• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

3 Tugas Ulama Perempuan

Sudah saatnya para ulama perempuan dan ulama lakilaki bergerak melangkah melakukan rekonstruksi dari pendekatan model tafsir ke model takwil (hermeneutik), dari konservatisme ke progresivisme.

Redaksi Redaksi
09/10/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Ulama Perempuan

Ulama Perempuan

742
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagai pewaris nabi, tugas utama ulama perempuan bersama ulama laki-laki ialah melanjutkan misi-misi profetik, menyebarkan ilmu pengetahuan, dan membebaskan manusia dari sistem penghambaan kepada selain Allah Swt.

Termasuk melakukan amar makruf dan nahi mungkar, memanusiakan semua manusia, dan menyempurnakan akhlak mulia demi mewujudkan visi kerahmatan semesta (rahmatan Iil ‘alamin).

Pertanyaan kita hari ini ialah apakah hal paling utama yang harus dilakukan oleh ulama perempuan?. Terhadap pertanyaan ini, saya lebih dahulu ingin menyampaikan beberapa hal yang menjadi kegelisahan saya.

Sumber-sumber pengetahuan keagamaan kaum muslim secara mainstream sampai hari ini masih merupakan produk pemikiran/ijtihad kaum muslim abad pertengahan dalam nuansa Arabia. Termasuk sistem politik, sosial, ekonomi, dan budaya patriarkismenya.

Sebuah sistem sosial yang memberikan otoritas kepada laki-laki untuk mengatur kehidupan bersama.

Baca Juga:

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Konservatisme dan pengulang-ulangan suatu pemikiran atau pemahaman keagamaan yang dilakukan dalam waktu yang panjang dan tanpa kritik.

Serta ditransfer melalui metode doktrinal, pada gilirannya akan melahirkan keyakinan bahwa produk pikiran yang diwariskan tersebut ialah kebenaran agama atau keyakinan itu sendiri beserta seluruh makna sakralitas dan universalitasnya.

Maka, yang terjadi ialah universalisasi atas norma partikular dan partikularisasi norma universal.

Keadaan ini sesungguhnya berpotensi menimbulkan problem serius dalam dinamika kebudayaan dan peradaban. Cara pandang konservatisme yang berlarut-larut ini berpotensi berkembang menjadi ekstrimisme.

Rasionalitas tidak berkembang progresif jika tidak boleh dikatakan mengalami stagnasi atau mandeg.

Aktivitas intelektual atau penggunaan akal tersebut bahkan sering kali mendapatkan stigma sebagai cara berpikir kaum liberal, sebuah istilah yang mengandung makna peyorasi.

Terlampau sering mereka kutip pernyataan bahwa “orang yang menggunakan akal adalah kesesatan yang akan mengantarkannya ke neraka”.

Tiga Tugas Ulama Perempuan

Dengan beberapa masalah krusial dan tantangan tersebut, pada akhirnya sangat berharap:

Pertama, para ulama perempuan dan laki-laki mengembangkan pemahaman atas sumber-sumber Islam atau teks-teks keagamaan itu melalui pendekatan yang lebih terbuka (inklusif), kritis, rasional, substantif, dan kontekstual.

Para ulama perempuan dan laki-laki bekerja keras (berijtihad) untuk menghasilkan sumber-sumber pengetahuan keislaman dan fatwa-fatwa yang berkeadilan dan nondiskriminatif.

Kedua, sudah saatnya para ulama perempuan dan ulama lakilaki bergerak melangkah melakukan rekonstruksi dari pendekatan model tafsir ke model takwil (hermeneutik), dari konservatisme ke progresivisme.

Bahkan dari seputar memaknai teks (fahm al-khitab) ke menemukan cita-cita teks (fahm al-murad min al-khitab/cita-cita hukum Tuhan). Atau dalam konteks hari ini populer kita sebut “maqashid asy-syariah”.

Cita-cita itu ialah tegaknya keadilan dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Ini adalah tugas bersama ulama, intelektual, cendekia, dan para sarjana, baik laki-laki maupun perempuan.

Ketiga, ulama perempuan harus terlibat aktif dalam penyebaran nalar Islam wasathi. Yakni, sebuah cara pandang moderat, toleran, menghargai keragaman, dan anti kekerasan dalam segala bentuknya.

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, bahkan bagian besar, ulama perempuan memiliki hak dan kewajiban untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara.

Hal ini sebagaimana dalam konstitusi Negara Republik Indonesia pada kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara. Serta terlibat aktif dalam perumusan kebijakan-kebijakan negara. []

Tags: perempuantugasulama
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version