Mubadalah.id – Direktur Eksekutif ASEAN Institute for Peace and Reconciliation, H.E I Gusti Agung Wesaka Puja mengungkapkan penyusunan ASEAN adalah sebuah kisah sukses dalam membangun perdamaian. ASEAN telah berhasil menjaga perdamaian dan keamanan, mencapai kemajuan yang luar biasa, dan mengembangkan diri menjadi sebuah komunitas bangsa.
Lebih lanjut, Ia menyebutkan, meskipun tantangan keamanan dari berbagai isu dan konflik internasional masih ada. Mulai dari partisipasi semua level masyarakat, mulai dari akar rumput hingga pengambilan kebijakan, sangat penting dalam proses ini.
”Perkembangan geopolitik dan modernisasi tidak berarti bahwa ASEAN berada dalam kondisi yang aman tanpa konflik atau perang. Oleh karena itu, masyarakat sipil perlu bekerja sama dengan pemerintah untuk menghadapi tantangan tersebut. Kondisi ASEAN hari ini tidak terlepas dari kontribusi masyarakat sipil,” katanya, pada Selasa, 4 Juli 2023.
Saat ini, ASEAN telah menjadi penggerak dialog dan kerjasama dalam bidang sosial dan budaya. Hal ini tercapai karena ASEAN terus memupuk kerjasama dengan berbagai pihak, membangun tingkat inklusivitas dan demokrasi yang transparan. Serta menunjukkan komitmen terhadap toleransi melalui kerjasama dengan mitra-mitra lainnya.
Perdamaian
Oleh karena itu, perdamaian harus selalu dipupuk di antara anggota ASEAN. Jika kita tidak memperkuat perdamaian, maka upaya untuk membangun budaya demokrasi juga akan terhambat. ASEAN, dengan memperkuat manajemen dan resolusi konflik, serta proses pembangunan perdamaian, menyadari bahwa perdamaian tidak dapat diabaikan.
”ASEAN akan terus beradaptasi dengan perubahan dunia, terus maju, dan merancang solusi yang memperhitungkan kepentingan negara anggotanya. Kita dapat bekerja sama untuk mewujudkan pluralisme, memastikan negara-negara kita adil dan sejahtera. Mari kita terus mendorong toleransi dan saling menghargai,” ungkapnya.
Menyambut pentingnya event WPS High Level, sejumlah masyarakat sipil di ASEAN telah menggelar forum side event, di Grand Ambarukmo, Yogyakarta, 4-5 Juli 2023. Forum ini diselenggarakan oleh sejumlah organisasi seperti AMAN Indonesia, Migrant Care, dan The Working Group on Women and PCVE.
Kemudian, Asia Pacific Partnership for Atrocity Prevention (APPAP), Southeast Asia Women Peacebuilders, Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA), dan Asia Democracy Network (ADN).
Serta, Southeast Asia Network of Freedom Expression (SAFENet) dengan dukungan Kedutaan Australia melalui Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ2). Topik yang mereka ambil adalah “Building Resilient Communities: Applying an Intersectional Perspective in the Regional Plan of Action on Women, Peace, and Security”. (Rilis)