Mubadalah.id – Jika merujuk kisah Nabi Muhammad Saw, ada salah satu kisah yang sangat populer, khususnya di kalangan para ahli hukum Islam, bahwa Nabi Muhammad Saw tidak punya rasa dendam dan tidak pernah menyalahkan siapapun.
Kisah Nabi Muhammad Saw dan sikap introspeksi diri serta tidak punya rasa dendam berawal pasca Nabi Muhammad Saw selesai perang Ahzab, atau yang lebih populer disebut “Perang Khandaq” (Parit).
Pada waktu itu, seperti dikutip dari buku Lisanul Hal, Kisah-kisah Teladan dan Kearifan, karya KH. Husein Muhammad, para prajurit segera melepas baju perangnya dan bersiap-siap mengambil air wudhu untuk shalat Ashar.
Tetapi Nabi Saw memberikan pengarahan kepada mereka agar hal itu, (shalat Ashar) dilakukan saja di perkampungan Bani Quraizhah. Beliau mengatakan:
“Janganlah sekali-kali kalian shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah.”
Setelah mendengarkan pengarahan Nabi itu, mereka pun bersiap-siap untuk berangkat. Di tengah perjalanan sebelum sampai di Bani Quraizhah, mereka melihat matahari terus merangkak pelan-pelan ke arah barat untuk beberapa saat kemudian akan tenggelam. Langit sebentar lagi akan berwarna merah saga.
Jika shalat dikerjakan di tempat yang ditunjuk Nabi, dapat dipastikan akan masuk waktu maghrib. Perkampungan Bani Quraizhah itu masih cukup jauh. Mereka lalu bingung. Suasana tiba-tiba jadi hiruk-pikuk.
“Di mana kita harus mengerjakan shalat Ashar ini?,” kata mereka.
Bila kita mengerjakannya di sini, kita melanggar perintah Nabi. Tetapi, bila kita mengerjakannya di perkampungan Bani Quraizhah kita tentu melanggar perintah Allah. Bukankah al-Qur’an sudah mengatakan:
“Sesungguhnya bagi orang-orang beriman adalah kewajiban yang harus dilakukan dalam waktunya?”
Saat Nabi Saw Menjelaskan
Dan Nabi Saw telah menjelaskan waktunya untuk masing-masing shalat, sebagaimana dalam hadis-hadisnya.
Mereka berdebat dan pada waktu yang sama juga kebingungan. Maka mereka mengambil pemahaman sendiri-sendiri. Sebagian dari mereka shalat di tengah perjalanan, mengikuti perintah Allah, sebagaimana dalam al-Quran di atas, dan sebagian lagi meneruskan perjalanannya sampai ke perkampungan Bani Quraizhah, meski waktu shalat Ashar sudah habis/lewat. Apa boleh buat, Nabi sudah memerintahkannya di tempat itu.
Ketika kemudian peristiwa tersebut tersampaikan kepada Nabi Saw. Beliau sama sekali tidak memarahi atau menyalahkan, apalagi membodoh-bodohi mereka semua. Nabi Saw bahkan tersenyum-senyum saja. Nabi Saw mengatakan:
“Jika seseorang berijtihad (berusaha keras) dan ijtihadnya benar maka ia mendapat dua pahala, dan jika salah mendapat satu pahala.”
Nabi memang sangat memahami bahwa masyarakat mempunyai pemahaman yang berbeda-beda atas suatu ucapan atau suatu masalah. Keragaman pendapat ini wajar dan alami. Karena itu, beliau tidak menyalahkan siapa pun di antara mereka dan tidak mengecam siapa pun, apalagi mengkafirkannya. Mungkin beliau hanya senyum-senyum sebagaimana kebiasaanya. []