Mubadalah.id – Waktu begitu cepat berlalu, sebentar lagi kita akan menemui Bulan Ramadan untuk melepas rindu. Bulan yang penuh berkah dan pengampunan jika kita menjalaninya dengan sepenuh hati. Bulan Ramadan datang dalam satu tahun sekali, sehingga umat Islam tidak boleh menyianyiakannya. Umat Islam bisa melakukan amalan baik yang dilakukan ketika Bulan Ramadan, bukan hanya sebatas menahan rasa lapar dan haus.
Puasa di bulan Ramadan disyariatkan pada tahun kedua hijriyah. Allah menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 183-185 sebagai perintah wajib puasa Ramadan. Ketika umat Islam tidak mampu menjalankannya. Karena sakit atau sedang dalam perjalanan dan tidak berpuasa, maka mereka wajib menggantinya sesuai jumlah hari tidak berpuasa tersebut. Allah memberikan pilihan lain apabila tidak sanggup menggantinya dengan berpuasa di lain hari, maka mereka wajib membayar fidyah. Yakni memberi makan orang miskin.
Makna Puasa Dalam Kacamata Rumi
Secara lahiriyah, makna puasa memanglah menahan rasa lapar dan haus dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, yaitu tidak makan dan minum. Namun, makna puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus. Lebih dari itu, puasa memiliki arti yang lain dan mengandung banyak hikmah. Di sini, kita akan mencoba melihat kacamata Maulana Jalaludin Rumi memaknai puasa di bulan Ramadhan. Syair-syair Rumi dalam Divan-e Syams dan Matsnawi seperti sedang mengajak kita untuk mencintai Allah, termasuk perintah-Nya untuk berpuasa.
Ramadhan telah tiba dan kita sambut hari raya
Gembok itu telah hadir bersama kuncinya
Saat mulut terkunci, terbukalah penglihatan
Lalu cahaya memancar dalam diri kita
Ramadhan tiba tuk berkhidmat pada hati
Dan bersama kita sang penawar hati
(Rumi, Divan-e Syams, puisi ke-370)
Dalam bait ini, Rumi sedang mengambil perumpamaan puasa sebagai penutup mulut. Menurut Rumi, puasa tidak sebatas menjaga mulut untuk tidak makan dan minum, namun juga menjaga mulut untuk tidak menyakiti orang lain, seperti menghardik, menggunjing, memfitnah, dan berbohong. Seperti kata Rumi juga dalam baitnya, puasa dimaknai sebagai api, karena puasa juga menjadi salah satu upaya membakar nafsu dan keinginan duniawi.
Rumi juga menggambarkan puasa seperti kendi yang berisi air jernih, maka bagi orang yang mengabaikannya kendi itu akan pecah, seperti kehilangan sesuatu yang paling berharga bagi kehidupan. Menurut Rumi, puasa juga ibarat ibu. Seorang yang penyayang dan mendidik anaknya layaknya Puasa yang mendidik dan menjaga manusia agar tidak tersesat. Seperti seorang ibu yang menjaga anak-anaknya agar tidak terpisah dan hilang.
Puasa Sebagai Obat Patah Hati Dengan Dunia
Salah satu syair Rumi menyebutkan, “Berpuasalah dengan segenap jiwa, karena puasa adalah raja dari segala obat.” Rumi sedang memberi isyarat bahwa puasa bisa menjadi obat dari segala kekecewaan di dunia. Rumi menyampaikan bahwa puasa berpengaruh secara medis dan psikologis. Secara medis, puasa memberikan banyak manfaat bagi tubuh agar terhindar dari beberapa penyakit.
Secara psikologis, puasa juga bisa menurunkan rasa cemas dan stress akibat kurang stabilnya kesehatan mental. Maka, jika menghadapi persoalan apapun dalam kehidupan di dunia ini, kita bisa menjadikan puasa sebagai obatnya.
Melalui syair-syair Rumi tentang puasa, kita bisa memetik banyak hikmah jika berpuasa di bulan Ramadan nanti. Bagi seseorang yang sedang patah hati dengan dunia, seperti mengalami banyak kekecewaan dan memiliki rasa cemas, maka puasa sebagai obat penawar terbaik. Hadirnya bulan Puasa memberikan harapan bagi umat Islam untuk terlahir kembali membawa lembaran hidup yang baru. Sebuah kabar baik bagi pencari kedamaian batin, bulan Ramadan tinggal menghitung hari, maka siapkanlah diri untuk menyambut dengan sepenuh hati. []