• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Sifat Umar bin Khattab sebagai Suami dalam Keluarga

Keteladanan Umar dalam berumah tangga, adalah soal bagaimana bersikap dengan istri, jauh dari sifat keras dan simbol kekuatan

Rochmad Widodo Rochmad Widodo
25/01/2022
in Figur, Rekomendasi
0
Childfree Perspektif Islam

Sifat Umar bin Khattab

388
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sifat Umar bin Khattab dalam kisah hidupnya seringkali dijadikan sebagai simbol keberanian, tegas, dan kuat bagi umat muslim. Ia salah satu sahabat yang paling ditakuti kaum kafir Quraisy. Bahkan tak hanya sebatas manusia yang dibuat takut karena keberanian dan ketegasannya, setan dari bangsa Jin pun memilih kabur apabila bertemu Umar Bin Khattab. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sungguh aku melihat setan dari kalangan manusia dan jin lari dari Umar.” (HR. Tirmidzi). Tak mengherankan jika lantas Umar mendapat julukan sebagai Singa Padang Pasir.

Ada hal menarik dari sifat Umar bin Khattab. Di masa sebelum masuk Islam, dikenal sebagai orang kafir yang paling gemar mengintimidasi umat muslim dan sangat ganas menyiksa budak-budak beragama Islam. Namun begitu pintu hidayah datang kepadanya dan masuk Islam, Umar menjadi sosok yang berbanding terbalik dari masa jahil-nya. Sebelumnya ingin membunuh Rasulullah, justru kemudian menjadi sahabat Rasul yang paling terdepan dalam membela dan berusaha melindungi beliau dari ancaman kafir Quraisy. Sifat Umar bin Khattab dan kelakuannya dulunya sering mabuk, menjadi lelaki anti khamr sampai-sampai berhasil membuat diturunkannya wahyu yang mengharamkan khamr.

Selanjutnya, Sifat Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin murah hati, sampai tidak mau tidur sebelum yakin umat Islam tidak ada yang kesulitan. Dia pernah menolak makan ketika rakyatnya mengalami musim paceklik dan juga pernah mengangkut karung gandum sendiri diberikan kepada perempuan miskin yang tidak punya makanan untuk anaknya. Bahkan menolak dengan keras ketika pengawalnya akan membantu mengangkatkan karung gandum itu.

Rasulullah secara pribadi atas perubahan sifat Umar setelah memeluk Islam pun lantas memberinya gelar Al Faruq, yang bemakna pemisah kebenaran dari kebatilan.

Sifat Umar bin Khattab sebagai Pemimpin Keluarga

Tak banyak yang tahu bagaimana sisi lain dari sifat Umar bin Khattab menjadi suami dalam keluarga. Yang menarik dari keteladanan Umar dalam berumah tangga, adalah soal bagaimana bersikap dengan istri, jauh dari sifat keras dan simbol kekuatan yang ditakuti musuh-musuhnya di luar. Umar bahkan lebih memilih banyak mengalah dan sabar dalam urusan domestik dengan istrinya.

Baca Juga:

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

Diceritakan dalam Kitab Tanbih al-Ghafilin karya Abu Lais As Samarkandi dan Kitab U’qud al-Lujain karya Syekh Nawawi Al Bantani, pernah suatu hari ada sahabat bergegas datang ke rumah Umar bin Khattab berniat untuk curhat atau konsultasi karena frutasi dan sangat tertekan sering dimarahi oleh istrinya. Sahabat itu berencana akan menceraikan sang istri.

Tapi begitu sampai di depan rumah Umar, sahabat dibuat mematung di depan pintu dan mengurungkan diri untuk beruluk salam atau mengetuk pintu. Pasalnya, ia mendengar suara keras istri Umar yang sedang memarahi Sang Khalifah. Sedangkan sahabat itu tidak mendengar sepatah kata pun dari Umar membantah atau melawan istrinya, meski istri Umar terdengar nada marahnya sangat tinggi.

Dalam hati sahabat pun membatin, jika seorang Umar dimarahi oleh istrinya diam saja, apalagi saya? Sahabat itu akhirnya mengurungkan niat untuk curhat dan beranjak akan pergi. Namun begitu baru beberapa langkah meninggalkan rumah, pintu tiba-tiba terbuka dan Umar melihatnya. “Hai saudara, ada keperluan apa engkau datang ke rumahku?” tegur Umar.

Dengan jujur, sahabat menjelaskan maksudnya untuk konsultasi terkait istrinya yang sering marah-marah. “Tapi aku mendengar istri Khalifah sendiri berbuat hal sama. Jadi aku tidak ingin mengganggu Khalifah yang sedang ada masalah dengan sang istri.”

Umar bin Khattab mendengar penjelasan itu langsung tersenyum. “Mungkin kamu heran kenapa aku tidak membalas kemarahan istriku dan memilih diam,” kata Umar. “Karena istriku sudah bekerja memasak, mencuci baju, serta mengasuh dan mendidik anak-anakku. Saya cukup tenteram tidak melakukan perkara haram karena pelayanan istriku. Karena itulah, aku menerimanya sekalipun dimarahi,” jelasnya.

“Wahai Amirul Mukminin, apakah aku juga harus berbuat demikian terhadap istriku?” tanya sahabat itu.

“Ya, terimalah marahnya. Karena yang dilakukan istrimu tidak akan lama, hanya sebentar saja,” jawab Umar.

Sahabat pun kemudian pulang ke rumah dan membatalkan niat untuk menceraikan istrinya.

***

Laki-laki yang paling kuat, bukanlah yang mendampingi istrinya dengan keras. Tapi laki-laki yang paling penyayang, dan senantiasa mengerti dalam menghadapi istrinya. Demikianlah gambaran yang diteladankan Khalifah Umar bin Khattab ketika menjalankan perannya dalam keluarga.

Tentu hal ini pelajaran yang sangat berharga untuk dijadikan inspirasi bagi yang ingin membina rumah tangga. Karena sejatinya Islam mengajarkan bagaimana agar untuk menyayangi istri dan tidak membebaninya. Sebab, beban seorang istri di urusan domestik keluarga sebenarnya sangat berat dan melelahkan.

Aisyah pernah ditanya oleh salah seorang sahabat. “Apakah yang Nabi lakukan ketika berada di rumah bersama istri-nya?” Aisyah pun menjawab, “Dahulu Nabi biasa membantu pekerjaan rumah keluarganya.” (HR. Bukhari).

Rasulullah SAW dalam riwayat lain juga mencontohkan bagaimana senantiasa berusaha memberikan yang terbaik untuk istrinya. Dari Anas berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah. Aku lihat Rasulullah menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah (salah satu istri Rasulullah) kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga ia bisa menaiki unta tersebut.” (HR. Bukhari).

Jika sifat Umar bin Khattab yang paling ditakuti kaum kafir Quraisy dan setan kabur jika bertemu dengannya, namun mampu memposisikan istri dengan demikian menghormatinya, dan senantiasa sabar jika dimarahi oleh sang istri. Lantas, di mana harga diri seorang laki-laki yang masih memposisikan egoisme harus selalu menang dari istrinya, dan bahkan merasa bangga saat menyakiti sang istri? Wallahu a’lam bish-shawab. []

Tags: islamsahabat nabiUmar Bin Khattab
Rochmad Widodo

Rochmad Widodo

Rochmad Widodo adalah Asisten Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an Wal Hadits, Pendidikan Terintegrasi Kader Ulama-Pemimpin Berakhlakul Qur’ani Berwawasan Kebangsaan di Kota Bekasi.

Terkait Posts

Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Pesan Mubadalah

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Akhlak Karimah

Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Sikap Masyarakat Jika Terjadi KDRT?
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID