Islam sesungguhnya mendukung perempuan berkarier di ruang publik. Oleh karenanya, keterlibatan laki-laki di ruang domestik juga menjadi niscaya dalam Islam.
Mubadalah.id – Banyak umat Islam yang masih memandang perempuan salihah adalah mereka yang hanya berdiam diri di rumah, melayani suami, dan mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga.
Jika pun memilih aktif di ruang publik, perempuan masih dituntut menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sebagai tanggung jawab utamanya.
Dalam Islam, pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan publik adalah bagian dari kesalehan laki-laki sekaligus perempuan.
Islam sesungguhnya mendukung perempuan berkarier di ruang publik. Oleh karenanya, keterlibatan laki-laki di ruang domestik juga menjadi niscaya dalam Islam.
Teladan Baik dari KUPI
Berawal dari Pesantren Kebon Jambu Cirebon pada tahun 2017, Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) telah bertransformasi menjadi gerakan kolektif yang menghimpun berbagai ratusan individu, lembaga, dan organisasi.
Gerakan ini mendakwahkan kerja sama laki-laki dan perempuan dalam ranah domestik dan publik sebagai ajaran kesalehan dalam Islam.
Bagi KUPI, kerja sama relasi ini mengakar pada visi Islam rahmat li al-‘alamin (anugerah bagi segenap manusia dan semesta) dan misi akhlak karimah (akhlak mulia).
Untuk membumikan ajaran kesalehan ini, KUPI tidak hanya berdakwah. Melainkan juga memperlihatkan teladan-teladan perempuan salihah yang sukses berkarier di publik, yang mendapatkan dukungan penuh dari suami mereka di ruang domestik.
Sebagai contoh, ada Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Pengasuh Pesantren Mahasina di Bekasi, yang pernah menjadi anggota DPR RI, pernah menjabat sebagai Ketua Komisioner KPAI (2010-2014).
Sekarang menjabat Wakil Sekretaris MUI Pusat (2021-2026), salah satu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) (2022-2027), dan Ketua Majelis KUPI (sejak 2017).
Ada Nyai Hj. Masriyah Amva, Pengasuh Pesantren Kebon Jambu Cirebon tempat perhelatan KUPI tahun 2017, yang mengasuh ribuan santri putra dan putri, yang juga diangkat menjadi Pengurus PBNU (2022-2027).
Ada Ibu Nyai Hj. Dr. Amrah Kasim, Pengasuh Pesantren Makassar dan Dosen UIN Alauddin Makassar, yang diangkat menjadi Anggota Majelis Masyayikh Pesantren Pusat oleh Kemenag RI (2021-2026).
Ada Dr. Ruhaini Dzuhayatin, akademisi UIN Yogyakarta, pernah duduk sebagai Ketua Komisi HAM Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Jeddah. Selain itu, ia juga berkarier sebagai Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI (2020-2024).
Contoh-contoh yang lainnya bisa kita akses di Kupipedia.id. Laman Kupipedia.id telah mempublikasikan lebih dari 100 tokoh ulama perempuan yang memiliki karier keulamaan, sosial, kultural, spiritual, lingkungan, ekonomi dan politik.
Contoh Inspirasi
Contoh-contoh ini telah menginspirasi banyak umat Islam, terutama dari pesantren, untuk mengamalkan prinsip kerja sama perempuan dan laki-laki. Baik di ruang publik atau ruang domestik, sebagai ajaran kesalehan dalam Islam. Bagi KUPI, perempuan salihah berkarier di publik adalah bagian dari teladan Islam.
Di antara yang terinspirasi yaitu Siti Latifah, seorang ibu rumah tangga di kampung Paluombo, Ledokombo, Jember. Pada awal perkawinan, ia dan suaminya masih mencontoh tradisi keluarganya.
Sebagai perempuan, ia memilih tinggal di dalam rumah untuk mengasuh anak dan melayani suami. Namun, melalui teladan baik KUPI, ia telah bertransformasi menjadi aktivis yang sukses mendirikan 11 sekolah komunitas “BokEbok” untuk para perempuan di kampungnya.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Perempuan (Bukan) Makhluk Domestik.