• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Makna Jilbab dan Otonomi Tubuh Perempuan

Menghargai makna jilbab sebagai pilihan individu, dan mengakui otoritas tubuh perempuan adalah langkah penting dalam mewujudkan keadilan hakiki perempuan

Alifah Nurul Fadilah Alifah Nurul Fadilah
01/08/2023
in Personal
0
Jilbab dan otonomi tubuh perempuan

Jilbab dan otonomi tubuh perempuan

979
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Memperdebatkan topik yang cukup kontroversial sering terjadi seiring berkembangnya masyarakat pluralis. Salah satunya makna jilbab sebagai pilihan individu dan otonomi tubuh perempuan. Sebagian Muslim sering kali menganggap jilbab sebagai simbol ketaatan agama dan integritas moral.

Dalam pemaknaanya dengan pengalaman kekhasan perempuan, mengenakan jilbab merupakan cara untuk mengekspresikan keyakinan religius mereka dan mencapai keseimbangan antara nilai-nilai agama dan kehidupan sehari-hari.

Sejarah Jilbab

Ternyata, dalam tradisi selain islam juga mengenal konsep jilbab. Peradaban Yunani dan Romawi misalnya, yang telah mengenal konsep jilbab ratusan tahun sebelum Islam datang. Masing-masing memiliki ciri khas jilbab yang berbeda.

Menurut Mona Almunajeed Pada masa lalu, peradaban kuno juga mengharuskan perempuan mengenakan jilbab sebagai bagian dari tuntutan etika, dan agama mereka. Anjuran berjilbab ini hadir bukan untuk merendahkan martabat atau menghinakan perempuan, melainkan untuk menjaga nilai-nilai dan norma sosial perempuan.

Antara Teks Agama dan Interpretasi

Ayat dalam Al-Quran menyebutkan  penggunaan jilbab dalam Q.S. al-Ahzāb (33):53, Q.S. al-Ahzāb (33):59 dan Q.S. an-Nūr (24): 31. Penafsiran secara tekstual dan populer pada ayat ini memberikan kewajiban berjilbab kepada perempuan.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Meski memuat anjuran yang bernilai baik dan melindungi perempuan, namun semakin kesini, praktik penggunaan jilbab justru malah menghadirkan polemik dengan cara memaksakan penggunaanya kepada perempuan. Contohnya, pemaksaan jilbab pada siswi di Sekolah Menangah Atas Negeri Bantul, dan Kisah Mahsa Amini yang dipersekusi karena tidak menggunakan jilbab di Iran.

Berangkat dari permasalahan ini saya berfikir, seharusnya hukum islam tidak membuat perempuan ketakutan untuk menjalankan ajaran agamanya. Ini penting untuk mengakui bahwa setiap perempuan memiliki hak dan otoritas penuh atas tubuhnya sendiri.

Kita bisa menghormati pilihan individu perempuan terkait jilbab dan memandanya sebagai hasil dari kebebasan beragama dan penghargaan terhadap otoritas tubuh perempuan itu sendiri. Konsep mubadalah dalam Islam menegaskan pentingnya memahami bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Sebaliknya, penghargaan terhadap pilihan individu perempuan untuk mengenakan jilbab atau tidak adalah aspek penting dari keadilan hakiki perempuan.

Konsep Mubadalah dan Keadilan Hakiki Perempuan

Keadilan hakiki perempuan melibatkan lebih dari sekadar pemenuhan hak-hak dasar. Ini juga melibatkan pengakuan dan penghormatan terhadap identitas perempuan. Dalam konteks jilbab, keadilan hakiki perempuan mengakui bahwa setiap perempuan memiliki hak untuk memutuskan penampilannya sebagai pilihan hidupnya sendiri.

Keputusan mengenakan jilbab atau tidak seharusnya tidak dipengaruhi oleh tekanan eksternal atau stereotip yang tidak beralasan. Hal ini Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa menggunakan jilbab dan otonomi tubuh perempuan adalah pilihan.  hal ini adalah hasil dari otonomi dan kebebasan perempuan dalam menjalani keyakinan mereka.

Perspektif mubadalah berfungsi sebagai jembatan untuk mencapai pemahaman yang lebih baik antara perempuan Muslim yang memilih mengenakan jilbab dan mereka yang tidak. Mubadalah berarti dialog atau interaksi saling mempengaruhi.

Dalam konteks jilbab, mubadalah memungkinkan perempuan yang mengenakan jilbab untuk berbagi pengalaman dan pemahaman mereka tentang pilihan mereka. Di sisi lain, mubadalah memungkinkan mereka yang tidak mengenakan jilbab untuk lebih memahami alasan dan keyakinan yang melatarbelakangi pilihan tersebut.

Melalui mubadalah, masyarakat dapat membangun kerangka kerja yang inklusif dan saling memahami. Ini melibatkan menghindari prasangka dan stereotip yang tidak beralasan terhadap perempuan yang memilih mengenakan jilbab atau tidak. Lebih dari itu, mubadalah juga melibatkan peningkatan kesadaran dan penghargaan terhadap keragaman dan kebebasan individu dalam menjalani keyakinan mereka.

Kebebasan Individu dan Otonomi Tubuh Perempuan

Untuk menciptakan masyarakat yang adil bagi semua. Penting bagi kita untuk menghormati pilihan individu perempuan terkait jilbab tanpa mengabaikan prinsip-prinsip keadilan hakiki perempuan. Keadilan hakiki perempuan mengakui pentingnya memberdayakan perempuan untuk membuat keputusan bebas dan otonom terkait penampilan mereka.

Ini mencakup menghormati perempuan yang memilih untuk mengenakan jilbab sebagai bentuk pengekspresian keyakinan mereka, sekaligus memberikan ruang bagi perempuan lain yang mungkin memiliki pemahaman dan kebutuhan yang berbeda.

Dalam mencapai kesepahaman yang lebih baik, masyarakat perlu mempromosikan dialog yang terbuka, empati, dan saling menghormati. Melalui dialog tersebut, kita dapat memperkuat toleransi dan membangun kerangka kerja yang menghormati kebebasan beragama dan otoritas tubuh perempuan.

Penting bagi kita untuk tidak melabeli atau menghakimi perempuan berdasarkan pilihan mereka terkait jilbab, tetapi memahami bahwa setiap perempuan memiliki pengalaman dan perjalanan hidup yang unik.

Dalam keseimbangan antara keadilan dan pilihan individu, kita dapat menciptakan masyarakat yang menghormati kebebasan beragama dan otoritas tubuh perempuan dalam membuat keputusan tentang penampilan mereka. Menghargai makna jilbab sebagai pilihan individu, dan mengakui otoritas tubuh perempuan adalah langkah penting dalam mewujudkan keadilan hakiki perempuan.

Dalam menjaga keragaman dan mempromosikan toleransi, kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil bagi semua. Di mana perempuan merasa dihargai dan memiliki kebebasan untuk menjalani keyakinan mereka tanpa takut atau tekanan eksternal. []

Tags: islamJilbabKeadilan HakikiOtonomi Tubuhperempuanperspektif mubadalah
Alifah Nurul Fadilah

Alifah Nurul Fadilah

saya seorang pembelajar dan pejuang kesetaraan. isu perempuan, hak asasi manusia dan keberagaman adalah minat saya. Ig: @alifadilah_

Terkait Posts

Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Boys Don’t Cry

    Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu
  • Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID