Mubadalah.id – Jika merujuk sejarah Nabi Muhammad Saw saat pertama kali al-Qur’an turun, maka ada kisah yang menarik yang dirasakan oleh Nabi Muhammad Saw.
Kisah tersebut dimulai saat bulan suci Ramadhan tiba. Saat itu Nabi Muhammad Saw pergi ke sebuah gua di puncak gunung yang dikenal sebagai Hira. Perjalanan menuju ke tempat ini ditempuh dengan jalan kaki selama sekitar satu jam.
Nabi Saw ingin menghindari segala hiruk-pikuk kehidupan. Ia ingin mencari kebenaran dan hanya kebenaran saja. Sepanjang bulan ramadan, Muhammad saw melakukan “tahannuts” atau “khalwah”, kontemplasi intens dalam ruang yang sepi dan sendiri.
Khadijah, istrinya yang amat setia dan mencintainya selalu mendukung sambil meneguhkan hatinya. Bila suaminya hendak khalwah, ia mempersiapkan bekal yang cukup untuk keperluannya itu selama waktu yang Nabi Saw perlukan. Bila ingin pulang, ia pun turun.
Sepanjang perjalanan dari gua Hira ke rumah dan sebaliknya, matanya selalu melihat ke kanan, ke kiri dan ke langit biru. Ia seperti mengharap sesuatu yang dapat menjawab kegelisahan dan keresahan hatinya. Bila malam tiba dan tertidur, ia acap terganggu oleh mimpi-mimpi yang aneh dan menakutkan.
Saat Malaikat Jibril Menemui Nabi Saw
Suatu hari, saat beliau sedang berdiri di atas gunung, Jibril menampakkan diri di hadapannya, dan mengatakan: “Selamat atas anda, Muhammad. Aku Jibril dan anda adalah utusan Allah kepada umat ini.”
Ia merengkuh tubuh Nabi sambil mengatakan: “Bacalah!” Muhammad saw. menjawab: “Aku tidak bisa membaca.” “Bacalah!” katanya lagi.
Muhammad mengulangi jawaban yang sama. Jibril lalu menarik dan mendekapnya sampai menyulitkan beliau bernapas.
Setelah Jibril melepaskannya, Jibril mengulangi lagi perintahnya dan Nabi Saw jawab dengan jawaban yang sama. Pada yang ke empat kalinya Muhammad saw. kemudian mengucapkan kalimat suci ini. Dan al-Qur’an turun pertama kalinya.
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ (1) خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ (2) اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ (3) الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ (4) عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ (5)
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, (3) Yang mengajar (manusia) dengan pena. (4) Tuhan mengajarkan manusia apa yang tidak ia ketahui. (5)
Begitu selesai, Jibril menghilang entah ke mana. Muhammad tetap merasa ketakutan. Tubuhnya menggigil. Keringat dingin mengalir deras dari pori-pori tubuhnya.
Khadijah Ra
Beliau bergegas pulang menemui Khadijah, istrinya, dengan hati yang penuh rasa galau, cemas dan takut. Katanya: “Selimuti aku, selimuti aku, Sayangku.” Khadijah segera menyelimuti seluruh tubuhnya rapat-rapat.
Kemudian, setelah rasa takutnya mereda, beliau lalu menceritakan peristiwa yang ia alami dan mengatakan: “Aku takut sayang.”
Khadijah mengatakan dengan lembut, membesarkan hatinya:
“Tidak, Sayangku. Demi Allah, Allah tidak akan pernah merendahkanmu. Engkaulah orang yang akan mempersatukan dan mempersaudarakan umat manusia. Juga memikul beban penderitaan orang lain, bekerja untuk mereka yang papa, menjamu tamu dan menolong orang-orang yang menderita demi kebenaran.”*
*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Merayakan Hari-hari Indah Bersama Nabi.