• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Ulama Perempuan dan Pencegahan Ekstremisme

Pera Shopariyanti Pera Shopariyanti
07/12/2019
in Publik
0
Pencegahan Ekstremisme

Pencegahan Ekstremisme

43
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada perhelatan acara Indonesia Peacebuilders Forum  (IPBF) yang diselenggarakan The Asian Muslim Action Network  (Aman) Indonesia dan Universitas Brawijaya, saya mewakili Rahima mendapat ruang untuk bicara terkait dengan peran Ulama Perempuan Rahima dalam Pencegahan Ekstremisme.

Saya dipanel dengan 3 orang, 2 Ulama Perempuan yang merupakan bagian dari Ulama Perempuan Rahima  yaitu Mbak Nyai Umdah (Ulama Perempuan Pertama cikal bakal lahirnya PUP)  dan Mbak Nyai Luluk Faridah (Alumni PUP Rahima utk Jawa Timur) dan satu dari Malaysia melalui Live Streaming.

Pada pertemuan tersebut, kami bertiga sebagai pemateri bagian dari KUPI. Ba Umdah memyampaikan secara metodologi KUPI, dan saya menyampaikan upaya Rahima dalam pencegahan ekatrimisme menjalankan salah satu rekomendasi KUPI terkait peran Ulama Perempuan. Dan Mbak Nyai Luluk menyampaikan peran Ulama Perempuan dalam pencegahan ekstremisme di komunitas.

Sebagai perwakilan dari setidaknya lima angkatan Pendidikan Ulama Perempuan (PUP) Rahima kurang lebih 125 orang, saya berkomunikasi apa yang dilakukan oleh mereka dalam pencegahan ekstremisme paling tidak pasca pendidikan PUP maupun secara khusus pencegahan ekstremisme yang dilakukan kerjasama dengan Aman Indonesia dan WGWC. Saya menyampaikan mulai dari siapa itu Rahima, visi misi, kepan Ulama Perempuan, siapa ulama perempuan, peran, upaya yg sudah dilakukan dan metode pendidikan serta materi pendidikan, sampai hasil dan tantangannya.

Untuk update upaya yang dilakukan Ulama Perempuan, saya bertanya dalam grup WA simpul Rahima yang di dalamnya berisi para Ulama Perempuan. Dengan cepat masing-masing Ulama Perempuan memberi up date, dan menulis ceritanya. Jujur membaca ceritanya membuat saya terharu dan memperkuat semangat saya untuk terus menemani para ulama perempuan.

Baca Juga:

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Masing-masing Ulama Perempuan menyampaikan bahaya ekstremisme bagi keutuhan bangsa di masing-masing komunitas seperti pesantren, majlis taklim, sekolah, mahasiswa, dll. Bahkan beberapa Ulama Perempuan berinisiatif menghadirkan para tokoh agama kampung yang hampir 75% terindikasi paham intoleran dan berafiliasi dengan salah satu ormas intoleran.

Dalam satu hari mereka berdiskusi dan Ulama Perempuan menyampaikan bagaimana metode Al-Qur’an, hadis bahkan ilmu kalam berbicara soal perbedaan. Dalam diskusi yg dilakukan mulai pagi hingga malam tokoh agama tidak ada yang mampu memberikan argumen yang cukup kuat terkait pendapat Ulama Perempuan, ketika diajak diskusi mereka hanya tahu beberapa hadis tentang simbol-simbol dalam Islam dan berbusana. Diskusi dengan cara merangkul dan saling terbuka membuat suasana tetap tenang dan proses belajar berjalan baik.

Pengalaman kedua yang menurut saya sangat menarik dari peran Ulama Perempuan Rahima adalah salah satu dari mereka secara intens menjadi penceramah bagi kelompok yang tidak menerima sistem pemerintah indonesia karena dianggap thogut.

Pada acara Rahima kerjasama dengan Komnas Perempuan November lalu, beliau menceritakan pengalamannya menjadi daiyah. Memberikan cara pandang yg berlandaskan pada nilai-nilai islam yg santun, adil, setara, menjunjung tinggi martabat kemanusiaan, dll. Dan ceramah itu ternyata dapat diterima dengan baik.

Hal lain yang menarik bagaimana para ulama perempuan juga dengan organisasi yang dipimpinnya melahirkan daiyah dan tokoh-tokoh perempuan yang sigap dalam melihat tanda-tanda bahaya ekstremisme di dalam komunitasnya.

Hal lain hasil dari pendidikan pencegahan ekatremisme bagi Ulama Perempuan ini dapat dilihat dari produk-produk seperti buku kumpulan meme kontra narasi dalam melihat lima isu seperti: fitnah, poligami, perkawinan anak, niqob atau cadar, dan hijrah. Kontra narasi juga dalam bentuk video kerjasma dengan Islami.co, Aman Indonesia dan WGWC.

Hal yang khas dari Ulama Perempuan ini soal militansi dan inisiatif-inisiatif yang terus berjalan sesuai dengan konteks masing-masing. Mereka bekerja tanpa lelah bahkan ada atau tidak ada uang. Para Ulama Perempuan juga mendapat tantangan yang beragam bahkan ancaman-ancaman.

Di akhir saya menyampaikan soal pentingnya pelibatan Ulama Perempuan dalam pencegahan ekstremisme. Isu Agama yang menjadi salah satu alasan kuat dalam tindakan ekstremisme untuk konteks Indonesia. Pemerintah, ormas, ngo, dll., sangat penting melibatkan ulama perempuan.[]

Pera Shopariyanti

Pera Shopariyanti

Terkait Posts

Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hidup Tanpa Nikah

    Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID