuan itu. Meski perempuan itu kemudian menyetujui pilihan ayahnya, tetapi dia mengatakan :
اريد ان اهلم الناس ان ليس للاباء من الامر شيء
“Aku ingin menyampaikan kepada publik bahwa : “tidak ada hak bagi ayah untuk urusan ini”.
Suatu hari seorang petani miskin mengadu kepada Umar bin Khatab, pemimpin orang-orang beriman. Anaknya yang masih remaja, dipukul oleh seorang putra gubernur Mesir, Amr bin Ash. Umar kemudian memanggil sang Gubernur dan anaknya. Kepada putra gubernur itu Umar mengatakan :
منذ متی استعبدتم الناس وقد ولدتهم امهاتهم احرارا
“Sejak kapan kamu memperbudak manusia, padahal ibunya melahirkannya dalam keadaan merdeka”.
Syihristani dalam ” al-Milal wa al Nihal dan Ibn Qayyim dalam Ighstah al Lahfan menulis kata-kata Socrates :
لا تكرهوا أولادكم على آثاركم، فإنهم مخلوقون لزمان غير زمانكم،
Janganlah kamu paksa anak-anakmu mengikuti jejak aturanmu, karena mereka diciptakan untuk satu zaman bukan di zamanmu”.
Kahlil Gibran menggubah puisi indah penuh pesona ini :
أولادكم ليسوا لكم .
أولادكم أبناء الحياة المشتاقة إلى نفسها
بكم يأتون إلى العالم, ولكن ليس منكم
ومع أنهم يعيشون معكم, فهم ليسوا ملكاً لكم .. أنتم تستطيعون أن تمنحوهم محبتكم,
ولكنكم لا تقدرون أن تغرسوا فيهم بذور أفكاركم,
لأن لهم أفكارأً خاصةً بهم
وفي طاقتكم أن تصنعوا المساكن لأجسادهم
ولكن نفوسهم لا تقطن في مساكنكم
فهي تقطن في مسكن الغد,
الذي لا تستطيعون أن تزوروه حتى ولا في أحلامكم .
Anakmu bukanlah anakmu
dia anak kehidupan yang merindui dirinya sendiri
Dia terlahir melaluimu tapi bukan darimu
Meski dia bersamamu tapi dia bukan milikmu
Kau bisa memberikan cinta dan kasihmu
Tetapi kau tak bisa menanamkan biji pikiranmu
Karena mereka mempunyai biji pikiran sendiri
Kau bisa bikinkan rumah untuk tubuhnya
Tapi tidak untuk jiwanya
Jiwa adalah penghuni rumah masa depannya
yang tak bisa kau kunjungi, meski dalam mimpi sekalipun.
Akhirnya aku mengatakan :”Jika kita ingin bangsa dan negara ini maju dan sejahtera, maka kita harus menciptakan ruang bagi perempuan untuk menjadi sehat, cerdas, mandiri dan aman”. []