Mubadalah.id – Perspektif mubadalah merupakan perspektif yang hadir sebagai bagian dari kerja-kerja dakwah penyempurnaan (itmam) akhlak yang sebelumnya sudah maslahat, baik, dan mulia.
Dakwah penyempurnaan adalah misi utama Nabi Muhammad Saw yang masih harus kita lakukan secara berkesinambungan.
Tradisi akademik pemaknaan teks-teks Islam selama ini sudah baik. Tetapi, karena sesuatu dan lain hal, terjadi distorsi dan memerlukan penyempurnaan.
Distorsi yang dimaksud adalah ketika teks-teks itu hanya didekati dari sisi laki-laki sebagai subjek tanpa melibatkan perempuan.
Penyempurnaannya adalah dengan perspektif mubadalah yang ingin memastikan kehadiran perempuan sebagai subjek dalam mendekati teks.
Sehingga, akhlak yang maslahat itu harus maslahat untuk laki-laki dan perempuan. Akhlak yang baik itu hanya bisa dikatakan baik jika benar-benar baik untuk laki-laki dan perempuan.
Begitu pun akhlak yang mulia itu hanya akan mulia dengan sempurna jika perempuan dan laki-laki sama-sama muliah.
Abu Hurairah Ra. menuturkan, Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya mengutus Aku untuk menyempurnakan akhlak yang maslahat.” (Musnad Ahmad, no. 9074).
Riwayat lain, “Allah Swt mengutus Aku untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (Muwaththa’ Malik, no. 1643). Riwayat lain, “Allah Swt mengutus Aku untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (Sunan Baihagi, no. 20782).
Perspektif mubadalah juga hadir dalam upaya kecil dari keimanan pada ketauhidan Allah Swt yang melarang menuhankan apa pun selain-Nya, kerahmatan Nabi Muhammad Saw yang inklusif bagi perempuan dan laki-laki, dan keadilan Islam pada segenap manusia dan semesta alam.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Qiraah Mubadalah.