Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadits, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA menjelaskan bahwa norma ideal yang al-Qur’an tekankan adalah ayah dan ibu diminta untuk memberikan perhatian maksimal kepada bayinya sesuai porsi masing-masing.
Lebih lanjut, Nyai Badriyah menyebutkan, norma yang berbunyi “janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya” secara tajam membidik tradisi yang membebankan pengasuhan anak hanya pada ibu.
Kecenderungan masyarakat patriarkhi di mana ayah tahunya beres dan urusan anak dibebankan semua kepada ibu secara tegas dilarang al-Qur’an.
Hal tersebut, menurut Nyai Badriyah, menunjukkan sensitivitas al-Qur’an terhadap sesuatu yang menganggapnya biasa oleh sebagian besar manusia. Bagi al-Qur’an, tradisi itu tidak boleh terjadi karena jelas memperlihatkan ketidakadilan.
Setelah melarang ketidakadilan yang biasa para ibu alami, al-Qur’an terus konsisten melarang ketidakadilan itu, baik terjadi pada ayah, dan juga kaum kerabat.
Pengasuhan Anak Harus Adil
Nyai Badriyah menyampaikan, pengasuhan anak tidak boleh berjalan secara tidak adil. Ayah dan ibu mesti sama-sama memberi perhatian kepada anaknya. Tidak boleh ada eksploitasi kepada salah satu pihak.
Tak hanya pada ibu atau ayah, eksploitasi juga tidak boleh terjadi pada kerabat yang lain. “Dan (tidak boleh) seorang ayah (menderita) karena anaknya. Demikian pula para waris.”
Norma ini, Nyai Badriyah menegaskan, sungguh memotret kenyataan yang biasa terjadi di depan mata kita saat ini.
Kita sering mendengar seorang nenek tidak bisa beraktivitas, mengaji, bersosialisasi karena menjadi “MC” alias momong cucu karena ayah bunda sang bayi harus bekerja.
Tidak ada yang melarang bayi yang nenek asuh karena nenek adalah orang yang paling bisa mempercayainya, menyayangi dan memberi perhatian kepada sang buah hati.
Namun jika tugas itu kemudian menjadikan sang nenek tersandera, dan kemudian meninggalkan kewajiban-kewajiban lainnya, bukankah itu eksploitasi yang sangat halus karena melakukannya atas nama kasih sayang kepada cucu.
Rupanya fenomena ini pun tak luput dari pengamatan al-Qur’an, hingga hal-hal yang biasa pun mendaptakan perhatian. Hal ini tentu berguna agar tak terjadi ketidakadilan atas nama apapun. Subhanallah. (Rul)